IndonesiaFair Hanya Showcase, Riilnya Deal Antarpebisnis
A
A
A
DHAKA - Misi utama IndonesiaFair 2019 yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dhaka, Bangladesh, bukan sekadar pameran produk dari para pebisnis Tanah Air. Namun, acara ini menjadi pintu bagi pebisnis kedua negara untuk langsung membuat kesepakatan bisnis.
"IndonesiaFair hanya showcase. Riilnya one-on-one B-to-B business matching," kata Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, Ferdy Nico Yohannes Piay, usai pembukaan IndonesiaFair 2019 di International Convention City Bashundara (ICCB), Dhaka, Kamis kemarin.
Dia mencontohkan Pelindo membuat kesepakatan dengan mitra bisnisnya."Kita dorong, tak hanya promosi tapi pertemuan-pertemuan sepesifik. Setiap kita datang ke negara-negara Asia selatan kita bawa BUMN-BUMN untuk bertemu dengan mitra bisnisnya," ujarnya.
Menurut diplomat Indonesia tersebut, expo yang dirancang KBRI Dhaka dan didukung Kemlu serta kementerian-kementerian terkait lainnya tersebut sebenarnya menindaklanjuti kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Bangladesh pada tahun lalu.
"Setelah kunjungan presiden ada potensi yang harus kita kembangkan. Promosi menjadi salah satu alternatif untuk lebih memperkenalkan produk dan potensi Indonesia ke Bangladesh," ujarnya.
IndonesiaFair 2019 merupakan expo kedua yang digelar KBRI Dhaka. Ferdy mengatakan expo pertama telah memberikan hasil yang sangat besar. "Ada wujud nyata, 14 bus CV Laksana diserahkan (ke Shohagh Group Bangladesh). Fair kali ini diharapkan lebih banyak lagi transaksi bisnis," kata Ferdy.
Bagi ekonomi Indonesia, Bangladesh bukan negara sembarangan. Menurut Ferdy, negara Asia selatan ini merupakan salah satu dari sepuluh negara yang memberikan surplus perdagangan pada Indonesia. "Kita lebih banyak mengekspor ke Bangladesh ketimbang Bangladesh mengekspor ke Indonesia," paparnya.
Adanya trade gap itu juga disinggung pemerintah Bangladesh. Masalah itu, sambung Ferdy, sudah dicarikan solusi dengan pembuatan trade agreement yang saat ini sedang dalam tahap pembahasan.
"Itu hasil pembicaraan Presiden Jokowi dengan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Sudah dimulai (dibahas) tahun ini. Trade agreement sebenarnya tak hanya membuka peluang bagi Indonesia saja sebenarnya, tapi juga bagi Bangladesh."
Saat ini, ekspor Indonesia ke Bangladesh masih didominasi produk komoditi. Namun, diversifikasi sudah dimulai. "Seperti PT INKA mengekspor 450 gerbong. Ada Pertamina yang diharapkan bisa investasi. Konsorsium Kereta Api Indonesia nanti bisa membangun infrastrukturnya, jadi bukan hanya gerbong oleh PT INKA," papar Ferdy.
Status Bangladesh saat ini memang least developed countries (LDC). Namun, status itu segera dicabut dan menjadi negara berkembang."Ketika menjadi negara berkembang, banyak investasi yang akan masuk," ujar Ferdy
"IndonesiaFair hanya showcase. Riilnya one-on-one B-to-B business matching," kata Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, Ferdy Nico Yohannes Piay, usai pembukaan IndonesiaFair 2019 di International Convention City Bashundara (ICCB), Dhaka, Kamis kemarin.
Dia mencontohkan Pelindo membuat kesepakatan dengan mitra bisnisnya."Kita dorong, tak hanya promosi tapi pertemuan-pertemuan sepesifik. Setiap kita datang ke negara-negara Asia selatan kita bawa BUMN-BUMN untuk bertemu dengan mitra bisnisnya," ujarnya.
Menurut diplomat Indonesia tersebut, expo yang dirancang KBRI Dhaka dan didukung Kemlu serta kementerian-kementerian terkait lainnya tersebut sebenarnya menindaklanjuti kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Bangladesh pada tahun lalu.
"Setelah kunjungan presiden ada potensi yang harus kita kembangkan. Promosi menjadi salah satu alternatif untuk lebih memperkenalkan produk dan potensi Indonesia ke Bangladesh," ujarnya.
IndonesiaFair 2019 merupakan expo kedua yang digelar KBRI Dhaka. Ferdy mengatakan expo pertama telah memberikan hasil yang sangat besar. "Ada wujud nyata, 14 bus CV Laksana diserahkan (ke Shohagh Group Bangladesh). Fair kali ini diharapkan lebih banyak lagi transaksi bisnis," kata Ferdy.
Bagi ekonomi Indonesia, Bangladesh bukan negara sembarangan. Menurut Ferdy, negara Asia selatan ini merupakan salah satu dari sepuluh negara yang memberikan surplus perdagangan pada Indonesia. "Kita lebih banyak mengekspor ke Bangladesh ketimbang Bangladesh mengekspor ke Indonesia," paparnya.
Adanya trade gap itu juga disinggung pemerintah Bangladesh. Masalah itu, sambung Ferdy, sudah dicarikan solusi dengan pembuatan trade agreement yang saat ini sedang dalam tahap pembahasan.
"Itu hasil pembicaraan Presiden Jokowi dengan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Sudah dimulai (dibahas) tahun ini. Trade agreement sebenarnya tak hanya membuka peluang bagi Indonesia saja sebenarnya, tapi juga bagi Bangladesh."
Saat ini, ekspor Indonesia ke Bangladesh masih didominasi produk komoditi. Namun, diversifikasi sudah dimulai. "Seperti PT INKA mengekspor 450 gerbong. Ada Pertamina yang diharapkan bisa investasi. Konsorsium Kereta Api Indonesia nanti bisa membangun infrastrukturnya, jadi bukan hanya gerbong oleh PT INKA," papar Ferdy.
Status Bangladesh saat ini memang least developed countries (LDC). Namun, status itu segera dicabut dan menjadi negara berkembang."Ketika menjadi negara berkembang, banyak investasi yang akan masuk," ujar Ferdy
(mas)