Ditelepon Najib yang Kalah Pemilu, Anwar: Dia Benar-benar Hancur

Kamis, 17 Mei 2018 - 23:03 WIB
Ditelepon Najib yang...
Ditelepon Najib yang Kalah Pemilu, Anwar: Dia Benar-benar Hancur
A A A
KUALA LUMPUR - Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak yang kalah dalam pemilu ternyata menelepon rivalnya yang sedang dipenjara, Anwar Ibrahim. Melalui telepon itu, Najib merasa benar-benar hancur dan meminta saran apa yang harus dia perbuat.

Kontak telepon dua kali itu terjadi pada Rabu (9/5/2018) malam, tak lama setelah hasil pemilu menunjukkan koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Najib dikalahkan koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir Mohamad, 92.

Anwar mengungkap jalinan komunikasi dengan "musuh" politiknya itu dalam sebuah wawancara dengan Reuters hari Kamis (17/5/2018) di kediamannya di pinggiran Kuala Lumpur.

Kekalahan Barisan Nasional untuk pertama kalinya dalam sejarah Malaysia dikaitkan dengan meningkatnya kemarahan publik atas korupsi dan aliansi antara Mahathir Mohamad dengan Anwar Ibrahim untuk menggulingkan rezim Najib.

Aliansi Mahathir dan Anwar mengejutkan dan sempat dianggap mustahil karena keduanya pernah bermusuhan. Sekadar diketahui, Mahathir-lah yang memecat Anwar sebagai wakil perdana menteri tahun 1998. Sejak itu, Anwar dijebloskan ke penjara atas tuduhan sodomi.

Anwar telah diampuni dan dibebaskan dari hukuman lima tahun penjara untuk kasus sodomi pada hari Rabu.

"Ketika dia (Najib) menelepon pada malam pemilu, saya menyarankan dia sebagai seorang teman untuk menyerah dan move-on," kata Anwar.

Anwar lantas meminta Najib untuk muncul dengan membuat sebuah pernyataan dengan cepat daripada menunda dan dianggap mencoba untuk menjegal proses pemilu.

Namun, Najib tidak mengatakan apa-apa meski Mahathir mengumumkan kemenangan beberapa jam setelah penghitungan suara dimulai.

Pada konferensi pers hari berikutnya, Najib mengatakan tidak ada partai yang memiliki suara mayoritas dan konstitusi Raja Malaysia yang akan memutuskan siapa yang berhak membentuk pemerintahan.

"Dia hanya menghindar...dia menolak mengakui (kekalahan) lebih awal," kata Anwar.

Anwar mengatakan bahwa Najib saat itu sedang memikirkan apa yang bisa dia lakukan dan siapa yang bisa dia ajak konsultasi. Namun Anwar bersikeras bahwa mantan PM Malaysia itu tidak mendekatinya untuk membuat kesepakatan secara serius.

“Bahkan jika dia merujuk pada hal itu (membuat kesepakatan), saya akan mengabaikannya. Saya hanya mendengarkannya,” kata Anwar ketika ditanya apakah Najib telah menawarinya kesepakatan.

"Setelah panggilan telepon kedua, dia benar-benar hancur," lanjut Anwar.

Najib tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar atas pengakuan Anwar Ibrahim tersebut.

"Dalam sebuah kontes yang dekat antara dua koalisi, tidak biasa bagi seorang pemimpin tim yang kalah untuk mencoba menarik anggota dari kubu lain," kata Adib Zalkapli, seorang analis yang berbasis di Kuala Lumpur yang juga konsultan dari Vriens & Partners.

Khairy Jamaluddin, Menteri Pemuda dan Olahraga di pemerintahan Najib, mengunjungi Najib di rumahnya pada malam pemilu. Dia mengklaim Najib terlihat tenang dan siap. Namun, orang-orang di sekitarnya tertegun, terkejut dan muram.

Anwar menambahkan, dia akan menjadi perdana menteri berikutnya setelah Mahathir mundur, tetapi dia ingin memastikan transisi yang mulus.

“Mahathir telah berkuasa sejak seminggu, sehingga tidak tepat untuk berbicara tentang transisi segera. Jadi biarkan dia melanjutkan," kata Anwar. Dia tidak memberikan kerangka waktu untuk langkah transisi kekuasaan tersebut.

Anwar adalah wakil Mahathir pada 1990-an, tetapi jatuh bersama mentornya selama krisis keuangan Asia 1997-1999.

Dia akhirnya dipecat dari jabatan dan dari partai yang berkuasa. Sejak itu Anwar mendirikan Gerakan Reformasi yang menantang pemerintahan Mahathir. Dalam beberapa minggu setelah dipecat, dia ditangkap dan dipenjarakan atas tuduhan sodomi dan korupsi.

Setelah dibebaskan tahun 2004, Anwar dipenjara untuk kedua kalinya atas tuduhan sodomi pada tahun 2015 atau ketika Najib berkuasa. Anwar dan pendukungnya mengatakan, tuduhan itu bermotif politik.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6234 seconds (0.1#10.140)