Bertemu Abe, Putin Singgung Perjanjian Damai Rusia-Jepang
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mencatat pentingnya mencari solusi untuk masalah perjanjian perdamaian antara negara yang dipimpinnya dengan Jepang. Hal itu dikatakannya setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Menurut Putin, perjanjian perdamaian antara Rusia dan Jepang harus memenuhi kepentingan kedua negara dan didukung oleh rakyat mereka.
"Kami percaya penting untuk terus mencari dengan sabar untuk solusi [untuk perjanjian damai] yang harus memenuhi kepentingan strategis Rusia dan Jepang dan akan diterima oleh masyarakat kedua negara," kata Putin seperti dikutip dari TASS, Minggu (27/5/2018).
Pembicaraan difokuskan pada implementasi perjanjian tentang kegiatan ekonomi bersama di kepulauan Kurile selatan.
"Kami puas dengan keadaan di lima sektor yang disetujui sebelumnya, yaitu akuakultur, bisnis rumah kaca, paket wisata, energi angin dan daur ulang limbah," ujar Putin.
Rusia dan Jepang telah dalam pembicaraan untuk menandatangani perjanjian damai sejak pertengahan abad ke-20. Batu sandungan utama untuk mencapai perjanjian damai ini adalah masalah kepemilikan atas Kepulauan Kuril Selatan.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Kepulauan Kuril dimasukkan ke dalam bagian Uni Soviet. Namun, kepemilikan Iturup, Kunashir, Shikotan Islands dan Kepulauan Habomai ditentang oleh Jepang. Kementerian Luar Negeri Rusia telah menyatakan berkali-kali bahwa kedaulatan Rusia atas pulau-pulau tak diragukan lagi.
Pada tahun 1956, Uni Soviet dan Jepang menandatangani deklarasi bersama untuk menghentikan keadaan perang, tetapi tidak ada perjanjian damai yang ditandatangani sejauh ini.
Menurut Putin, perjanjian perdamaian antara Rusia dan Jepang harus memenuhi kepentingan kedua negara dan didukung oleh rakyat mereka.
"Kami percaya penting untuk terus mencari dengan sabar untuk solusi [untuk perjanjian damai] yang harus memenuhi kepentingan strategis Rusia dan Jepang dan akan diterima oleh masyarakat kedua negara," kata Putin seperti dikutip dari TASS, Minggu (27/5/2018).
Pembicaraan difokuskan pada implementasi perjanjian tentang kegiatan ekonomi bersama di kepulauan Kurile selatan.
"Kami puas dengan keadaan di lima sektor yang disetujui sebelumnya, yaitu akuakultur, bisnis rumah kaca, paket wisata, energi angin dan daur ulang limbah," ujar Putin.
Rusia dan Jepang telah dalam pembicaraan untuk menandatangani perjanjian damai sejak pertengahan abad ke-20. Batu sandungan utama untuk mencapai perjanjian damai ini adalah masalah kepemilikan atas Kepulauan Kuril Selatan.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Kepulauan Kuril dimasukkan ke dalam bagian Uni Soviet. Namun, kepemilikan Iturup, Kunashir, Shikotan Islands dan Kepulauan Habomai ditentang oleh Jepang. Kementerian Luar Negeri Rusia telah menyatakan berkali-kali bahwa kedaulatan Rusia atas pulau-pulau tak diragukan lagi.
Pada tahun 1956, Uni Soviet dan Jepang menandatangani deklarasi bersama untuk menghentikan keadaan perang, tetapi tidak ada perjanjian damai yang ditandatangani sejauh ini.
(ian)