Irak Gelar Pemilu Pertama Pasca Kekalahan ISIS

Minggu, 13 Mei 2018 - 00:26 WIB
Irak Gelar Pemilu Pertama Pasca Kekalahan ISIS
Irak Gelar Pemilu Pertama Pasca Kekalahan ISIS
A A A
BAGHDAD - Irak menggelar pemilu parlemen pertama sejak pemerintahnya menyatakan kemenangan atas kelompok ekstrimis ISIS pada tahun lalu. Sekitar 7.000 kandidat dari aliansi koalisi yang bertarung bersaing memperebutkan kursi 329 anggota majelis.

Irak masih berjuang untuk membangun kembali dirinya setelah empat tahun perang melawan ISIS. Siapa pun pemenang pemilu kali ini perlu untuk menjaga kesatuan Irak yang rapuh dalam menghadapi ketegangan sektarian dan separatis.

Perdana Menteri Haider al-Abadi telah meminta semua warga Irak untuk ambil bagian dalam pemilu.

"Hari ini Irak kuat dan bersatu setelah mengalahkan terorisme, dan ini adalah pencapaian besar bagi semua warga Irak," katanya setelah memberikan suaranya, seperti dikutip dari BBC, Minggu (13/5/2018).

Jajak pendapat di seluruh negara dibuka pada pukul 07:00 dan ditutup pada pukul 18:00 waktu setempat.

Rakyat Irak memilih daftar kandidat yang saling bersaing. Sebagian besar didominasi kelompok Syiah atau Sunni, meskipun Kurdi memiliki daftar mereka sendiri.

Pemerintah yang dipimpin Syiah telah memenangkan pujian atas perang melawan militan ISIS, dan keamanan telah meningkat pesat di seluruh negeri. Namun banyak warga Irak yang kecewa dengan maraknya aksi korupsi di pemerintah yang meluas dan ekonomi yang lemah.

Ada juga yang merasa frustrasi karena kurangnya perubahan yang dirasakan. Seorang warga Baghdad mengatakan bahwa ia menyesal memberikan suara pada pemungutan suara dalam pemilu 2014 karena semua janji ternyata bohong.

Reuters melaporkan bahwa jumlah pemilih di beberapa tempat pemungutan suara di Ibu Kota tampak rendah, meskipun pemerintah secara parsial mencabut jam malam untuk mendorong pemungutan suara.

Keamanan di sekitar pusat pemungutan suara sangat ketat. Setidaknya tiga orang tewas dalam serangan dekat tempat pemungutan suara di provinsi utara Kirkuk, menurut media setempat.

Pemungutan suara dilakukan hanya beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran. Beberapa warga Irak khawatir negara mereka sekali lagi bisa menjadi korban peperangan antara AS dan Iran.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3975 seconds (0.1#10.140)