Potensi Ekonomi Bangladesh Dilirik Jokowi, Dieksekusi Dubes Rina
A
A
A
DHAKA - IndonesiaFair 2019 yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dhaka resmi berakhir Sabtu (27/4/2019) malam waktu Bangladesh. Perusahaan-perusahaan Indonesia sukses melakukan transaksi dan memiliki potensi transaksi sebesar USD185 juta.
Capaian nilai transaksi itu sangat besar mengingat pameran dan forum bisnis tersebut hanya berlangsung tiga hari.
"Itu hanya dari transaksi dan potensi transaksi berupa penjualan atau perdagangan, baik barang maupun jasa. Namun, kali ini KBRI memberikan fokus pada investasi, yaitu memanfaatkan potensi besar yang disediakan Bangladesh," kata Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Bangladesh, Rina P. Soemarno.
IndonesiaFair 2019 di Dhaka merupakan acara kedua setelah yang expo serupa digelar April 2018 lalu. Expo ini terobosan jitu para diplomat Indonesia di Bangladesh, dan mungkin satu-satunya dari sekian kedutaan Indonesia di seluruh dunia.
Ihwal munculnya expo yang menguntungkan para perusahaan dan pengusaha Indonesia ini sejatinya bermula dari kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Bangladesh. Jokowi melakukan kunjungan ke kamp pengungsi Rohingya di Cox Bazar pada Januari 2018. "Itu kunjungan kenegaraan pertama yang pernah dilakukan seorang presiden Indonesia dan Presiden Jokowi menjadi pemimpin dunia pertama yang mengunjungi pengungsi Rohingya," tutur Rina.
Indonesia sejak awal memberikaan bantuan kepada para pengungsi tersebut, termasuk pendirian rumah sakit oleh Alianasi Kemanusiaan Indonesia. Dari kunjungan itu, Jokowi melihat potensi ekonomi yang sangat besar di Bangladesh yang bisa dimanfaatkan Indonesia, karena negara sahabat itu sedang gencar membangun.
"Presiden memberi arahan yang sangat jelas. IndonesiaFair bagian dari arahan presiden agar Indonesia memanfaatkan peluang yang disediakan Bangladesh," kata Dubes Rina yang menjadi eksekutor dari apa yang diarahkan Jokowi.
Kunjungan presiden kala itu menghasilkan lima kesepakatan ekonomi, salah satunya terkait penyediaan LNG untuk Bangldesh.Foto/SINDOnews/Muhaimin
Rina memandang negara Asia Selatan tersebut sebagai potensi ekonomi yang sangat menguntungkan perusahaan-perusahaan Indonesia. "Bangladesh sebagai negara yang penduduknya besar, ekonominya baik, politiknya stabil. Petumbuhan ekonominya tertinggi di Asia selatan, ketiga tertinggi di dunia. Ini yang harus kita manfaatkan," katanya.
Dari kunjungan sekelompok jurnalis Indonesia, termasuk SINDOnews.com, terlihat Bangladesh sedang gila-gilaan membangun berbagai infrastruktur. Mulai dari jalan layang, infrastruktur kereta api, rencana pengembangan pelabuhan dan bandara serta banyak lagi rencana pembangunan yang sedang digarap.
Dari apa yang sedang dilakukan negara itu, Dubes Rina dan timnya di KBRI Dhaka mencetuskan IndonesiaFair. Expo pertama pada 2018 baru sekadar pameran produk-produk perusahaan Indonesia, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Expo yang kedua lebih kreatif lagi karena BUMN-BUMN Indonesia tak hanya berdagang, tapi didorong berinvestasi di Bangladesh. Sektor pariwisata Indonesia juga dipromosikan besar-besaran oleh KBRI Dhaka."Ada beberapa BUMN Indonesia yang memenuhi undangan kami, menjajaki peluang yang ada di bidang konstruksi, perkeretapaian, hingga pembangunan pelabuhan. Itu berpotensi menghasilkan transaksi yang sangat besar," kata Rina.
"Pada awalnya teman-teman yang kami undang penasaran, kenapa, ada apa dengan Bangladesh, tapi beberapa dari mereka memberanikan diri datang dengan harapan dapat satu proyek, eh malah dapat lima proyek."
Gemari Kereta Api dan Bus RI
PT Industri Kereta Api (INKA) mendapat reputasi sangat baik di mata publik Bangladesh. Masyarakat negara itu menggemari kereta api buatan BUMN Indonesia tersebut.
Pemerintah Bangladesh saat ini sedang gencar mengembangkan industri perkeretaapiaannya. "Pemerintah, yang sudah disetujui parlemennya, menyediakan dana USD900 juta untuk mengembangkan industri ini. Mereka senang berdagang dengan Indonesia. Mereka senang dengan produk PT INKA," ujar Rina.Foto/KBRI Dhaka
Public Relation Officer PT INKA, Muhammad Advin, mengatakan total 450 gerbong telah disepakati dikirim ke Bangladesh hingga 2020. Tahun 2006 sudah dikirim 50 gerbong. Tahun 2015 telah dikirim 150 gerbong. Pengiriman sisanya, yakni 250 gerbong dirampungkan tahun 2020. "Termasuk beberapa gerbong yang baru diresmikan hari Kamis (25/42019) oleh pemerintah Bangladesh," katanya mengacu pada kereta yang diberi nama Bonolata Express.
Tak hanya kereta api, bus-bus Indonesia yang diproduksi CV Karoseri Laksana juga menjadi transportasi primadona di Bangladesh. Ada 14 unit bus eksekutif yang telah disepakati dipasok ke negara tersebut. Empat di antaranya sudah tiba di Dhaka. "Antusias masyarakatnya luar biasa. Jauh hari sebelum bus tiba, banyak dari komunitas bus mania yang bertanya-tanya kapan bus Laksana tiba," kata Export Manager CV Laksana, Werry Yulianto.
Perusahaan bus yang berbasis di Ungaran, Jawa Tengah, ini dipilih Bangladesh sebagai pemasok bus karena ada beberapa pertimbangan. "Dari segi safety, Laksana sudah mendapat sertifikat uji guling yang distandarkan Eropa. Satu-satunya di Indonesia," ujarnya.
Dari segi komponen bus, perusahaan tersebut menjadi pioner di Indonesia. "Di Indonesia kita number one. Tapi, kita harus bersaing dengan produk-produk negara lain," paparnya.Foto/SINDOnews/Muhaimin
Radar hingga Kendaraan Tempur RI
Dari tiga hari IndonesiaFair 2019, khususnya di dalamnya; Indonesia-Bangladesh Investment Forum, publik Bangladesh baru tahu bahwa Indonesia juga memproduksi kendaraan tempur, radar dan menyediakan hanggar pesawat.
"Mereka tidak menyangka Indonesia memproduksi amunisi, persenjataan dan alat-alat berat yang sebegitu baiknya seperti yang ditampilkan PT Pindad dalam pameran," kata Dubes Rina.
Bangladesh juga baru tahu Indonesia memiliki GMF Aerosia yang menyediakan hanggar terbesar di dunia. "Mereka baru tahu Idonesia memiliki kemampuan memproduksi radar oleh PT Len Industri. Inilah keberhasilan yang lebih besar dari sekadar angka, keberhasilan juga untuk ivestasi yang kami laksanakan untuk nama baik Indonesia ke depan," ujar diplomat perempuan tersebut.
Dia juga memaparkan potensi proyek konstruksi di Bangladesh yang sedang dijajaki PT Waskita Karya. Negara yang sesaat lagi bestatus sebagai negara berkembang itu sedang berencana membangun jalan layang hingga membangun apartemen kompleks. "Berencana membangun kota raya terpadu—kalau di Indonesia seperti BSD—, berencana membangun transmisi listrik, dan membangun bandara."
Menteri Perdagangan Bangladesh Mofizul lslam menyebut Indonesia sebagai partner bisnis yang sangat baik."Namun, trade gap masih tinggi. Jadi akan sangat bijak bagi kedua negara meminimalisasi trade gap tersebut," katanya.
Capaian nilai transaksi itu sangat besar mengingat pameran dan forum bisnis tersebut hanya berlangsung tiga hari.
"Itu hanya dari transaksi dan potensi transaksi berupa penjualan atau perdagangan, baik barang maupun jasa. Namun, kali ini KBRI memberikan fokus pada investasi, yaitu memanfaatkan potensi besar yang disediakan Bangladesh," kata Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Bangladesh, Rina P. Soemarno.
IndonesiaFair 2019 di Dhaka merupakan acara kedua setelah yang expo serupa digelar April 2018 lalu. Expo ini terobosan jitu para diplomat Indonesia di Bangladesh, dan mungkin satu-satunya dari sekian kedutaan Indonesia di seluruh dunia.
Ihwal munculnya expo yang menguntungkan para perusahaan dan pengusaha Indonesia ini sejatinya bermula dari kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Bangladesh. Jokowi melakukan kunjungan ke kamp pengungsi Rohingya di Cox Bazar pada Januari 2018. "Itu kunjungan kenegaraan pertama yang pernah dilakukan seorang presiden Indonesia dan Presiden Jokowi menjadi pemimpin dunia pertama yang mengunjungi pengungsi Rohingya," tutur Rina.
Indonesia sejak awal memberikaan bantuan kepada para pengungsi tersebut, termasuk pendirian rumah sakit oleh Alianasi Kemanusiaan Indonesia. Dari kunjungan itu, Jokowi melihat potensi ekonomi yang sangat besar di Bangladesh yang bisa dimanfaatkan Indonesia, karena negara sahabat itu sedang gencar membangun.
"Presiden memberi arahan yang sangat jelas. IndonesiaFair bagian dari arahan presiden agar Indonesia memanfaatkan peluang yang disediakan Bangladesh," kata Dubes Rina yang menjadi eksekutor dari apa yang diarahkan Jokowi.
Kunjungan presiden kala itu menghasilkan lima kesepakatan ekonomi, salah satunya terkait penyediaan LNG untuk Bangldesh.Foto/SINDOnews/Muhaimin
Rina memandang negara Asia Selatan tersebut sebagai potensi ekonomi yang sangat menguntungkan perusahaan-perusahaan Indonesia. "Bangladesh sebagai negara yang penduduknya besar, ekonominya baik, politiknya stabil. Petumbuhan ekonominya tertinggi di Asia selatan, ketiga tertinggi di dunia. Ini yang harus kita manfaatkan," katanya.
Dari kunjungan sekelompok jurnalis Indonesia, termasuk SINDOnews.com, terlihat Bangladesh sedang gila-gilaan membangun berbagai infrastruktur. Mulai dari jalan layang, infrastruktur kereta api, rencana pengembangan pelabuhan dan bandara serta banyak lagi rencana pembangunan yang sedang digarap.
Dari apa yang sedang dilakukan negara itu, Dubes Rina dan timnya di KBRI Dhaka mencetuskan IndonesiaFair. Expo pertama pada 2018 baru sekadar pameran produk-produk perusahaan Indonesia, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Expo yang kedua lebih kreatif lagi karena BUMN-BUMN Indonesia tak hanya berdagang, tapi didorong berinvestasi di Bangladesh. Sektor pariwisata Indonesia juga dipromosikan besar-besaran oleh KBRI Dhaka."Ada beberapa BUMN Indonesia yang memenuhi undangan kami, menjajaki peluang yang ada di bidang konstruksi, perkeretapaian, hingga pembangunan pelabuhan. Itu berpotensi menghasilkan transaksi yang sangat besar," kata Rina.
"Pada awalnya teman-teman yang kami undang penasaran, kenapa, ada apa dengan Bangladesh, tapi beberapa dari mereka memberanikan diri datang dengan harapan dapat satu proyek, eh malah dapat lima proyek."
Gemari Kereta Api dan Bus RI
PT Industri Kereta Api (INKA) mendapat reputasi sangat baik di mata publik Bangladesh. Masyarakat negara itu menggemari kereta api buatan BUMN Indonesia tersebut.
Pemerintah Bangladesh saat ini sedang gencar mengembangkan industri perkeretaapiaannya. "Pemerintah, yang sudah disetujui parlemennya, menyediakan dana USD900 juta untuk mengembangkan industri ini. Mereka senang berdagang dengan Indonesia. Mereka senang dengan produk PT INKA," ujar Rina.Foto/KBRI Dhaka
Public Relation Officer PT INKA, Muhammad Advin, mengatakan total 450 gerbong telah disepakati dikirim ke Bangladesh hingga 2020. Tahun 2006 sudah dikirim 50 gerbong. Tahun 2015 telah dikirim 150 gerbong. Pengiriman sisanya, yakni 250 gerbong dirampungkan tahun 2020. "Termasuk beberapa gerbong yang baru diresmikan hari Kamis (25/42019) oleh pemerintah Bangladesh," katanya mengacu pada kereta yang diberi nama Bonolata Express.
Tak hanya kereta api, bus-bus Indonesia yang diproduksi CV Karoseri Laksana juga menjadi transportasi primadona di Bangladesh. Ada 14 unit bus eksekutif yang telah disepakati dipasok ke negara tersebut. Empat di antaranya sudah tiba di Dhaka. "Antusias masyarakatnya luar biasa. Jauh hari sebelum bus tiba, banyak dari komunitas bus mania yang bertanya-tanya kapan bus Laksana tiba," kata Export Manager CV Laksana, Werry Yulianto.
Perusahaan bus yang berbasis di Ungaran, Jawa Tengah, ini dipilih Bangladesh sebagai pemasok bus karena ada beberapa pertimbangan. "Dari segi safety, Laksana sudah mendapat sertifikat uji guling yang distandarkan Eropa. Satu-satunya di Indonesia," ujarnya.
Dari segi komponen bus, perusahaan tersebut menjadi pioner di Indonesia. "Di Indonesia kita number one. Tapi, kita harus bersaing dengan produk-produk negara lain," paparnya.Foto/SINDOnews/Muhaimin
Radar hingga Kendaraan Tempur RI
Dari tiga hari IndonesiaFair 2019, khususnya di dalamnya; Indonesia-Bangladesh Investment Forum, publik Bangladesh baru tahu bahwa Indonesia juga memproduksi kendaraan tempur, radar dan menyediakan hanggar pesawat.
"Mereka tidak menyangka Indonesia memproduksi amunisi, persenjataan dan alat-alat berat yang sebegitu baiknya seperti yang ditampilkan PT Pindad dalam pameran," kata Dubes Rina.
Bangladesh juga baru tahu Indonesia memiliki GMF Aerosia yang menyediakan hanggar terbesar di dunia. "Mereka baru tahu Idonesia memiliki kemampuan memproduksi radar oleh PT Len Industri. Inilah keberhasilan yang lebih besar dari sekadar angka, keberhasilan juga untuk ivestasi yang kami laksanakan untuk nama baik Indonesia ke depan," ujar diplomat perempuan tersebut.
Dia juga memaparkan potensi proyek konstruksi di Bangladesh yang sedang dijajaki PT Waskita Karya. Negara yang sesaat lagi bestatus sebagai negara berkembang itu sedang berencana membangun jalan layang hingga membangun apartemen kompleks. "Berencana membangun kota raya terpadu—kalau di Indonesia seperti BSD—, berencana membangun transmisi listrik, dan membangun bandara."
Menteri Perdagangan Bangladesh Mofizul lslam menyebut Indonesia sebagai partner bisnis yang sangat baik."Namun, trade gap masih tinggi. Jadi akan sangat bijak bagi kedua negara meminimalisasi trade gap tersebut," katanya.
(mas)