Indonesia Siap Tampil All Out di Festival Janadriyah Arab Saudi
A
A
A
RIYADH - Indonesia, yang mendapat keistimewaan sebagai sebagai Tamu Kehormatan dari Pelayan Dua Masjid Suci Raja Salman bin Abdulaziz, akan tampil all out dalam Festival Janadriyah. Acara yang dibuka 20 Desember mendatang itu merupakan Festival Budaya dan Warisan (Heritage) terbesar di Timur Tengah.
Hal itu disampaikan Dr Alwi Shihab, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia Untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam konferensi pers bersama dengan Kementerian Garda Nasional (National Guard) Arab Saudi di Riyadh, Ahad (16/12/2018).
Alwi Shihab hadir bersama Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel. Sedangkan dari pihak Arab Saudi yang hadir adalah Pangeran Khalid Bin Abdulaziz Bin Ayyaf Al Muqrin, Menteri Garda Nasional Kerajaan Arab Saudi.
"Sebagai tamu kehormatan, Indonesia akan menampilkan yang terbaik dalam Festival Janadriyah yang berlangsung selama 21 hari. Indonesia akan mempertontonkan berbagai pertunjukan budaya tradisional dan film Indonesia di panggung kesenian festival," kata Alwi, dalam keterangan tertulis KBRI Riyadh, yang diterima SINDOnews.com, Senin (17/12/2018).
"Sementara di paviliun Indonesia, pengunjung dapat menikmati kekayaan budaya Indonesia dari berbagai provinsi, serta dokumentasi hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi," lanjut Alwi.
Pemerintah Arab Saudi juga menyampaikan apresiasi atas kerja keras Pemerintah Indonesia, khususnya KBRI Riyadh dan berbagai intansi terkait di Indonesia, yang telah mempersiapkan partisipasi dalam Festival Janadriyah dengan baik. “Saya sangat mengapresiasi Pemerintah Indonesia sebagai Tamu Kehormatan yang telah bekerja sama dengan baik untuk menyukseskan acara ini,” ujar Pangeran Khalid.
The 33 Cultural and Heritage Festival ini merupakan festival tahunan berskala nasional yang diselenggarakan di desa Janadriyah, Riyadh. Festival Janadriyah mempertemukan antara kekayaan warisan budaya Kerajaan Arab Saudi di masa lalu, serta capaian dan kemajuan saat ini.
Dalam Festival tersebut ditampilkan paviliun budaya seluruh provinsi di Arab Saudi serta capaian kemajuan berbagai instansi pemerintah. Arab Saudi juga mengundang negara sahabat untuk berpartisipasi dalam pameran, terutama negara yang dipandang mempunyai kebudayaan yang tinggi.
“Bagi Pemerintah Indonesia, partisipasi sebagai Guest of Honor adalah sebuah kebanggaan, mengingat hal ini merupakan kesempatan mahal yang ditunggu-tunggu oleh banyak negara. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi berada dalam masa keemasan," kata Dubes Agus.
"Dengan semangat 'Saunesia' Indonesia akan menampilkan yang terbaik. Saunesia adalah istilah baru dalam hubungan kedua negara, terdiri dari kata Arab Saudi dan Indonesia. Hal ini tidak mudah, karena kami menghadapi banyak rintangan dalam persiapannya. Namun dengan tekad dan kerja keras, persiapan dapat diselesaikan tepat pada waktunya,” ujar Agus.
Dalam konferensi pers tersebut, Dubes Agus juga menarasikan sebuah syair yang digubah khusus tentang festival Janadriyah yang merupakan bentuk nyata dari sebuah dialog antarbudaya dan peradaban. Dia menyebut syair tersebut dengan “hiwar bainal hadharat” dialogue between civilizations yang merupakan tujuan utama dari penyelenggaraan festival ini.
Keikutsertaan Indonesia dalam festival tersebut mengusung tema “Unity in Diversity for Strengthening Moderation and Global Peace”. Keanekaragaman diangkat sebagai tema mengingat Indonesia adalah negara yang sangat majemuk; memiliki lebih dari 16.000 pulau, berpenduduk lebih dari 260 juta, dan menampung lebih dari 300 kelompok etnik yang berbeda budaya dan berbicara dengan ratusan bahasa, serta memeluk 6 agama besar, namun bersatu dan damai dengan nilai-nilai toleransi dan kerukunan.
Pavilun Indonesia akan menonjolkan Kapal Phinisi sebagai ikon (focus of interest). Kapal Phinisi yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO di tahun 2017 menjadi simbol Indonesia sebagai negara maritim dan kaya akan potensi bahari, sekaligus menjadi simbol konektivitas antara Indonesia dengan negara-negara sahabat, khususnya Saudi Arabia.
Dalam Paviliun Indonesia juga akan dipamerkan keanekaragaman budaya Indonesia antara lain dalam bentuk kerajinan tradisional, kuliner, dan keindahan alam serta tujuan wisata. Keanekaragaman 34 propinsi di Indonesia dapat dilihat melalui layar-layar elektronik yang akan menjadi jendela-jendela virtual untuk melihat Indonesia. Khusus Raja Ampat di Papua akan ditampilkan dalam teknologi canggih Live Augmented Reality yang memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi secara langsung.
Tidak ketinggalan pameran arsip foto dan video hubungan bilateral termasuk kunjungan Raja Faisal ke Indonesia tahun 1970 hingga kunjungan bersejarah Raja Salman ke Indonesia pada Maret 2017. Indonesia juga akan menampilkan memori hubungan sejarah antar masyarakat (people to people contact) melalui perjalanan ibadah haji masyarakat Indonesia di masa lalu.
Di dalam Paviliun Indonesia juga akan diisi oleh pameran dari berbagai pihak pendukung, di antaranya adalah instansi pemerintah dari Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Olahraga, serta KBRI Riyadh, lembaga pendidikan tinggi negeri dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Hasanuddin, serta perusahaan di sektor strategis, yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT Kimia Farma dan Wijaya Karya.
Hal itu disampaikan Dr Alwi Shihab, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia Untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam konferensi pers bersama dengan Kementerian Garda Nasional (National Guard) Arab Saudi di Riyadh, Ahad (16/12/2018).
Alwi Shihab hadir bersama Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel. Sedangkan dari pihak Arab Saudi yang hadir adalah Pangeran Khalid Bin Abdulaziz Bin Ayyaf Al Muqrin, Menteri Garda Nasional Kerajaan Arab Saudi.
"Sebagai tamu kehormatan, Indonesia akan menampilkan yang terbaik dalam Festival Janadriyah yang berlangsung selama 21 hari. Indonesia akan mempertontonkan berbagai pertunjukan budaya tradisional dan film Indonesia di panggung kesenian festival," kata Alwi, dalam keterangan tertulis KBRI Riyadh, yang diterima SINDOnews.com, Senin (17/12/2018).
"Sementara di paviliun Indonesia, pengunjung dapat menikmati kekayaan budaya Indonesia dari berbagai provinsi, serta dokumentasi hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi," lanjut Alwi.
Pemerintah Arab Saudi juga menyampaikan apresiasi atas kerja keras Pemerintah Indonesia, khususnya KBRI Riyadh dan berbagai intansi terkait di Indonesia, yang telah mempersiapkan partisipasi dalam Festival Janadriyah dengan baik. “Saya sangat mengapresiasi Pemerintah Indonesia sebagai Tamu Kehormatan yang telah bekerja sama dengan baik untuk menyukseskan acara ini,” ujar Pangeran Khalid.
The 33 Cultural and Heritage Festival ini merupakan festival tahunan berskala nasional yang diselenggarakan di desa Janadriyah, Riyadh. Festival Janadriyah mempertemukan antara kekayaan warisan budaya Kerajaan Arab Saudi di masa lalu, serta capaian dan kemajuan saat ini.
Dalam Festival tersebut ditampilkan paviliun budaya seluruh provinsi di Arab Saudi serta capaian kemajuan berbagai instansi pemerintah. Arab Saudi juga mengundang negara sahabat untuk berpartisipasi dalam pameran, terutama negara yang dipandang mempunyai kebudayaan yang tinggi.
“Bagi Pemerintah Indonesia, partisipasi sebagai Guest of Honor adalah sebuah kebanggaan, mengingat hal ini merupakan kesempatan mahal yang ditunggu-tunggu oleh banyak negara. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi berada dalam masa keemasan," kata Dubes Agus.
"Dengan semangat 'Saunesia' Indonesia akan menampilkan yang terbaik. Saunesia adalah istilah baru dalam hubungan kedua negara, terdiri dari kata Arab Saudi dan Indonesia. Hal ini tidak mudah, karena kami menghadapi banyak rintangan dalam persiapannya. Namun dengan tekad dan kerja keras, persiapan dapat diselesaikan tepat pada waktunya,” ujar Agus.
Dalam konferensi pers tersebut, Dubes Agus juga menarasikan sebuah syair yang digubah khusus tentang festival Janadriyah yang merupakan bentuk nyata dari sebuah dialog antarbudaya dan peradaban. Dia menyebut syair tersebut dengan “hiwar bainal hadharat” dialogue between civilizations yang merupakan tujuan utama dari penyelenggaraan festival ini.
Keikutsertaan Indonesia dalam festival tersebut mengusung tema “Unity in Diversity for Strengthening Moderation and Global Peace”. Keanekaragaman diangkat sebagai tema mengingat Indonesia adalah negara yang sangat majemuk; memiliki lebih dari 16.000 pulau, berpenduduk lebih dari 260 juta, dan menampung lebih dari 300 kelompok etnik yang berbeda budaya dan berbicara dengan ratusan bahasa, serta memeluk 6 agama besar, namun bersatu dan damai dengan nilai-nilai toleransi dan kerukunan.
Pavilun Indonesia akan menonjolkan Kapal Phinisi sebagai ikon (focus of interest). Kapal Phinisi yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO di tahun 2017 menjadi simbol Indonesia sebagai negara maritim dan kaya akan potensi bahari, sekaligus menjadi simbol konektivitas antara Indonesia dengan negara-negara sahabat, khususnya Saudi Arabia.
Dalam Paviliun Indonesia juga akan dipamerkan keanekaragaman budaya Indonesia antara lain dalam bentuk kerajinan tradisional, kuliner, dan keindahan alam serta tujuan wisata. Keanekaragaman 34 propinsi di Indonesia dapat dilihat melalui layar-layar elektronik yang akan menjadi jendela-jendela virtual untuk melihat Indonesia. Khusus Raja Ampat di Papua akan ditampilkan dalam teknologi canggih Live Augmented Reality yang memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi secara langsung.
Tidak ketinggalan pameran arsip foto dan video hubungan bilateral termasuk kunjungan Raja Faisal ke Indonesia tahun 1970 hingga kunjungan bersejarah Raja Salman ke Indonesia pada Maret 2017. Indonesia juga akan menampilkan memori hubungan sejarah antar masyarakat (people to people contact) melalui perjalanan ibadah haji masyarakat Indonesia di masa lalu.
Di dalam Paviliun Indonesia juga akan diisi oleh pameran dari berbagai pihak pendukung, di antaranya adalah instansi pemerintah dari Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Olahraga, serta KBRI Riyadh, lembaga pendidikan tinggi negeri dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Hasanuddin, serta perusahaan di sektor strategis, yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT Kimia Farma dan Wijaya Karya.
(mas)