Serang Pangkalan Militer, Taliban Bantai 100 Orang Lebih
A
A
A
KABUL - Sejumlah pejabat mengatakan Taliban telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap sebuah kompleks militer Afghanistan di Provinsi Maidan Wardak tengah. Akibat serangan itu, lebih dari 100 orang tewas.
Taliban melancarkan serangan di kampus Direktorat Keamanan Nasional (NDS) pada Senin kemarin. Serangan ini adalah serangan terbaru dari serangkaian serangan mematikan dalam beberapa bulan terakhir oleh Taliban, yang telah menguasai sekitar setengah dari Afghanistan.
Pihak berwenang Afghanistan mengatakan serangan itu dimulai pada Senin pagi, ketika sebuah kendaraan Humvee buatan AS memasuki kompleks dan meledak. Orang-orang bersenjata kemudian melepaskan tembakan, sebelum dibunuh oleh pasukan keamanan.
Para pejabat kementerian pertahanan mengatakan bahwa Taliban telah menggunakan Humvee, yang direbut dari pasukan Afghanistan, sebagai bom untuk menghancurkan benteng militer.
"Pagi ini, sekitar jam 7 pagi, sebuah Humvee memasuki blok NDS di kota, sekitar 150 personil NDS hadir pada saat serangan itu. Humvee meledak tepat setelah memasuki kompleks. Bangunan itu benar-benar runtuh,” kata Hussein Ali Baligh, seorang anggota dewan provinsi setempat, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (22/1/2019).
Setidaknya dua pria bersenjata menindaklanjuti serangan itu sebelum terbunuh.
Dia mengatakan serangan itu memicu kekhawatiran di provinsi itu tentang bagaimana sebuah Humvee yang berada di tangan pasukan pemerintah dapat melewati pos-pos pemeriksaan sambil membawa bahan peledak.
"Itu menunjukkan kelemahan pasukan kita," katanya.
"Kekuatan kita berani, tetapi komandan mereka memiliki kelemahan," imbuhnya.
Pejabat pemerintah, berbicara dengan syarat anonim, telah memberikan perkiraan yang berbeda dari jumlah korban tewas. Salah satunya mengatakan korban bisa mencapai 126 orang dan lainnya mengatakan lebih banyak lagi yang diduga terluka.
Sementara seorang pejabat dari kementerian kesehatan masyarakat Afghanistan mengatakan total yang tewas dan terluka sekitar 140 orang.
Namun, yang lain menawarkan perkiraan yang lebih konservatif. Seorang pejabat senior NDS di Kabul mengatakan setidaknya 50 orang terbunuh atau terluka.
Abdurrahman Mangal, juru bicara gubernur provinsi di Maidan Wardak, mengatakan 12 orang tewas dan 12 lainnya luka-luka ketika bom mobil meledak di dekat unit pasukan khusus Afghanistan.
Sedangkan Sharif Hotak, seorang anggota dewan provinsi di Maidan Wardak, mengatakan dia telah melihat mayat 35 personil pasukan Afghanistan di rumah sakit.
“Banyak lagi yang terbunuh. Beberapa mayat diangkut ke kota Kabul dan banyak yang terluka dipindahkan ke rumah sakit di Kabul," kata Hotak.
"Pemerintah menyembunyikan jumlah korban yang akurat untuk mencegah turunnya moral pasukan Afghanistan," imbuhnya.
Pejabat pemerintah di Maidan Wardak dan Kabul menolak berkomentar ketika ditanya apakah mereka mengaburkan jumlah korban tewas.
Dua pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri mengatakan jumlah korban persis tidak diungkapkan untuk mencegah kerusuhan di dalam angkatan bersenjata.
“Saya telah diberitahu untuk tidak membuat angka kematian ke publik. Sangat frustasi menyembunyikan fakta,” kata seorang pejabat senior Kementerian Dalam Negeri di Kabul.
Kantor presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, mengatakan "musuh negara" telah melakukan serangan terhadap personel NDS di Maidan Shahr, Ibu Kota provinsi.
"Mereka membunuh dan melukai sejumlah putra kami yang terkasih dan jujur," katanya.
"Kelompok-kelompok teroris dan pendukung asing mereka tidak dapat melemahkan moral tinggi pasukan keamanan dan pertahanan kita yang berani, karena mereka memiliki keinginan besar untuk menekan teroris," imbuhnya.
Ghani lantas memerintahkan para pejabat untuk menyelidiki serangan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Afghanistan telah berhenti mengeluarkan angka-angka korban secara terperinci. Tahun lalu, Ghani mengatakan 28.000 perwira polisi dan tentara Afghanistan telah terbunuh sejak 2015, berbeda dengan data korban yang sudah lama.
Gerilyawan Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Zabiullah Mujahid, juru bicara kelompok militan itu, mengklaim telah membunuh 190 orang.
Pekan lalu, para pejuang Taliban meledakkan sebuah bom mobil di luar kompleks yang sangat dibentengi di Kabul, menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai lebih dari 110 warga Afghanistan dan ekspatriat.
Beberapa analis menyebut peningkatan intensitas serangan Taliban baru-baru ini adalah sebuah taktik oleh kelompok itu untuk mendapatkan keuntungan dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan utusan AS Afghanistan.
Taliban melancarkan serangan di kampus Direktorat Keamanan Nasional (NDS) pada Senin kemarin. Serangan ini adalah serangan terbaru dari serangkaian serangan mematikan dalam beberapa bulan terakhir oleh Taliban, yang telah menguasai sekitar setengah dari Afghanistan.
Pihak berwenang Afghanistan mengatakan serangan itu dimulai pada Senin pagi, ketika sebuah kendaraan Humvee buatan AS memasuki kompleks dan meledak. Orang-orang bersenjata kemudian melepaskan tembakan, sebelum dibunuh oleh pasukan keamanan.
Para pejabat kementerian pertahanan mengatakan bahwa Taliban telah menggunakan Humvee, yang direbut dari pasukan Afghanistan, sebagai bom untuk menghancurkan benteng militer.
"Pagi ini, sekitar jam 7 pagi, sebuah Humvee memasuki blok NDS di kota, sekitar 150 personil NDS hadir pada saat serangan itu. Humvee meledak tepat setelah memasuki kompleks. Bangunan itu benar-benar runtuh,” kata Hussein Ali Baligh, seorang anggota dewan provinsi setempat, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (22/1/2019).
Setidaknya dua pria bersenjata menindaklanjuti serangan itu sebelum terbunuh.
Dia mengatakan serangan itu memicu kekhawatiran di provinsi itu tentang bagaimana sebuah Humvee yang berada di tangan pasukan pemerintah dapat melewati pos-pos pemeriksaan sambil membawa bahan peledak.
"Itu menunjukkan kelemahan pasukan kita," katanya.
"Kekuatan kita berani, tetapi komandan mereka memiliki kelemahan," imbuhnya.
Pejabat pemerintah, berbicara dengan syarat anonim, telah memberikan perkiraan yang berbeda dari jumlah korban tewas. Salah satunya mengatakan korban bisa mencapai 126 orang dan lainnya mengatakan lebih banyak lagi yang diduga terluka.
Sementara seorang pejabat dari kementerian kesehatan masyarakat Afghanistan mengatakan total yang tewas dan terluka sekitar 140 orang.
Namun, yang lain menawarkan perkiraan yang lebih konservatif. Seorang pejabat senior NDS di Kabul mengatakan setidaknya 50 orang terbunuh atau terluka.
Abdurrahman Mangal, juru bicara gubernur provinsi di Maidan Wardak, mengatakan 12 orang tewas dan 12 lainnya luka-luka ketika bom mobil meledak di dekat unit pasukan khusus Afghanistan.
Sedangkan Sharif Hotak, seorang anggota dewan provinsi di Maidan Wardak, mengatakan dia telah melihat mayat 35 personil pasukan Afghanistan di rumah sakit.
“Banyak lagi yang terbunuh. Beberapa mayat diangkut ke kota Kabul dan banyak yang terluka dipindahkan ke rumah sakit di Kabul," kata Hotak.
"Pemerintah menyembunyikan jumlah korban yang akurat untuk mencegah turunnya moral pasukan Afghanistan," imbuhnya.
Pejabat pemerintah di Maidan Wardak dan Kabul menolak berkomentar ketika ditanya apakah mereka mengaburkan jumlah korban tewas.
Dua pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri mengatakan jumlah korban persis tidak diungkapkan untuk mencegah kerusuhan di dalam angkatan bersenjata.
“Saya telah diberitahu untuk tidak membuat angka kematian ke publik. Sangat frustasi menyembunyikan fakta,” kata seorang pejabat senior Kementerian Dalam Negeri di Kabul.
Kantor presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, mengatakan "musuh negara" telah melakukan serangan terhadap personel NDS di Maidan Shahr, Ibu Kota provinsi.
"Mereka membunuh dan melukai sejumlah putra kami yang terkasih dan jujur," katanya.
"Kelompok-kelompok teroris dan pendukung asing mereka tidak dapat melemahkan moral tinggi pasukan keamanan dan pertahanan kita yang berani, karena mereka memiliki keinginan besar untuk menekan teroris," imbuhnya.
Ghani lantas memerintahkan para pejabat untuk menyelidiki serangan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Afghanistan telah berhenti mengeluarkan angka-angka korban secara terperinci. Tahun lalu, Ghani mengatakan 28.000 perwira polisi dan tentara Afghanistan telah terbunuh sejak 2015, berbeda dengan data korban yang sudah lama.
Gerilyawan Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Zabiullah Mujahid, juru bicara kelompok militan itu, mengklaim telah membunuh 190 orang.
Pekan lalu, para pejuang Taliban meledakkan sebuah bom mobil di luar kompleks yang sangat dibentengi di Kabul, menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai lebih dari 110 warga Afghanistan dan ekspatriat.
Beberapa analis menyebut peningkatan intensitas serangan Taliban baru-baru ini adalah sebuah taktik oleh kelompok itu untuk mendapatkan keuntungan dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan utusan AS Afghanistan.
(ian)