12 Bocah Gua Ceritakan Keajaiban
A
A
A
BANGKOK - Sebanyak 12 pemain sepak bola lokal dan seorang pelatih yang berhasil diselamatkan setelah bertahan beberapa hari gua kemarin tampil ke publik. Mereka memberikan salam tradisional Thailand setelah resmi dinyatakan sembuh dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit.
Dokter, anggota keluarga, dan teman yang rata-rata mengenakan kaos berwarna kuning menyambut 12 bocah yang berusia 11 hingga 16 tahun dan seorang pelatih berusia 25 tahun dengan kaos bergambar babi liar bermain bola. “Bawa Babi Liar ke Rumah” demikian spanduk yang di dalam ruangan konfereni pers.
Pekerja media dan masyarakat sangat antusias memantau konferensi pers. 12 bocah pemain sepak bola dan satu pelatihnya memang menjadi perhatian publik Thailand dan dunia internasional setelah terjebak di dalam dua. Proses penyelamatannya juga menjadi kabar yang selalu ditunggu banyak orang di seluruh dunia.
Seorang psikolog dan petugas kesehatan di dalam konferensi pers mengungkapkan mereka siap kembali ke kehidupan normal saat ini. “Mereka ingin makan masakan ibu mereka di rumah,” ujar psikolog yang tidak disebutkan namanya dilansir The Guardian.
Kemudian, psikolog lainnya juga menjelaskan kondisi mental mereka relatif baik setelah mendapatkan dukungan mental dan moral setelah diselamatkan.
Bocah-bocah itu rata-rata mengalami kenaikan berat bada 3 kg setelah operasi penyelamatan. Sebelum kembali ke rumah, direktur rumah sakit menyatakan mereka juga melakukan latihan fisik dan mental untuk membangun kepercayaan diri.
“Kita tidak mengetahui luka yang diidap anak-anak di hati mereka,” kata pejabat Kementerian Kehakiman Tawatchai Thaikaew.
Dia juga meminta agar media menghargai privasi anak-anak setelah bebas dari gua. “Perhatian terhadap mereka secara berlebihan bisa mengganggu kesehatan mental mereka,” katanya.
Sebanyak 12 pemain sepak bola lokal dan pelatihnya mengeksplorasi kompleks gua Tham Luang sekitar satu jam setelah berlatih sepak bola. Tapi, hujan deras ternyata membanjiri gua tersebut dan mereka pun terjebak. Dua penyelamat Inggris menemukan mereka pada 2 Juli lalu. Semuanya bisa diselamatkan dalam operasi penyelamatan tiga hari yang diorganisir tim SEAL Angkatan Laut Thailand dan tim penyelamat global.
Menurut pelatih Ekapol Chantawong, 25, atau biasa dipanggil Ake mengungkapkan semua orang sepakat untuk bisa masuk ke gua. “Ketika banjir terjadi, kita mengetahui kalau kita terjebak dan tidak bisa keluar,” kata Ake.
Dia mengungkapkan semuanya bisa berenang. “Tidak benar kalau ada kabar yang menyatakan kita tidak bisa berenang. Setelah bermain sepak bola, kita biasa berenang,” ujarnya.
Ketika mereka menyadari kalau mereka terjebak di dalam gua, sebagai pelatih dan orang tertua, Ake membangun motivasi dan moral kepada anak dididiknya dengan mengatakan banjir akan surut. “Saya mengatakan kepada mereka agar jangan takut,” ujarnya.
Dia menegaskan dirinya yakin air akan surut dan tim penyelamat akan datang. Untungnya, ada tetesan air di dingin gua sehingga mereka bisa minum air dari dinding gua. “Airnya bersih,” ujar Ake.
Ditambahkan Titan, anggota tim sepak bola paling muda, dirinya tak berpikir tentang makanan sehingga tak pernah lapar selama beberapa hari di gua. “Saya tidak memiliki kekuatan sehingga saya tidak berpikir tentang makanan,” katanya.
Karena terlalu lama menunggu di dalam gua, Ake menjelaskan beberapa anak-anak berusaha menggali dinding gua. “Kita tidak ingin menunggu saja hingga penyelamat menemukan kita,” katanya.
Berbicara mengenai kematian salah satu penyelam, Saman Kunan, semua pemain sepak bolah itu mengaku terkejut. “Kita semua merasa bersalah karena kematiannya,” kata Ake. Mereka menyerahkan foto Kunan kepada keluarganya dengan pesan duka. “Saya ingin mengucapkan terima kasih,” kata salah satu bocah itu. (Andika Hendra)
Dokter, anggota keluarga, dan teman yang rata-rata mengenakan kaos berwarna kuning menyambut 12 bocah yang berusia 11 hingga 16 tahun dan seorang pelatih berusia 25 tahun dengan kaos bergambar babi liar bermain bola. “Bawa Babi Liar ke Rumah” demikian spanduk yang di dalam ruangan konfereni pers.
Pekerja media dan masyarakat sangat antusias memantau konferensi pers. 12 bocah pemain sepak bola dan satu pelatihnya memang menjadi perhatian publik Thailand dan dunia internasional setelah terjebak di dalam dua. Proses penyelamatannya juga menjadi kabar yang selalu ditunggu banyak orang di seluruh dunia.
Seorang psikolog dan petugas kesehatan di dalam konferensi pers mengungkapkan mereka siap kembali ke kehidupan normal saat ini. “Mereka ingin makan masakan ibu mereka di rumah,” ujar psikolog yang tidak disebutkan namanya dilansir The Guardian.
Kemudian, psikolog lainnya juga menjelaskan kondisi mental mereka relatif baik setelah mendapatkan dukungan mental dan moral setelah diselamatkan.
Bocah-bocah itu rata-rata mengalami kenaikan berat bada 3 kg setelah operasi penyelamatan. Sebelum kembali ke rumah, direktur rumah sakit menyatakan mereka juga melakukan latihan fisik dan mental untuk membangun kepercayaan diri.
“Kita tidak mengetahui luka yang diidap anak-anak di hati mereka,” kata pejabat Kementerian Kehakiman Tawatchai Thaikaew.
Dia juga meminta agar media menghargai privasi anak-anak setelah bebas dari gua. “Perhatian terhadap mereka secara berlebihan bisa mengganggu kesehatan mental mereka,” katanya.
Sebanyak 12 pemain sepak bola lokal dan pelatihnya mengeksplorasi kompleks gua Tham Luang sekitar satu jam setelah berlatih sepak bola. Tapi, hujan deras ternyata membanjiri gua tersebut dan mereka pun terjebak. Dua penyelamat Inggris menemukan mereka pada 2 Juli lalu. Semuanya bisa diselamatkan dalam operasi penyelamatan tiga hari yang diorganisir tim SEAL Angkatan Laut Thailand dan tim penyelamat global.
Menurut pelatih Ekapol Chantawong, 25, atau biasa dipanggil Ake mengungkapkan semua orang sepakat untuk bisa masuk ke gua. “Ketika banjir terjadi, kita mengetahui kalau kita terjebak dan tidak bisa keluar,” kata Ake.
Dia mengungkapkan semuanya bisa berenang. “Tidak benar kalau ada kabar yang menyatakan kita tidak bisa berenang. Setelah bermain sepak bola, kita biasa berenang,” ujarnya.
Ketika mereka menyadari kalau mereka terjebak di dalam gua, sebagai pelatih dan orang tertua, Ake membangun motivasi dan moral kepada anak dididiknya dengan mengatakan banjir akan surut. “Saya mengatakan kepada mereka agar jangan takut,” ujarnya.
Dia menegaskan dirinya yakin air akan surut dan tim penyelamat akan datang. Untungnya, ada tetesan air di dingin gua sehingga mereka bisa minum air dari dinding gua. “Airnya bersih,” ujar Ake.
Ditambahkan Titan, anggota tim sepak bola paling muda, dirinya tak berpikir tentang makanan sehingga tak pernah lapar selama beberapa hari di gua. “Saya tidak memiliki kekuatan sehingga saya tidak berpikir tentang makanan,” katanya.
Karena terlalu lama menunggu di dalam gua, Ake menjelaskan beberapa anak-anak berusaha menggali dinding gua. “Kita tidak ingin menunggu saja hingga penyelamat menemukan kita,” katanya.
Berbicara mengenai kematian salah satu penyelam, Saman Kunan, semua pemain sepak bolah itu mengaku terkejut. “Kita semua merasa bersalah karena kematiannya,” kata Ake. Mereka menyerahkan foto Kunan kepada keluarganya dengan pesan duka. “Saya ingin mengucapkan terima kasih,” kata salah satu bocah itu. (Andika Hendra)
(nfl)