Hotel Bawah Tanah Pertama di Dunia Dibuka di China
A
A
A
BEIJING - Pemerintah kota Shanghai secara resmi mengumumkan bahwa hotel bawah tanah telah dibuka untuk umum. Hotel setinggi 88 meter ini terletak di distrik Songjiang.
Dibangun secara vertikal sepanjang tebing bekas tambang bawah tanah, pembangunan hotel tersebut membutuhkan waktu hingga 10 tahun dan memakan biaya hingga Rp4,2 triliun.
Intercontinental Shanghai Wonderland, juga dikenal sebagai Shimao Quarry Hotel, memiliki kamar-kamar dengan pemandangan tebing yang membuat para tamu bisa menatap ke dalam jurang. Para tamu cukup merogoh kocek Rp7 juta per malam untuk bisa menikmati pemandangan tersebut.
“Ini adalah pertama kalinya mengubah tambang yang ditinggalkan menjadi hotel yang indah di bawah tanah,” ujar arsitek asal Inggris, Martin Jochman, yang mendesain hotel seperti dilansir dari Russia Today, Sabtu (17/11/2018).
"Ini adalah kesempatan unik yang memberi saya beberapa ide sangat menarik untuk membentuk kembali hubungan antara kota dan alam," imbuhnya.
Dua dari 18 lantai hotel berada di atas tanah, sementara dua yang terendah sepenuhnya tenggelam oleh sebuah danau yang menempati sisa tambang besar.
Menurut pengembangnya, Shimao Group, hotel dengan 336 kamar ini memiliki restoran dan fasilitas olahraga serta rekreasi termasuk panjat tebing dan bungee jumping.
Jochman, arsitek utama proyek yang juga mendesain menara Burj Al Arab di Dubai, mengatakan bahwa hotel baru itu dirancang untuk menyatu dengan lingkungan alaminya. Di samping hotel, di permukaan tanah, ada taman hiburan yang mewah. Danau di bawah ini akan digunakan untuk olahraga air dan kegiatan petualangan lainnya.
Perusahaan juga berencana membangun pusat perbelanjaan di situs tersebut pada tahun depan.
Menurut ketua Shimao Group, Xu Rongmao, ia pertama kali menemukan tambang yang tidak terpakai itu pada tahun 2006. Ia menggambarkannya sebagai luka alam yang tidak sesuai dengan perbukitan hijau dan air biru Sheshan. Kemudian muncul ide untuk membangun properti yang tidak biasa.
Dieksploitasi selama Perang Dunia II, tambang itu ditutup pada tahun 2000 karena peraturan perlindungan lingkungan yang baru.
Pemilik hotel mengatakan fasilitas ini mampu menahan gempa bumi berkekuatan 9 SR. Desainnya menggabungkan dua lift pemadam kebakaran jika diperlukan untuk memadamkan api, dan enam mesin pompa jika mengalami banjir besar selama musim hujan di Shanghai.
Shanghai mengklaim sebagai "rumah bagi gedung tertinggi kedua di dunia" pada tahun 2016 dengan pembukaan Menara Shanghai, gedung pencakar langit setinggi 128 meter di distrik kota keuangan itu.
Dibangun secara vertikal sepanjang tebing bekas tambang bawah tanah, pembangunan hotel tersebut membutuhkan waktu hingga 10 tahun dan memakan biaya hingga Rp4,2 triliun.
Intercontinental Shanghai Wonderland, juga dikenal sebagai Shimao Quarry Hotel, memiliki kamar-kamar dengan pemandangan tebing yang membuat para tamu bisa menatap ke dalam jurang. Para tamu cukup merogoh kocek Rp7 juta per malam untuk bisa menikmati pemandangan tersebut.
“Ini adalah pertama kalinya mengubah tambang yang ditinggalkan menjadi hotel yang indah di bawah tanah,” ujar arsitek asal Inggris, Martin Jochman, yang mendesain hotel seperti dilansir dari Russia Today, Sabtu (17/11/2018).
"Ini adalah kesempatan unik yang memberi saya beberapa ide sangat menarik untuk membentuk kembali hubungan antara kota dan alam," imbuhnya.
Dua dari 18 lantai hotel berada di atas tanah, sementara dua yang terendah sepenuhnya tenggelam oleh sebuah danau yang menempati sisa tambang besar.
Menurut pengembangnya, Shimao Group, hotel dengan 336 kamar ini memiliki restoran dan fasilitas olahraga serta rekreasi termasuk panjat tebing dan bungee jumping.
Jochman, arsitek utama proyek yang juga mendesain menara Burj Al Arab di Dubai, mengatakan bahwa hotel baru itu dirancang untuk menyatu dengan lingkungan alaminya. Di samping hotel, di permukaan tanah, ada taman hiburan yang mewah. Danau di bawah ini akan digunakan untuk olahraga air dan kegiatan petualangan lainnya.
Perusahaan juga berencana membangun pusat perbelanjaan di situs tersebut pada tahun depan.
Menurut ketua Shimao Group, Xu Rongmao, ia pertama kali menemukan tambang yang tidak terpakai itu pada tahun 2006. Ia menggambarkannya sebagai luka alam yang tidak sesuai dengan perbukitan hijau dan air biru Sheshan. Kemudian muncul ide untuk membangun properti yang tidak biasa.
Dieksploitasi selama Perang Dunia II, tambang itu ditutup pada tahun 2000 karena peraturan perlindungan lingkungan yang baru.
Pemilik hotel mengatakan fasilitas ini mampu menahan gempa bumi berkekuatan 9 SR. Desainnya menggabungkan dua lift pemadam kebakaran jika diperlukan untuk memadamkan api, dan enam mesin pompa jika mengalami banjir besar selama musim hujan di Shanghai.
Shanghai mengklaim sebagai "rumah bagi gedung tertinggi kedua di dunia" pada tahun 2016 dengan pembukaan Menara Shanghai, gedung pencakar langit setinggi 128 meter di distrik kota keuangan itu.
(ian)