Fakta-fakta dan Kejanggalan dari Tragedi Bom Sri Lanka

Senin, 22 April 2019 - 16:46 WIB
Fakta-fakta dan Kejanggalan dari Tragedi Bom Sri Lanka
Fakta-fakta dan Kejanggalan dari Tragedi Bom Sri Lanka
A A A
KOLOMBO - Perayaan Minggu Paskah di tiga gereja Sri Lanka berubah menjadi adegan maut yang mengerikan ketika bom-bom meledak. Empat hotel dan sebuah rumah juga diguncang ledakan dalam jeda waktu yang tak terlalu lama.

Data korban meninggal hingga hari Senin (22/4/2019) telah mencapai 290 orang. Sekitar 500 orang lainnya terluka.

SINDOnews.com merangkum fakta-fakta dan kejanggalan dari tragedi pemboman tersebut. Berikut rinciannya;

Jumlah Bom dan Target

Ada sembilan bom di sembilan titik target. Namun, yang meledak delapan bom di delapan titik lokasi. Delapan target yang hancur itu adalah Kuil Santo Anthony di distrik Kochchikade di Kolombo, Gereja Santo Sebastian di Negombo, Gereja Sion di kota Batticaloa, Hotel Cinnamon Grand, Shangri-La, Hotel Kingsbury, hotel di dekat Kebun Binatang Nasional dan sebuah rumah di Kolombo.

Bom kesembilan yang menargetkan Bandara Internasional Kolombo berhasil dijinakkan aparat keamanan. Jenis bom yang berhasil dijinakkan adalah bom pipa.

Jumlah Korban

Korban tewas mencapai 290 orang, termasuk 27 warga asing yakni; lima warga Inggris, dua warga Amerika Serikat (AS), tiga warga Demark, tiga warga India, dua warga Turki, dua warga China, satu warga Portugal, satu warga Jepang dan satu warga Belanda.

Sedangkan jumlah korban luka mencapai sekitar 500 orang.

Orang yang Ditangkap

Sebanyak 24 orang telah ditangkap sehubungan dengan rentetan serangan bom itu. Awalnya, ada 13 orang yang ditangkap dan dianggap sebagai tersangka. Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene mengatakan semua tersangka telah diidentifikasi.

Versi laporan AP, serangan itu dilakukan oleh tujuh pembom bunuh diri. Laporan itu mengutip seorang penyelidik pemerintah. Salah satu pelaku pemboman masuk ke Hotel Cinnamon Grand di Kolombo dengan nama Mohamed Azzam Mohamed. Pria ini memicu ledakan di restoran hotel yang sibuk sambil mengantre untuk sarapan prasmanan pada Minggu Paskah.

Blokir Media Sosial

Pemerintah memblokir akses Facebook dan WhatsApp tak lama setelah rentetan bom mengguncang Sri Lanka. Pemerintah mendesak semua orang untuk tidak menyebarkan informasi yang salah tentang tragedi itu.

Kejanggalan

Fakta bahwa intelijen Sri Lanka sudah mengirim peringatan terkait kemungkinan adanya serangan teroris sepuluh hari sebelum delapan bom mengguncang tiga gereja, empat hotel dan sebuah rumah kemarin. Kejanggalannya adalah otoritas keamanan terkesan mengabaikan peringatan tersebut.

Surat peringatan intelijen sudah dikirim pada 11 April. Dalam suratnya, intelijen Sri Lanka mengeluarkan peringatan nasional tentang kemungkinan serangan bom bunuh diri yang direncanakan terhadap Gereja Katolik dan Komisi Tinggi India di Kolombo. Menurut surat tersebut, serangan teroris kemungkinan akan dilancarkan organisasi Islam garis keras bernama Thowheed Jamath.

Menteri Telekomunikasi Harin Fernando merilis surat peringatan intelijen itu di Twitter. "Beberapa petugas intelijen mengetahui kejadian ini. Karena itu ada penundaan dalam tindakan. Apa yang ayah saya dengar juga dari seorang perwira intelijen. Tindakan serius perlu diambil mengapa peringatan ini diabaikan. Saya berada di Badulla tadi malam," tulis Fernando di akun Twitter-nya, @fernandoharin yang dikutip Senin (22/4/2019).

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengakui adanya peringatan intelijen tersebut. "Kita juga harus melihat mengapa tindakan pencegahan yang memadai tidak dilakukan," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5561 seconds (0.1#10.140)