Iran: Diplomasi Telah Mencegah Perang Besar di Suriah
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, diplomasi telah mencegah terjadinya perang besar di Suriah. Pernyataan Zarif merujuk pada kesepakatan yang dicapai antara Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengenai Idlib.
Zarif mengatakan bahwa berkat pertemuan dan negosiasi yang diadakan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk pertemuan para pemimpin Rusia dan Turki di Sochi, perang di provinsi Idlib berhasil dicegah.
"Diplomasi yang intensif selama beberapa minggu terakhir, dalam kunjungan saya ke Ankara dan Damaskus, diikuti oleh pertemuan Iran-Rusia-Turki di Teheran dan pertemuan di Sochi adalah yang berhasil mencegah perang di Idlib dengan komitmen tegas untuk memerangi teror ekstrim. Diplomasi bekerja," kata Zarif, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (18/9).
Seperti diketahui, Putin menyatakan Rusia dan Turki telah menyetujui zona demiliterisasi antara gerilyawan dan pasukan pemerintah di Idlib milik Suriah. Zona ini nantinya akan dipatroli oleh unit militer Turki dan Rusia.
"Kami telah setuju untuk membuat zona demiliterisasi antara pasukan pemerintah dan militan sebelum 15 Oktober. Zona ini lebarnya 15-20km, dengan penarikan penuh militan garis keras dari sana, termasuk Jabhat Al-Nusra,” ucap Putin.
Sementara itu, seorang pejabat pemberontak Suriah mengatakan bahwa kesepakatan antara Rusia dan Turki untuk menciptakan zona penyangga di Idlib telah mengakhiri harapan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mendapatkan kembali kontrol penuh atas negaranya.
Zarif mengatakan bahwa berkat pertemuan dan negosiasi yang diadakan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk pertemuan para pemimpin Rusia dan Turki di Sochi, perang di provinsi Idlib berhasil dicegah.
"Diplomasi yang intensif selama beberapa minggu terakhir, dalam kunjungan saya ke Ankara dan Damaskus, diikuti oleh pertemuan Iran-Rusia-Turki di Teheran dan pertemuan di Sochi adalah yang berhasil mencegah perang di Idlib dengan komitmen tegas untuk memerangi teror ekstrim. Diplomasi bekerja," kata Zarif, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (18/9).
Seperti diketahui, Putin menyatakan Rusia dan Turki telah menyetujui zona demiliterisasi antara gerilyawan dan pasukan pemerintah di Idlib milik Suriah. Zona ini nantinya akan dipatroli oleh unit militer Turki dan Rusia.
"Kami telah setuju untuk membuat zona demiliterisasi antara pasukan pemerintah dan militan sebelum 15 Oktober. Zona ini lebarnya 15-20km, dengan penarikan penuh militan garis keras dari sana, termasuk Jabhat Al-Nusra,” ucap Putin.
Sementara itu, seorang pejabat pemberontak Suriah mengatakan bahwa kesepakatan antara Rusia dan Turki untuk menciptakan zona penyangga di Idlib telah mengakhiri harapan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mendapatkan kembali kontrol penuh atas negaranya.
(esn)