GMF Aeroasia Pun Berminat Buka di Bangladesh
A
A
A
DHAKA - GMF Aeroasia berminat untuk beroperasi di Bangladesh. Anak perusahaan BUMN Garuda Indonesia itu melihat bisnis penerbangan di negara Asia Selatan tersebut tumbuh luar biasa.
"Kemarin kami sudah bertemu direktur kelayakan—kalau di Indonesia, DKPPU—, kami sampaikan potensi dan kemampuan kami untuk buka di sini (Bangladesh). Ada keterbatasan lahan di sini," kata VP Garuda Maintenance Facility, Arif Faisal, usai acara Forum Bisnis dan Investasi Indonesia-Bangladesh di International Convention City Bashundara (ICCB), Dhaka, kemarin
"Mereka sampaikan kalau bisnis di Bangladesh harus ada local partner, banyak yang mendekati kita untuk menjadi local partner," ujarnya.
Bagi GMF Aeorosia, kata Arif, skala bisnis di Bangladesh masih sedikit dan masih bisa ditingkatkan. Dia melihat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi di negara itu menjadi potensi.
"Pertumbuhan penumpang sampai lima tahun terakhir 64,7 persen untuk penerbangan domestik. Untuk penerbangan internasionlnya 22,1 persen, ini luar biasa. Artinya berpotensi tumbuh terus," kata Arif.
Pertumbuhan penumpang itu pada akhirnya akan menambah jumlah pesawat. "Sementara kemampuan kami di bidang perawatan ini match juga dengan tipe pesawatnya. Pas dengan kemampuan yang kami miliki," kata Arif, dengan mencontohkan tipe pesawat Boeing 737 Classic yang dioperasikan maskapai Bangladesh.
Meski belum secara resmi membuka usaha di Bangladesh, para teknisi GMF Aeroasia sejatinya sudah ada yang diandalkan di negara tersebut. "Secara tidak langsung kami sudah memiliki orang di sini yang special case, yang spesial perawatan," katanya.
Arif menambahkan, GMF Aeroasia sudah memasok komponen pesawat ke salah satu maskapai Bangladesh. Dia berharap, layanan pesawat maskapai itu juga masuk ke GMF Aeroasia. "Kami melihatnya tidak setahun dua tahun, tapi future-nya, kebutuhan makro mereka, khususnya di bidang aviasi," imbuh Arif.
Forum Bisnis dan Investasi Indonesia-Bangladesh merupakan bagian dari IndonesiaFair 2019 yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dhaka.
Sebelumnya, Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Bangladesh, Rina P. Soemarno, mengatakan banyak pengusaha dan perusahaan Indonesia menunjukkan minatnya untuk masuk ke pasar Bangladesh dan berinvestasi di negara tersebut.
"Minat kuat untuk investasi dan usaha patungan di Bangladesh ditunjukkan dari berbagai sektor bisnis di Indonesia, termasuk energi, MRO, otomotif, logistics and support, transportasi, kereta api dan bisnis terkait, serta infrastruktur," kata Rina.
Dubes Rina mencontohkan PT INKA—salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia—sukses memasok 450 gerbong untuk Bangladesh Railway. Pengiriman tahap ketiga telah diresmikan di Rajshahi Kamis lalu yang disaksikan langsung oleh Perdana Menteri Sheikh Hasina melalui teleconference dari Dhaka.
"PT INKA hadir di expo dan forum ini, dan telah menunjukkan keinginan serta niat kuat mereka untuk lebih hadir di negara ini (Bangladesh) dengan terlibat dalam usaha patungan atau investasi," ujar diplomat perempuan tersebut.
Sebelumnya, CV Karoseri Laksana juga berhasil mengekspor 14 unit bus ke mitra bisnis Bangladesh-nya. "Ini hanya satu cerita, dan saya percaya kita akan mendengar lebih banyak dari perusahaan Indonesia lain yang hadir di sini," imbuh Dubes Rina.
"Kemarin kami sudah bertemu direktur kelayakan—kalau di Indonesia, DKPPU—, kami sampaikan potensi dan kemampuan kami untuk buka di sini (Bangladesh). Ada keterbatasan lahan di sini," kata VP Garuda Maintenance Facility, Arif Faisal, usai acara Forum Bisnis dan Investasi Indonesia-Bangladesh di International Convention City Bashundara (ICCB), Dhaka, kemarin
"Mereka sampaikan kalau bisnis di Bangladesh harus ada local partner, banyak yang mendekati kita untuk menjadi local partner," ujarnya.
Bagi GMF Aeorosia, kata Arif, skala bisnis di Bangladesh masih sedikit dan masih bisa ditingkatkan. Dia melihat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi di negara itu menjadi potensi.
"Pertumbuhan penumpang sampai lima tahun terakhir 64,7 persen untuk penerbangan domestik. Untuk penerbangan internasionlnya 22,1 persen, ini luar biasa. Artinya berpotensi tumbuh terus," kata Arif.
Pertumbuhan penumpang itu pada akhirnya akan menambah jumlah pesawat. "Sementara kemampuan kami di bidang perawatan ini match juga dengan tipe pesawatnya. Pas dengan kemampuan yang kami miliki," kata Arif, dengan mencontohkan tipe pesawat Boeing 737 Classic yang dioperasikan maskapai Bangladesh.
Meski belum secara resmi membuka usaha di Bangladesh, para teknisi GMF Aeroasia sejatinya sudah ada yang diandalkan di negara tersebut. "Secara tidak langsung kami sudah memiliki orang di sini yang special case, yang spesial perawatan," katanya.
Arif menambahkan, GMF Aeroasia sudah memasok komponen pesawat ke salah satu maskapai Bangladesh. Dia berharap, layanan pesawat maskapai itu juga masuk ke GMF Aeroasia. "Kami melihatnya tidak setahun dua tahun, tapi future-nya, kebutuhan makro mereka, khususnya di bidang aviasi," imbuh Arif.
Forum Bisnis dan Investasi Indonesia-Bangladesh merupakan bagian dari IndonesiaFair 2019 yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dhaka.
Sebelumnya, Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Bangladesh, Rina P. Soemarno, mengatakan banyak pengusaha dan perusahaan Indonesia menunjukkan minatnya untuk masuk ke pasar Bangladesh dan berinvestasi di negara tersebut.
"Minat kuat untuk investasi dan usaha patungan di Bangladesh ditunjukkan dari berbagai sektor bisnis di Indonesia, termasuk energi, MRO, otomotif, logistics and support, transportasi, kereta api dan bisnis terkait, serta infrastruktur," kata Rina.
Dubes Rina mencontohkan PT INKA—salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia—sukses memasok 450 gerbong untuk Bangladesh Railway. Pengiriman tahap ketiga telah diresmikan di Rajshahi Kamis lalu yang disaksikan langsung oleh Perdana Menteri Sheikh Hasina melalui teleconference dari Dhaka.
"PT INKA hadir di expo dan forum ini, dan telah menunjukkan keinginan serta niat kuat mereka untuk lebih hadir di negara ini (Bangladesh) dengan terlibat dalam usaha patungan atau investasi," ujar diplomat perempuan tersebut.
Sebelumnya, CV Karoseri Laksana juga berhasil mengekspor 14 unit bus ke mitra bisnis Bangladesh-nya. "Ini hanya satu cerita, dan saya percaya kita akan mendengar lebih banyak dari perusahaan Indonesia lain yang hadir di sini," imbuh Dubes Rina.
(mas)