Korban Tewas Bom Gereja dan Hotel Sri Lanka Jadi 215 Orang

Senin, 22 April 2019 - 08:44 WIB
Korban Tewas Bom Gereja dan Hotel Sri Lanka Jadi 215 Orang
Korban Tewas Bom Gereja dan Hotel Sri Lanka Jadi 215 Orang
A A A
KOLOMBO - Jumlah korban tewas dalam serangkaian serangan bom di tiga gereja dan beberapa hotel di Sri Lanka bertambah dari 207 orang menjadi 215 orang. Sekitar 450 orang lainnya terluka.

Tiga gereja yang diguncang ledakan saat ibadah Paskah hari Minggu (21/4/2019) adalah Kuil Santo Anthony di distrik Kochchikade di Kolombo, Gereja Santo Sebastian di Negombo dan Gereja Sion di kota Batticaloa.

Tambahan korban meninggal itu dilaporkan Channel News1 TV. Presiden Maithripala Sirisena memerintahkan kepolisian bertindak tegas terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam serangan bom tersebut.

"Saya telah memberikan instruksi untuk mengambil tindakan tegas terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas konspirasi ini," kata Presiden Sirisena.

Juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekera mengatakan bahwa para korban luka telah dievakuasi. Pasukan keamanan telah menutup area lokasi ledakan untuk melakukan operasi pencarian korban.

Tidak ada pihak atau kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangkaian serangan bom itu.

Mengutip Al Jazeera, ledakan bom pertama dan dua bom selanjutnya di Kolombo hanya berselang setengah jam. Sumber di kepolisian mengatakan kepada AP bahwa pihak berwenang mencurigai setidaknya dua ledakan disebabkan oleh pelaku bom bunuh diri.

Sementara itu, Menteri Telekomunikasi Harin Fernando merilis surat peringatan intelijen Sri Lanka yang sudah memperingatkan kemungkinan adanya serangan teroris sepuluh hari sebelum delapan bom mengguncang negara itu. Menteri itu mempertanyakan mengapa otoritas keamanan mengabaikan peringatan tersebut.

Surat peringatan dari intelijen dikirim sejak 11 April. Dalam suratnya, intelijen Sri Lanka mengeluarkan peringatan nasional tentang kemungkinan serangan bom bunuh diri yang direncanakan terhadap Gereja Katolik dan Komisi Tinggi India di Kolombo. Menurut surat tersebut, serangan teroris kemungkinan akan dilancarkan organisasi Islam garis keras bernama National Thowheed Jamath.

"Beberapa petugas intelijen mengetahui kejadian ini. Karena itu ada penundaan dalam tindakan. Apa yang ayah saya dengar juga dari seorang perwira intelijen. Tindakan serius perlu diambil mengapa peringatan ini diabaikan. Saya berada di Badulla tadi malam," tulis Fernando di akun Twitter-nya, @fernandoharin yang dikutip Senin (22/4/2019).

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengakui adanya peringatan intelijen tersebut. "Kita juga harus melihat mengapa tindakan pencegahan yang memadai tidak dilakukan," katanya.

Polisi mengatakan 13 tersangka telah ditangkap sehubungan dengan rentetan pemboman tersebut. Menurut Wickremesinghe para tersangka adalah warga lokal. "Tetapi para penyelidik akan memeriksa apakah para penyerang memiliki hubungan di luar negeri," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4573 seconds (0.1#10.140)