700.000 Warga Afghanistan Tinggalkan Iran
A
A
A
JENEWA - Lebih dari 700.000 warga Afghanistan telah kembali dari Iran tahun ini saat kondisi ekonomi Iran semakin sulit. Perpindahan warga itu pun memberi dampak pada ekonomi Afghanistan, menurut dari badan migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam laporan yang mencakup periode hingga 1 Desember, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyatakan total 752.325 warga Afghanistan telah kembali dari Iran dan Pakistan, termasuk 721.633 orang dari Iran.
“Kepulangan warga tanpa dicatat dari Iran itu mengalami peningkatan besar dalam beberapa tahun sebelumnya, terutama didorong masalah politik dan ekonomi di Iran termasuk devaluasi mata uang secara besar,” papar laporan IOM, dilansir Reuters.
Permintaan untuk tenaga kerja asal Afghanistan dalam ekonomi informal Iran telah turun drastis. “Saat semua warga Afghanistan biasa mengirim pendapatan mereka dalam bentuk gaji bulanan, ekonomi Afghanistan sendiri mendapat dampak dari kekeringan di sejumlah provinsi Herat, Badghis dan Ghor yang mengalami dampak langsung dan segera,” ungkap laporan IOM.
Media Iran melaporkan banyak warga Afghanistan yang kembali atau berupaya masuk Turki untuk mencapai Eropa setelah jatuhnya mata uang Iran yang merosot 70% nilainya tahun ini. Iran bangkit pada awal 2016 setelah beberapa tahun sanksi global dengan adanya kesepakatan nuklir.
Namun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan itu pada Mei karena dianggap lebih menguntungkan Iran. AS kemudian menerapkan kembali berbagai sanksi yang merugikan sektor minyak dan perbankan Iran sejak 5 November lalu.
Kepala Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) Jan Egeland menjelaskan, meningkatnya tekanan AS pada Iran akan menciptakan banyak masalah bagi Afghanistan. “Berbagai sanksi Trump akan membuat ekonomi Iran jadi kosong dan menuju itu. Orang yang akan pertama kali kehilangan eksistensinya ialah pengungsi dan migran Afghanistan yang terdaftar dan tak terdaftar,” ujar Egeland. (Syarifudin)
Dalam laporan yang mencakup periode hingga 1 Desember, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyatakan total 752.325 warga Afghanistan telah kembali dari Iran dan Pakistan, termasuk 721.633 orang dari Iran.
“Kepulangan warga tanpa dicatat dari Iran itu mengalami peningkatan besar dalam beberapa tahun sebelumnya, terutama didorong masalah politik dan ekonomi di Iran termasuk devaluasi mata uang secara besar,” papar laporan IOM, dilansir Reuters.
Permintaan untuk tenaga kerja asal Afghanistan dalam ekonomi informal Iran telah turun drastis. “Saat semua warga Afghanistan biasa mengirim pendapatan mereka dalam bentuk gaji bulanan, ekonomi Afghanistan sendiri mendapat dampak dari kekeringan di sejumlah provinsi Herat, Badghis dan Ghor yang mengalami dampak langsung dan segera,” ungkap laporan IOM.
Media Iran melaporkan banyak warga Afghanistan yang kembali atau berupaya masuk Turki untuk mencapai Eropa setelah jatuhnya mata uang Iran yang merosot 70% nilainya tahun ini. Iran bangkit pada awal 2016 setelah beberapa tahun sanksi global dengan adanya kesepakatan nuklir.
Namun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan itu pada Mei karena dianggap lebih menguntungkan Iran. AS kemudian menerapkan kembali berbagai sanksi yang merugikan sektor minyak dan perbankan Iran sejak 5 November lalu.
Kepala Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) Jan Egeland menjelaskan, meningkatnya tekanan AS pada Iran akan menciptakan banyak masalah bagi Afghanistan. “Berbagai sanksi Trump akan membuat ekonomi Iran jadi kosong dan menuju itu. Orang yang akan pertama kali kehilangan eksistensinya ialah pengungsi dan migran Afghanistan yang terdaftar dan tak terdaftar,” ujar Egeland. (Syarifudin)
(nfl)