Tantangan Mobil Sport Menembus Pasar

Sabtu, 01 September 2018 - 08:51 WIB
Tantangan Mobil Sport...
Tantangan Mobil Sport Menembus Pasar
A A A
NEW YORK - Mobil sport masih memiliki posisi penting bagi pabrikan mobil di dunia meski penjualannya tidak begitu besar dibandingkan mobil penumpang pada umumnya.

Daftar 10 mobil yang dirilis oleh AutoExpress sangat menarik karena mewakili tiga wilayah produsen mobil terbesar di dunia, yakni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Seperti apa mereka? Di urutan pertama hadir mobil buatan Inggris, McLaren 720S.

Mobil buatan Woking, Inggris tersebut berhasil mengalahkan mobil buatan Italia dan Jerman di peringkat lima besar yakni Ferrari 488 GTB, Lamborghini Huracan Performante, Ferrari 812 Superfast, dan Porsche 911 G2 RS. Sisanya di peringkat 6–10 adalah AudiR8 V10 Plus (Jerman), Ford GT (Amerika Serikat), Aston Martin DBS Superleggera (Inggris), Lamborghini Aventador S (Italia), dan Honda NSX (Je pang).

“Mobil yang masuk dalam daftar kami memiliki kemampuan yang sangat baik dibanding lainnya. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki tampilan yang menarik, teknologi tercanggih, dan yang paling penting bisa di kendarai dengan baik untuk kegiatan harian,” tulis editor majalah Auto Ex press.

Auto Express mengakui 10 mobil sport terbaik pilihan mereka memiliki harga yang sangat mahal. Ambil contoh McLaren 720S yang di Inggris dijual di harga 218.020 poundsterling atau setara Rp4,1 miliar. Mobil ini juga sudah dipasarkan di Indonesia sejak tahun lalu.

Saat pelun curannya, McLaren Indonesia tidak menyebutkan harga pasti mobil tersebut, hanya bisa dipastikan harganya tiga kali lipat lebih mahal ketimbang harga di Inggris. Begitu juga dengan Ferrari 488 GTB yang juga dijual di Indonesia. Di Eropa, mobil ini dibanderol seharga USD469.998 atau senilai Rp6,7 miliar.

Distributor Ferrari di Indonesia, PT Citra Langgeng Otomotif, pernah membawa mobil yang sama tiga tahun lalu. Seperti Mc Laren, mereka tutup mulut soal harga mobil buatan Maranello, Italia tersebut. Namun, harganya disinyalir mencapai Rp10 miliar.

“Semua mobil sport dan super memang memiliki harga yang luar biasa mahal, begitu juga dengan biaya pera watannya. Namun, itu ditebus dengan performa yang tidak dimiliki mobil pada umumnya. Begitu juga dengan pandangan orang lain yang melihat mereka dengan takjub,” tulis AutoExpresslagi.

Kehadiran mobil sport dan super memang masih memegang peranan penting bagi pabrikan mobil dunia. Meskipun penjualan mobil tersebut terus menurun, tetap saja pabrikan mobil masih tetap membuat mobil-mobil sport dan super. Ambil contoh Porsche yang tahun ini mengalami pening katan luar biasa.

Selama tiga bulan pertama tahun fiskal 2018, Porsche telah mengirimkan sekitar 63.500 unit Porsche keberbagai negara di dunia. Penjualan ini meningkat 6% di periode yang sama tahun lalu. Yang menarik, sumbangan terbesar diberikan oleh mobil SUV mereka, Porsche Macan dan Porsche Cayenne.

“Hasil yang sangat bagus kembali tegaskan strategi produk kami. Generasi baru Cayenne dan Macan telah terbukti populer di antara para pelanggan kami,” kata Oliver Blume, ketua Dewan Eksekutif Porsche AG. Meski demikian, menurut Oliver Blume, Porsche masih tetap memproduksi mobil sport legendaris mereka, Porsche 911.

Saat ini saja Porsche memiliki delapan varian Porsche 911 terbaru yang sudah diedarkan berbagai negara termasuk di Indonesia. Penjualan mobil sport saat ini memang tengah mengalami penurunan. Di Amerika Serikat dan Eropa, menurut laporan IHS Auto motive, penjualan mobil sport terus menurun sejak 2007.

Mereka mencontohkan penjualan mobil sport dari Jerman, Audi TT, Mercedes-Benz SLK, dan BMW ZK yang setelah digabung mencapai 114.000 unit pada 2007. Setelah itu pada 2010, penjualan ketiganya justru langsung turun hingga 45%.

“Anak-anak muda profesional saat ini sudah memiliki banyak pilihan mobil dengan kegunaan dan teknologi yang variatif dibandingkan mobilmobil sport,” ujar Tim Urquhart, analis IHS Automotive.

Hal senada dikatakan Eric Noble, president of CarLab, konsultan firma automotif yang berbasis di Amerika Serikat yang mengatakan saat ini generasi baby boomers dan generasi Y sudah melewati masa-masa krisis identitas mereka, yang mana pengaruh romantika mobil sport terasa kuat.

Baby boomers menurutnya kini sudah mulai matang dalam memilih mobil dan kemampuan finansial sudah lewat masa-masa puncak. Mereka kini mencari mobil mewah dengan fungsi yang lebih tinggi. Sementara kehadiran Generasi Y, justru tidak membantu banyak karena telah melewati masa-masa bonus demografi.

“Sementara mi lenial masih belum memiliki kemampuan untuk membeli mobil-mobil sport. Ke depannya, mobil sport memang tidak akan begitu saja menghilang, hanya pasarnya yang terus-terusan mengecil,” jelas Eric Noble. Eric Lyman dari TrueCar,juga punya pendapat menarik tentang penyebab turunnya pasar mobil sport.

Dia mengatakan saat ini ada perubahan definisi mobil sport sejak hadirnya mobil listrik. Dia mencontohkan mobil Tesla buatan Elon Musk yang memiliki kemampuan yang sama dengan mobil sport. Hebatnya lagi, mobil-mobil listrik seperti buatan Tesla justru memiliki biaya opera sional yang lebih murah ketimbang biaya operasional mobil-mobil sport seperti Ferrari dan Lamborghini.

Tidak heran jika saat ini penjualan mobil Tesla tidak hanya menggerus penjualan mobil-mobil sport, tapi juga mobil-mobil mewah yang ada saat ini. Meski demikian, dia tetap optimistis mobil sport tidak akan pernah hilang dari muka bumi. “Satu dekade dari sekarang Porsche akan tetap membuat Porsche 911 yang harganya justru akan semakin mahal dan semakin sulit dibeli oleh konsumen,” tandasnya.

Kurang Bergairah

Sementara itu, penjualan mobil sport di Indonesia saat ini kurang bergairah terutama di tengah nilai rupiah yang terus mengalami penurunan. Vice President Sales Marketing PT Eurokars Artha Utama (AEU) Agen Pemegang Merek Rolls-Royce dan Maseratti, Yudi W Widodo mengungkapkan hal tersebut menanggapi kondisi pasar mobil sport di Indonesia.

Menurut dia, kondisi perekonomian nasional yang kurang baik membuat pasar mobil mewah dan sport car turun. “Penga ruhnya memang besar. Konsumen sepertinya masih menunggu situasi,” tuturnya. Yudi mengungkapkan, tak hanya konsumen yang membeli secara tunai, jumlah pembeli secara kredit pun juga mengalami penurunan.

“Kondisi pasar mobil mewah maupun sport car agak berat. Ini sudah terasa sejak tahun lalu,” tuturnya. Senada, pengamat auto motif Soni Riharto menilai saat ini pasar mobil jenis sports car cenderung turun. Alasannya, mobil-mobil sport car adalah produk CBU (completely built up).

“Tentu (harganya) terimbas pelemahan rupiah,” tegasnya. Dia mengatakan, meskipun konsumen mobil sport car merupakan orang-orang kelas atas, namun kondisi perekonomian nasional yang kurang baik menyebabkan mereka menahan diri untuk membelanjakan dananya membeli mobil. “Menurut saya, saat ini masyarakat kelas atas sedang menahan spending-nya,” tutur mantan drifter nasional ini.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0971 seconds (0.1#10.140)