Penutupan Pemerintah AS Disebut Penyebab Jatuhnya Pesawat Ethiopia
A
A
A
WASHINGTON - Seorang host CNN, Brianna Keilat, menghubungkan kecelakaan pesawat Ethiopia Airlines ET302 pada Minggu lalu dengan penutupan sementara pemerintan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Berbicara dengan politisi asal Partai Republik Dan Kildee, Keilar menyatakan bahwa pesawat nahas itu jatuh karena Boeing gagal mengimplementasikan upgrade perangkat lunak percontohan pada bulan Januari, karena Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS tidak beroperasi karena penutupan pemerintah.
"Jadi Boeing sebenarnya gagal memberikan perbaikan perangkat lunak untuk sistem penerbangan pada 737 MAX 8 hingga setelah kecelakaan Oktober itu," kata Keilar.
"Ada pilot yang melihat itu dan merasa ini adalah penghilangan kriminal. Itulah yang mereka pikirkan tentang ini," sambungnya.
"Perbaikan perangkat lunak, kemudian, menurut The Wall Street Journal, seharusnya terjadi pada Januari, dan itu ditunda karena penutupan pemerintah, karena FAA sedang offline," lanjutnya sebelum meminta pendapat Kildee seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (14/3/2019).
Namun, pernyataan Keilar ternyata tidak benar secara faktual, lapor The Daily Caller. Setelah memeriksa artikel Wall Street Journal yang dirujuk oleh sang host, situs itu menemukan bahwa Boeing tidak menyediakan pembaruan peranti lunak karena perbedaan pendapat dan masalah teknis serta teknik.
Selain itu, menurut The Daily Caller, FAA jauh dari kata non-operasional selama penutupan pemerintah. Ribuan inspektur keselamatan FAA dan staf lainnya dipanggil kembali selama periode tersebut untuk memastikan keamanan penerbangan di seluruh negara.
Sehubungan dengan keterlambatan pembaruan perangkat lunak Boeing, FAA tidak menekan pihak perusahaan mengenai masalah tersebut, karena pada saat itu pemerintah merasa tidak ada ancaman keamanan yang akan terjadi, tulis The Wall Street Journal dalam artikelnya.
Pembaruan yang dipermasalahkan, yang sekarang dijadwalkan akan dilakukan pada bulan April, akan memungkinkan pilot memiliki kendali lebih besar atas pesawat dalam situasi darurat.
Berbicara dengan politisi asal Partai Republik Dan Kildee, Keilar menyatakan bahwa pesawat nahas itu jatuh karena Boeing gagal mengimplementasikan upgrade perangkat lunak percontohan pada bulan Januari, karena Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS tidak beroperasi karena penutupan pemerintah.
"Jadi Boeing sebenarnya gagal memberikan perbaikan perangkat lunak untuk sistem penerbangan pada 737 MAX 8 hingga setelah kecelakaan Oktober itu," kata Keilar.
"Ada pilot yang melihat itu dan merasa ini adalah penghilangan kriminal. Itulah yang mereka pikirkan tentang ini," sambungnya.
"Perbaikan perangkat lunak, kemudian, menurut The Wall Street Journal, seharusnya terjadi pada Januari, dan itu ditunda karena penutupan pemerintah, karena FAA sedang offline," lanjutnya sebelum meminta pendapat Kildee seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (14/3/2019).
Namun, pernyataan Keilar ternyata tidak benar secara faktual, lapor The Daily Caller. Setelah memeriksa artikel Wall Street Journal yang dirujuk oleh sang host, situs itu menemukan bahwa Boeing tidak menyediakan pembaruan peranti lunak karena perbedaan pendapat dan masalah teknis serta teknik.
Selain itu, menurut The Daily Caller, FAA jauh dari kata non-operasional selama penutupan pemerintah. Ribuan inspektur keselamatan FAA dan staf lainnya dipanggil kembali selama periode tersebut untuk memastikan keamanan penerbangan di seluruh negara.
Sehubungan dengan keterlambatan pembaruan perangkat lunak Boeing, FAA tidak menekan pihak perusahaan mengenai masalah tersebut, karena pada saat itu pemerintah merasa tidak ada ancaman keamanan yang akan terjadi, tulis The Wall Street Journal dalam artikelnya.
Pembaruan yang dipermasalahkan, yang sekarang dijadwalkan akan dilakukan pada bulan April, akan memungkinkan pilot memiliki kendali lebih besar atas pesawat dalam situasi darurat.
(ian)