Anak Rohingya Semangat Belajar di Sekolah Darurat Indonesia
A
A
A
DHAKA - Semangat anak-anak pengungsi Rohingya untuk belajar nampaknya tidak surut, meskipun mereka hidup di kamp pengungsi. Ini terlihat dari sejumlah anak Rohingya yang belajar di sekolah darurat yang dibangung Indonesia di kamp pengungsian di Bangladesh.
Menurut Kedutaan Besar Indonesia di Dhaka, Bangaldesh, sekolah darurat yang berlokasi di kompleks field hospital Indonesian Humanitarian Alliance (IHA), berlokasi di kamp pengungsian 15 Jamtoli di Cox's Bazar.
Rumah sakit lapangan itu dibangun oleh IHA, gabungan dari 11 lembaga kemanusiaan Indonesia. Awalnya, fasilitas itu hanya dioperasikan untuk memberikan pelayanan kesehatan semata. Namun, karena melihat kebutuhan pendidikan, khususnya untuk anak-anak pengungsi, sejak tahun 2018 kompleks IHA juga memberikan akses terhadap pendidikan.
"Proses belajar mengajar untuk anak-anak Rohingya dilakukan oleh seorang tenaga pengajar non-profesional, yang juga merupakan separugnya berasal dari pengungsi. Beberapa materi pelajaran, seperti matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Myanmar menjadi materi yang diberikan oleh pengajar dalam kegiatan belajar mengajar," kata KBRI Dhaka, yang dikutip Sindonews pada Minggu (9/9).
KBRI menyebut, tidak hanya kedua bahasa tersebut, bahasa Indonesia juga turut diajarkan kepada anak-anak Rohingya. Sebagian besar anak bahkan dapat memahami percakapan dasar dan mampu berhitung dalam bahasa Indonesia, karena seringnya berinteraksi dengan para relawan Indonesia.
Fasilitas belajar mengajar di kompleks bantuan kemanusiaan IHA sendiri terbilang sangatlah sederhana. Di ruang kelas hanya terdapat satu papan tulis dan beberapa meja dan kursi.
"Selain itu, di musim penghujan, anak-anak pun harus berjuang untuk dapat sampai ke sekolah dengan jalan yang licin dan penuh lumpur. Namun, hal tersebut tidak menghentikan tekad mereka untuk mengukir masa depan melalui pendidikan," sambung KBRI Dhaka.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh UNICEF, jumlah pengungsi anak-anak Rohingya di Cox's Bazar hingga September 2018 berjumlah sekitar 350 ribu orang. Pemberian akses terhadap pendidikan menjadi agenda yang sangat penting.
Menurut catatan KBRI Dhaka, jumlah bantuan kemanusiaan Indonesia yang diberikan melalui IHA telah mencapai sekitar Rp 18 miliar. Jumlah tersebut meliputi bantuan kemanusiaan dalam bentuk pembangunan shelter pengungsi, pengiriman tenaga medis, penyediaan klinik darurat, penyediaan mobile clinic dan ambulans, bantuan pangan dan pendidikan, dan fasilitas ibadah.
Menurut Kedutaan Besar Indonesia di Dhaka, Bangaldesh, sekolah darurat yang berlokasi di kompleks field hospital Indonesian Humanitarian Alliance (IHA), berlokasi di kamp pengungsian 15 Jamtoli di Cox's Bazar.
Rumah sakit lapangan itu dibangun oleh IHA, gabungan dari 11 lembaga kemanusiaan Indonesia. Awalnya, fasilitas itu hanya dioperasikan untuk memberikan pelayanan kesehatan semata. Namun, karena melihat kebutuhan pendidikan, khususnya untuk anak-anak pengungsi, sejak tahun 2018 kompleks IHA juga memberikan akses terhadap pendidikan.
"Proses belajar mengajar untuk anak-anak Rohingya dilakukan oleh seorang tenaga pengajar non-profesional, yang juga merupakan separugnya berasal dari pengungsi. Beberapa materi pelajaran, seperti matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Myanmar menjadi materi yang diberikan oleh pengajar dalam kegiatan belajar mengajar," kata KBRI Dhaka, yang dikutip Sindonews pada Minggu (9/9).
KBRI menyebut, tidak hanya kedua bahasa tersebut, bahasa Indonesia juga turut diajarkan kepada anak-anak Rohingya. Sebagian besar anak bahkan dapat memahami percakapan dasar dan mampu berhitung dalam bahasa Indonesia, karena seringnya berinteraksi dengan para relawan Indonesia.
Fasilitas belajar mengajar di kompleks bantuan kemanusiaan IHA sendiri terbilang sangatlah sederhana. Di ruang kelas hanya terdapat satu papan tulis dan beberapa meja dan kursi.
"Selain itu, di musim penghujan, anak-anak pun harus berjuang untuk dapat sampai ke sekolah dengan jalan yang licin dan penuh lumpur. Namun, hal tersebut tidak menghentikan tekad mereka untuk mengukir masa depan melalui pendidikan," sambung KBRI Dhaka.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh UNICEF, jumlah pengungsi anak-anak Rohingya di Cox's Bazar hingga September 2018 berjumlah sekitar 350 ribu orang. Pemberian akses terhadap pendidikan menjadi agenda yang sangat penting.
Menurut catatan KBRI Dhaka, jumlah bantuan kemanusiaan Indonesia yang diberikan melalui IHA telah mencapai sekitar Rp 18 miliar. Jumlah tersebut meliputi bantuan kemanusiaan dalam bentuk pembangunan shelter pengungsi, pengiriman tenaga medis, penyediaan klinik darurat, penyediaan mobile clinic dan ambulans, bantuan pangan dan pendidikan, dan fasilitas ibadah.
(esn)