Demonstran Hong Kong Peringati Tragedi Tiananmen 1989

Senin, 27 Mei 2019 - 08:01 WIB
Demonstran Hong Kong Peringati Tragedi Tiananmen 1989
Demonstran Hong Kong Peringati Tragedi Tiananmen 1989
A A A
HONG KONG - Ribuan demonstran berunjuk rasa di pusat Kota Hong Kong kemarin untuk memperingati tragedi di Lapangan Tiananmen tiga dekade silam. Para demonstran mendesak China bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi di Tiananmen.

Berbagai kelompok hak asasi manusia (HAM) dan para saksi mata menyatakan ratusan atau ribuan orang tewas dalam kekerasan saat sejumlah tank China masuk ke Lapangan Tiananmen dan para tentara menembaki para mahasiswa yang berunjuk rasa sejak malam 3 Juni 1989. Tragedi Tiananmen menjadi tema tabu di China dan otoritas menolak bertanggung jawab atau merilis jumlah korban dalam peristiwa itu.

Tahun ini menjadi peringatan ke-30. Sejumlah perusahaan internet China menyatakan perangkat untuk mendeteksi dan menghalangi konten terkait tragedi Tiananmen 1989 telah mencapai level akurasi yang sangat tinggi dengan menggunakan mesin pembelajar, pengenalan suara dan wajah.

Hong Kong dan Makau menjadi satu-satunya tempat di China di mana kejadian itu masih diperingati setiap tahun. Adapun warga Taiwan juga menggelar acara publik untuk mengenang para korban. Para demonstran Hong Kong berpawai ke kantor penghubung perwakilan utama China di kota itu, tempat beberapa orang memegang spanduk bertuliskan slogan “rakyat tidak akan lupa”.

Banyak demonstran juga memakai payung kuning yang menjadi simbol revolusi payung prodemokrasi di Hong Kong pada 2014. Mereka meneriakkan penolakan usulan undang-undang ekstradisi yang akan mengizinkan orang dikirim ke China untuk diadili.

Para pengacara, pemimpin bisnis, dan diplomat khawatir bahwa undang-undang itu dapat memperluas kontrol China di Hong Kong dan merusak supremasi hukum di kota itu. Demonstran juga memegang tulisan “Dukung kebebasan.” “Rakyat Hong Kong tidak boleh lupa kejadian 30 tahun silam,” kata anggota parlemen Wu Chi-wai yang memimpin oposisi utama Partai Demokratik, dilansir Reuters.

Dia menambahkan, “Partai Komunitas China berupaya menghapus memori itu. Namun, rakyat Hong Kong terus menjaganya dan mengharapkan hari saat kediktatoran di daratan utama akan berakhir.” Beberapa demonstran juga berasal dari China. Mereka antara lain Chen Shen yang telah menonton dokumenter tentang kekerasan itu dan membagikannya dengan teman-teman menggunakan virtual private network (VPN) untuk menghindari sensor China.

“Saya merasa marah dan sedih. Saya pikir rakyat China memiliki hak untuk mengetahui kebenaran,” ujarnya. Kepolisian memperkirakan sebanyak 2.100 orang mengikuti pawai kemarin. Demonstran juga akan menyalakan lilin di Victoria Park pada 4 Juni dan diperkirakan dihadiri puluhan ribu orang.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6229 seconds (0.1#10.140)