Pariwisata Sri Lanka Terpuruk Setelah Aksi Teror Bom

Selasa, 30 April 2019 - 06:51 WIB
Pariwisata Sri Lanka Terpuruk Setelah Aksi Teror Bom
Pariwisata Sri Lanka Terpuruk Setelah Aksi Teror Bom
A A A
COLOMBO - Sejak serangan bom yang menewaskan lebih dari 250 orang di Sri Lanka, kunjungan turis ke ibu kota Colombo turun hingga 50%. Ketua Biro Pariwisata Sri Lanka Kishu Gomes menyatakan, para turis yang datang ke wilayah di luar Colombo juga turun sekitar 30% setelah serangan bom.

Chief Executive Officer (CEO) SriLankan Airlines Vipula Gunatilleka menjelaskan dalam acara travel di Dubai bahwa maskapainya memiliki peningkatan pembatalan penerbangan hingga 10% pekan lalu dan diperkirakan jumlahnya meningkat.

Sri Lanka tampaknya akan menghadapi keterpurukan industri pariwisata setelah serangan bom tersebut. Kondisi itu akan semakin memukul perekonomian dan pasar keuangan negara tersebut. Sri Lanka pun diperkirakan harus meminta bantuan lebih banyak pada Dana Moneter Internasional (IMF).

Gomes menjelaskan biro pariwisata menargetkan 2,5 juta turis pada 2019. “Kami mungkin akan mencapai sekitar 2 juta turis. Kami mempertimbangkan untuk memberi beberapa konsesi pada industri itu agar bisa mempertahankan kinerjanya untuk beberapa bulan ke depan,” ungkap dia dilansir kantor berita Reuters.

Dia yakin sektor pariwisata akan bangkit jika militer bisa memberi jaminan keamanan. “Jika militer bisa membuktikan dalam beberapa hari mendatang dan membuat pernyataan kuat untuk keamanan, maka kita akan yakin dan mencoba serta bekerja melawan antisipasi itu,” tutur dia.

Otoritas keamanan Sri Lanka kemarin memperingatkan para pelaku teror merencanakan sejumlah serangan baru dan para pelaku bisa menyamar dengan berpakaian seragam militer. Peringatan itu muncul saat Uskup Colombo mengeluhkan kurangnya keamanan di sekitar gereja-gereja di negara itu. Sumber keamanan menyatakan para militan menargetkan lima lokasi untuk sejumlah serangan pada Minggu (28/4) atau Senin (29/4).

“Bisa terjadi gelombang serangan lain,” kata kepala divisi keamanan kementerian kepolisian (MSD) dalam surat untuk parlemen dan pejabat lain dilansir Reuters, kemarin. Surat itu juga menjelaskan, “Informasi menekankan bahwa orang-orang itu berpakaian seragam militer dan mobil van kemungkinan digunakan dalam serangan itu.”

Keamanan di penjuru Sri Lanka ditingkatkan meski tak terjadi serangan pada Minggu (28/4). Para tersangka telah ditahan sejak serangan bom pada 21 April di beberapa hotel dan gereja yang menewaskan lebih dari 250 orang, termasuk 40 warga asing. Pemerintah Sri Lanka juga melarang wanita memakai cadar sesuai hukum darurat yang diterapkan setelah serangan teror itu.

Ada kekhawatiran bahwa larangan itu bisa memicu ketegangan di negara multietnik tersebut. Meski demikian, para pejabat pemerintah menyatakan larangan cadar itu untuk membantu pasukan keamanan mengidentifikasi para tersangka dan jaringannya di penjuru negara itu.

Uskup Colombo Malcolm Ranjith menyatakan keamanan tidak banyak ditambahkan di sekitar gereja. “Kami tidak puas dengan kondisi keamanan dan mendesak otoritas menjamin keamanan kami,” ujar Ranjith. Otoritas menuduh dua kelompok National Thawheedh Jamaath (NTJ) dan Jammiyathul Millathu Ibrahim sebagai pelaku serangan Paskah itu.

Meski demikian, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab dalam serangan itu. Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe menyatakan orang yang terlibat serangan itu sebagian besar merupakan teman dan keluarga dekat. Mereka berkomunikasi langsung untuk menghindari penyadapan perangkat elektronik.

“Mereka cukup kecil sehingga mereka tidak menggunakan komunikasi normal, kecuali saling bertemu,” kata Wickremesinghe. Banyak warga Sri Lanka menduga perselisihan antara Presiden Maithripala Sirisena dan Wickremesinghe telah merusak keamanan nasional. Sirisena memecat Wickremesinghe setelah beberapa bulan konflik.

Sirisena kemudian melantik kembali Wickremesinghe karena mendapat tekanan dari Mahkamah Agung (MA). Sejak saat itu hubungan keduanya memburuk ke titik terendah sehingga masing-masing pihak secara aktif berupaya mengganggu pihak lain, termasuk tidak membagikan informasi keamanan yang sangat penting.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5689 seconds (0.1#10.140)