'Dokumen FBI' Sebut Martin Luther King Tertawa Lihat Wanita Diperkosa

Senin, 27 Mei 2019 - 11:56 WIB
Dokumen FBI Sebut Martin...
'Dokumen FBI' Sebut Martin Luther King Tertawa Lihat Wanita Diperkosa
A A A
WASHINGTON - Seorang penulis biografi Amerika Serikat (AS) mengklaim mengetahui dokumen "kotor" FBI tentang Martin Luther King Jr berupa kaset-kaset rahasia. Menurutnya, salah satu dokumen kotor biro investigasi itu menyebutkan pendeta Baptis sekaligus aktivis pembela hak-hak sipil terkenal itu memiliki hingga 45 selingkuhan.

Penulis biografi tersebut adalah David Garrow. Menurutnya, dokumen yang dia akses mengatakan ketika pendeta King menjadi terkenal pada 1950-an dan 1960-an, ia menjadi sasaran penyadapan bertahun-tahun oleh kepala intelijen terkenal J Edgar Hoover, yang percaya ia memiliki ikatan dengan Partai Komunis.

Garrow mengatakan file-file "kotor" itu tidak dijadwalkan untuk dirilis sampai 2027 mendatang.

Penulis mengklaim Dr King, yang baru berusia 39 ketika ia terbunuh pada 4 April 1968, menghabiskan 12 tahun—hampir sepertiga dari hidupnya—di bawah pengawasan FBI.

Pengawasan terselubung dirancang untuk merongrong aktivis hak-hak sipil tersebut, karena Hoover takut gerakan rakyat oleh King dapat membuat AS tidak stabil.

Agen-agen FBI, klaim Garrow, mengusik detail King yang bisa mengarah pada "penilaian sejarah yang menyakitkan".

Garrow yang seorang sejawaran mengaku telah menggali ringkasan FBI dari berbagai insiden, meskipun kaset-kaset rahasia itu masih disimpan di lemari besi di Arsip Nasional AS. Menurutnya, kaset-kaset rashaia tersebu direkam dengan bug di dua lampu di kamar hotel yang dipesan oleh King pada bulan Januari 1964.

Dia mengklaim bahwa para agen memperlihatkan King memiliki hubungan di luar nikah dengan hingga 45 wanita dan yang mengejutkan, King memandang dan tertawa ketika temannya, Logan Kearse, memerkosa seorang anggota jemaat.

Rekaman dari Willard Hotel, dekat Gedung Putih, di Washington DC, menunjukkan bagaimana King ditemani oleh Kearse—yang meninggal pada tahun 1991—bersama dengan beberapa jemaat wanita di gerejanya.

Di kamar hotelnya, menurut file yang diklaim Garrow, mereka kemudian mendiskusikan wanita mana di antara umat paroki yang cocok untuk menjalani tindakan seks alami dan tidak alami.

"Ketika salah satu wanita memprotes bahwa dia tidak menyetujuinya, pendeta Baptis segera dan dengan paksa memerkosanya ketika King menyaksikan," bunyi dokumen "kotor" yang dikutip Garrow. "Dia melihat, tertawa dan menawarkan nasihat selama serangan itu," lanjut dokumen itu.
Saat kejadian, agen-agen FBI ada di kamar sebelah, tetapi tidak ikut campur. Keesokan harinya, King dan selusin orang lainnya diduga berpartisipasi dalam "pesta seks" yang melibatkan "tindakan kemerosotan dan kebobrokan".
Selanjutnya, pejabat senior FBI diduga mengirimkan salinan rekaman yang memberatkan King dan menyebutnya "binatang buas jahat" dan mengatakan kepadanya bahwa eksploitasi seksualnya akan "tercatat untuk selamanya".

Catatan FBI juga menyatakan dia harus bunuh diri sebelum kesalahannya terungkap ke dunia.

Garrow mengatakan dia tidak tahu skala atau keburukannya, atau ketidakpedulian King terhadap pemerkosaan sampai dia melihat arsip rahasia itu.

"Ini merupakan tantangan yang sangat mendasar bagi status historisnya sehingga membutuhkan peninjauan historis yang paling lengkap dan luas," katanya.

Sejarawan dan aktivis hak-hak sipil Amerika, Edith Lee Payne, mengatakan kepada Mirror, yang dikutip Senin (27/5/2019), dibahwa dia muak dengan klaim penulis itu.

Payne merupakan sejarawan 67 tahun asal Detroit, Michigan, yang menjadi gadis poster ikonik dari pidato "I Have A Dream" di Washington. "Informasi palsu tentang Dr King ini sangat mengganggu".

"Sangat jelas bahwa orang ini menggunakan reputasi yang sangat baik dari salah satu pria yang paling dikagumi dan dihormati untuk perhatian pribadi dan untuk apa yang masih harus dilihat," katanya.

“Tentu saja serangan terhadap Dr King akan membuatnya diperhatikan. Untungnya, masih ada orang di sekitar yang dekat dengan Dr King dan mengenal karakternya," ujarnya.

"Kehidupan seorang pria yang berdedikasi, berkomitmen, tidak mementingkan diri sendiri, sebagai suami, ayah, pendeta, dan pemimpin hak-hak sipil Dr Martin Luther King Jr menuntut agar waktu dan upayanya memenuhi setiap tantangan dan tanggung jawab," paparnya.

"Rasa hormatnya sebagai pemimpin hak-hak sipil mencapai jutaan orang dari setiap tembok kehidupan, ras, kepercayaan, warna kulit, jenis kelamin, kebangsaan dan agama di negara ini dan di seluruh dunia," imbuh dia.

"Secara pribadi, saya merasa sangat terhormat dan bangga telah berbaris dengannya dua kali. Yang kedua adalah 28 Agustus 1963, 'March on Washington for Jobs and Freedom' di Washington DC yang mengguncang bangsa dan dunia dan kami masih merayakan Dr King lebih lanjut dari lima dekade kemudian dan dari generasi ke generasi yang bahkan belum dilahirkan," kata Payne.

"Dia akan terus dirayakan untuk generasi yang akan datang. Dia adalah tipe pria seperti itu. Jika FBI benar-benar memiliki bukti kotor pada Dr King, mereka akan membukanya."

"Dari catatan langsung kepada saya dari anggota lingkaran dalamnya, dia tidak pernah sendirian bahkan ketika dia bepergian," sambung Payne.

"Waktunya dihabiskan dalam strategi, pertemuan, dan pengorganisasian dalam persiapan untuk tindakan pembangkangan sipil atau apa pun yang ia diminta untuk dilakukan, dan, tentu saja, istirahat," katanya.

"Dia menulis banyak buku dan artikel, menyampaikan pidato di depan umum dan pribadi, tetapi waktu terbaiknya dihabiskan bersama keluarganya, seorang istri yang penuh kasih, yang sering menemaninya, dan dengan empat anaknya yang dia kagumi," lanjut Payne.

"Yang Mulia Dr Martin Luther King Jr menjalani kehidupan sebagai pelayanan tanpa pamrih kepada Tuhan terlebih dahulu dan bagi umat manusia. Tidak ada ruang atau minat untuk hal lain," katanya.

"Untuk menyarankan bahwa ia akan secara sadar atau mau terlibat dalam sesuatu yang ilegal atau kriminal, itu akan mendiskreditkan semua yang ia korbankan, perjuangkan dan akhirnya mati untuk itu."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7332 seconds (0.1#10.140)