Sempat Dibuka, Bandara Gatwick Kembali Ditutup Akibat Drone
A
A
A
LONDON - Bandara Gatwick London menghentikan penerbangan pada hari Jumat, beberapa jam pasca dibuka kembali setelah penutupan selama 36 jam. Bandara itu kembali ditutup setelah penyabot misterius menggunakan drone untuk bermain kucing dan tikus dengan penembak jitu polisi.
Bandara tersibuk kedua di Inggris itu sempat dibuka kembali setelah mengalami gangguan terburuk sejak awan abu vulkanik mengganggu penerbangan di sebagian besar Eropa pada tahun 2010. Namun 11 jam kemudian bandara itu ditutup lagi setelah ada laporan terkait drone lain yang terbang di daerah tersebut.
Baca Juga: Drama Drone Pengacau Berakhir, Bandara Gatwick Kembali Dibuka
"Kami sementara waktu menghentikan operasi lapangan terbang saat kami menyelidiki laporan-laporan tak pasti dari pesawat tak berawak lain," kata seorang juru bicara bandara.
"Tidak ada yang lepas landas atau mendarat pada saat ini," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (22/12/2018).
Inggris mengerahkan teknologi militer tak dikenal untuk menjaga bandara terhadap apa yang dikatakan Menteri Transportasi Chris Grayling yang dianggap beberapa drone.
"Kejadian semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya di dunia," katanya.
Motivasi operator drone tidak jelas. Polisi mengatakan tidak ada bukti yang bisa menyebut aksi melumpuhkan salah satu bandara tersibuk di Eropa itu sebagai serangan teroris.
Mimpi buruk 'serangan' drone misterius di Gatwick dianggap sebagai hal yang paling menggangu di bandara utama dan menunjukkan kerentanan baru yang akan diteliti oleh pasukan keamanan dan operator bandara di seluruh dunia.
Para penembak jitu tentara dan polisi dipanggil untuk memburu pesawat tak berawak itu, yang dianggap sebagai pesawat industri, yang terbang di dekat bandara setiap kali pihak berwenang mencoba untuk membukanya kembali sejak Kamis lalu.
Pelaku belum ditahan tetapi polisi mengatakan mereka memiliki sejumlah kemungkinan tersangka. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab secara publik dan polisi mengatakan tidak ada bukti negara lain yang terlibat.
Kepala Asisten Kepala Polisi Sussex Steve Barry mengatakan mereka tetap membuka kemungkinan tentang siapa yang bertanggung jawab.
"Dalam hal motivasi, ada seluruh spektrum kemungkinan, dari perilaku kriminal kelas atas yang kami lihat, sampai ke potensi, hanya individu yang mencoba menjadi jahat, mencoba mengganggu bandara," ujarnya.
Setelah mengalami ledakan dalam penjualan, kendaraan udara tanpa awak atau drone telah menjadi ancaman yang berkembang di bandara di seluruh dunia. Di Inggris, jumlah antara drone pribadi dan pesawat nyaris lebih dari tiga kali lipat antara 2015 dan 2017, dengan 92 insiden yang tercatat tahun lalu.
Bandara tersibuk kedua di Inggris itu sempat dibuka kembali setelah mengalami gangguan terburuk sejak awan abu vulkanik mengganggu penerbangan di sebagian besar Eropa pada tahun 2010. Namun 11 jam kemudian bandara itu ditutup lagi setelah ada laporan terkait drone lain yang terbang di daerah tersebut.
Baca Juga: Drama Drone Pengacau Berakhir, Bandara Gatwick Kembali Dibuka
"Kami sementara waktu menghentikan operasi lapangan terbang saat kami menyelidiki laporan-laporan tak pasti dari pesawat tak berawak lain," kata seorang juru bicara bandara.
"Tidak ada yang lepas landas atau mendarat pada saat ini," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (22/12/2018).
Inggris mengerahkan teknologi militer tak dikenal untuk menjaga bandara terhadap apa yang dikatakan Menteri Transportasi Chris Grayling yang dianggap beberapa drone.
"Kejadian semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya di dunia," katanya.
Motivasi operator drone tidak jelas. Polisi mengatakan tidak ada bukti yang bisa menyebut aksi melumpuhkan salah satu bandara tersibuk di Eropa itu sebagai serangan teroris.
Mimpi buruk 'serangan' drone misterius di Gatwick dianggap sebagai hal yang paling menggangu di bandara utama dan menunjukkan kerentanan baru yang akan diteliti oleh pasukan keamanan dan operator bandara di seluruh dunia.
Para penembak jitu tentara dan polisi dipanggil untuk memburu pesawat tak berawak itu, yang dianggap sebagai pesawat industri, yang terbang di dekat bandara setiap kali pihak berwenang mencoba untuk membukanya kembali sejak Kamis lalu.
Pelaku belum ditahan tetapi polisi mengatakan mereka memiliki sejumlah kemungkinan tersangka. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab secara publik dan polisi mengatakan tidak ada bukti negara lain yang terlibat.
Kepala Asisten Kepala Polisi Sussex Steve Barry mengatakan mereka tetap membuka kemungkinan tentang siapa yang bertanggung jawab.
"Dalam hal motivasi, ada seluruh spektrum kemungkinan, dari perilaku kriminal kelas atas yang kami lihat, sampai ke potensi, hanya individu yang mencoba menjadi jahat, mencoba mengganggu bandara," ujarnya.
Setelah mengalami ledakan dalam penjualan, kendaraan udara tanpa awak atau drone telah menjadi ancaman yang berkembang di bandara di seluruh dunia. Di Inggris, jumlah antara drone pribadi dan pesawat nyaris lebih dari tiga kali lipat antara 2015 dan 2017, dengan 92 insiden yang tercatat tahun lalu.
(ian)