Media China Sebut Perang Tarif dengan AS Sebagai 'People's War'
A
A
A
BEIJING - Media pemerintah China, Global Times, menyebut konflik perdagangan Beijing dengan Washington sebagai "people's wars." Global Times juga menuduh AS serakah dan sombong, setelah kedua belah pihak menaikkan tarif ekspor satu sama lain.
"Dalam perang perdagangan China-AS, pihak AS bertempur karena keserakahan dan kesombongan," tulis Global Times.
"Moral Amerika akan pecah kapan saja," kecam artikel, menambahkan bahwa China akan berjuang kembali untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah.
"Bagi kami, ini adalah 'people's war' yang nyata," kata artikel itu seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (15/6/2019).
Sikap Global Times juga disampaikan stasiun televisi milik pemerintah China, CCTV. Stasiun televisi itu menyatakan China akan memperkuat kepercayaannya dan berjuang untuk dunia baru.
Perselisihan perdagangan antara Washington dan Beijing telah bergolak selama dua tahun. Selain berupaya mempersempit defisit perdagangan antara kedua negara, Presiden Donald Trump telah berulang kali menuduh China mencuri rahasia dagang dan memaksa perusahaan asing untuk menyerahkan teknologi sebagai bea masuk ke pasarnya.
Eskalasi terbaru dalam perseteruan yang telah berlangsung lama dimulai pada hari Jumat, ketika Gedung Putih menaikkan tarif impor China senilai USD200 miliar dari 10 persen menjadi 25 persen. China membalasnya awal pekan ini, mengatakan akan menerapkan kenaikan tarif sendiri untuk barang-barang Amerika USD60 miliar.
Washington menanggapi lagi dengan menerbitkan daftar barang-barang China senilai lebih dari USD300 miliar yang juga dapat dikenakan dengan tarif 25 persen. Jika pemerintahan Trump akan menindaklanjuti dan menerapkan pungutan ini, hampir semua nilai ekspor tahunan sebesar USD540 miliar ke AS akan dikenakan bea masuk.
Sementara itu, Beijing telah menyarankan bahwa tarif akan merugikan konsumen dan perusahaan Amerika yang memproduksi di China.
"Pergerakan tarif AS sangat mirip dengan rentetan peluru," kata Global Times.
"Itu akan menyebabkan banyak kerugian yang diakibatkan diri sendiri dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang," sambung artikel itu.
"Buat produk Anda di dalam AS dan tidak ada tarif," balas Trump.
“Banyak perusahaan meninggalkan China sehingga mereka akan lebih kompetitif untuk pembeli AS… kami adalah 'celengan' yang semua orang ingin membersihkan isinya dan manfaatkan. Tidak lagi!" cetus Trump.
Dengan perang dagang yang berlanjut dan kesepakatan yang tidak terlihat, pertemuan bulan depan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 di Osaka kemungkinan akan menjadi perdebatan.
"Dalam perang perdagangan China-AS, pihak AS bertempur karena keserakahan dan kesombongan," tulis Global Times.
"Moral Amerika akan pecah kapan saja," kecam artikel, menambahkan bahwa China akan berjuang kembali untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah.
"Bagi kami, ini adalah 'people's war' yang nyata," kata artikel itu seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (15/6/2019).
Sikap Global Times juga disampaikan stasiun televisi milik pemerintah China, CCTV. Stasiun televisi itu menyatakan China akan memperkuat kepercayaannya dan berjuang untuk dunia baru.
Perselisihan perdagangan antara Washington dan Beijing telah bergolak selama dua tahun. Selain berupaya mempersempit defisit perdagangan antara kedua negara, Presiden Donald Trump telah berulang kali menuduh China mencuri rahasia dagang dan memaksa perusahaan asing untuk menyerahkan teknologi sebagai bea masuk ke pasarnya.
Eskalasi terbaru dalam perseteruan yang telah berlangsung lama dimulai pada hari Jumat, ketika Gedung Putih menaikkan tarif impor China senilai USD200 miliar dari 10 persen menjadi 25 persen. China membalasnya awal pekan ini, mengatakan akan menerapkan kenaikan tarif sendiri untuk barang-barang Amerika USD60 miliar.
Washington menanggapi lagi dengan menerbitkan daftar barang-barang China senilai lebih dari USD300 miliar yang juga dapat dikenakan dengan tarif 25 persen. Jika pemerintahan Trump akan menindaklanjuti dan menerapkan pungutan ini, hampir semua nilai ekspor tahunan sebesar USD540 miliar ke AS akan dikenakan bea masuk.
Sementara itu, Beijing telah menyarankan bahwa tarif akan merugikan konsumen dan perusahaan Amerika yang memproduksi di China.
"Pergerakan tarif AS sangat mirip dengan rentetan peluru," kata Global Times.
"Itu akan menyebabkan banyak kerugian yang diakibatkan diri sendiri dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang," sambung artikel itu.
"Buat produk Anda di dalam AS dan tidak ada tarif," balas Trump.
“Banyak perusahaan meninggalkan China sehingga mereka akan lebih kompetitif untuk pembeli AS… kami adalah 'celengan' yang semua orang ingin membersihkan isinya dan manfaatkan. Tidak lagi!" cetus Trump.
Dengan perang dagang yang berlanjut dan kesepakatan yang tidak terlihat, pertemuan bulan depan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 di Osaka kemungkinan akan menjadi perdebatan.
(ian)