Hadang Oposisi, Najib Umbar Janji
A
A
A
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri (PM) Najib Razak menggunakan segala cara untuk menghadang popularitas kubu oposisi yang semakin menanjak. Najib pun mengumbar janji kepada rakyat, termasuk menaikkan upah minimum jika dia menang pada pemilu parlemen pada 9 Mei mendatang.
Mantan mentor Najib, mantan PM Mahathir Mohamad, kini memimpin aliansi oposisi bersatu yang bertujuan membendung kemenangan Najib dan mengalahkan koalisi Barisan Nasional (BN). Meskipun sulit. Mahathir ingin menggulingkan koalisi BN yang pernah dibesarkannya dan telah bercokol di kekuasaan sejak kemerdekaan Malaysia dari Inggris pada 1957.
Najib berjanji dalam pawai Hari Buruh akan menaikkan upah minimum dari saat ini 1.000 ringgit di semenanjung Malaysia dan 920 ringgit di negara bagian Sabah dan Sarawak jika dia memenangi pemilu. “Jika kamu ingin upah minum ditingkatkan, kamu mengetahui apa yang harus dilakukan. Apakah kita punya kesepakatan?” kata Najib di depan 2.000 orang yang berkumpul pada kampanye, dilansir Reuters.
Namun, Najib tidak mengumumkan besaran kenaikan upah yang akan diberlakukan. Dia hanya mengungkapkan kalau kebijakan kenaikan upah itu akan diumumkan setelah pemilu.
Najib juga mengumumkan anggaran 200 juta ringgit untuk program pekerja dengan keahlian khusus. Dia juga menambahkan 60 juta ringgit untuk asuransi bagi para pekerja. Semua hal yang dilakukan pemerintahan, kata Najib, bertujuan untuk menjadi para pekerja Malaysia menjadi lebih baik dan sejahtera.
“Jika pemerintahan BN adalah sekuntum bunga, para pekerja adalah tangkainya. Untuk itu, jangan coba menarik atau minum dari bunga lainnya,” ujar Najib menyindir logo partai baru Mahathir.
Kampanye politik yang dimulai sejak Sabtu (28/4) lalu, Najib berusaha berkunjung ke berbagai wilayah di Malaysia. Mulai dari membuka sekolah baru, bertemu dengan para pemilih, menjanjikan bantuan, dan menyakinkan para simpatisannya.
Pemilu Malaysia ke-14 merupakan pertarungan demokrasi yang paling sulit dank eras yang akan dihadapi Najib. Di samping karena tantangan dari Mahathir, Najib juga terjebak dalam skandal korupsi miliaran dolar pada dana milik negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB) dan meningkatnya kemarahan publik di tengah biaya hidup yang semakin meningkat.
Janji yang paling menarik adalah Najib akan mengamendemen undang-undang agar pegawai sektor swasta bisa izin selama tiga hari untuk alasan keluarga. “Inisiatif ini berlaku untuk pekerja sektor swasta. Amendemen UU itu akan dilakukan pada sesi sidang parlemen tahun depan,” terang Najib.
Najib juga berjanji akan memberikan hibah khusus senilai 3 juta untuk Kongres Serikat Pekerja Malaysia sebagai bentuk loyalitasnya kepada pemerintah. “Bantuan itu akan diberikan tahun ini. Nantinya, bantuan itu dibagikan ke serikat pekerja lainnya,” ujar Najib.
Pemilu kali ini tidak diikuti Anwar Ibrahim, mantan deputi PM Malaysia, yang masih dipenjara karena skandal sodomi. Namun, oposisi mendapatkan dukungan dari Mahathir. Koalisi oposisi sendiri masih terlibat banyak perbedaan antara Partai Aksi Demokratik (DAP), Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan Partai Pribumi Bersatu yang dipimpin Mahathir.
Baik oposisi dan partai berkuasa tetap fokus mengejar suara etnik Melayu. “Tingkat korupsi menjadi penyebab tergerusnya kepercayaan warga etnik Melayu kepada pemerintah,” ujar Zachary Abuza, profesor politik di National War College di Washington, Amerika Serikat, dilansir Diplomat. (Andika Hendra)
Mantan mentor Najib, mantan PM Mahathir Mohamad, kini memimpin aliansi oposisi bersatu yang bertujuan membendung kemenangan Najib dan mengalahkan koalisi Barisan Nasional (BN). Meskipun sulit. Mahathir ingin menggulingkan koalisi BN yang pernah dibesarkannya dan telah bercokol di kekuasaan sejak kemerdekaan Malaysia dari Inggris pada 1957.
Najib berjanji dalam pawai Hari Buruh akan menaikkan upah minimum dari saat ini 1.000 ringgit di semenanjung Malaysia dan 920 ringgit di negara bagian Sabah dan Sarawak jika dia memenangi pemilu. “Jika kamu ingin upah minum ditingkatkan, kamu mengetahui apa yang harus dilakukan. Apakah kita punya kesepakatan?” kata Najib di depan 2.000 orang yang berkumpul pada kampanye, dilansir Reuters.
Namun, Najib tidak mengumumkan besaran kenaikan upah yang akan diberlakukan. Dia hanya mengungkapkan kalau kebijakan kenaikan upah itu akan diumumkan setelah pemilu.
Najib juga mengumumkan anggaran 200 juta ringgit untuk program pekerja dengan keahlian khusus. Dia juga menambahkan 60 juta ringgit untuk asuransi bagi para pekerja. Semua hal yang dilakukan pemerintahan, kata Najib, bertujuan untuk menjadi para pekerja Malaysia menjadi lebih baik dan sejahtera.
“Jika pemerintahan BN adalah sekuntum bunga, para pekerja adalah tangkainya. Untuk itu, jangan coba menarik atau minum dari bunga lainnya,” ujar Najib menyindir logo partai baru Mahathir.
Kampanye politik yang dimulai sejak Sabtu (28/4) lalu, Najib berusaha berkunjung ke berbagai wilayah di Malaysia. Mulai dari membuka sekolah baru, bertemu dengan para pemilih, menjanjikan bantuan, dan menyakinkan para simpatisannya.
Pemilu Malaysia ke-14 merupakan pertarungan demokrasi yang paling sulit dank eras yang akan dihadapi Najib. Di samping karena tantangan dari Mahathir, Najib juga terjebak dalam skandal korupsi miliaran dolar pada dana milik negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB) dan meningkatnya kemarahan publik di tengah biaya hidup yang semakin meningkat.
Janji yang paling menarik adalah Najib akan mengamendemen undang-undang agar pegawai sektor swasta bisa izin selama tiga hari untuk alasan keluarga. “Inisiatif ini berlaku untuk pekerja sektor swasta. Amendemen UU itu akan dilakukan pada sesi sidang parlemen tahun depan,” terang Najib.
Najib juga berjanji akan memberikan hibah khusus senilai 3 juta untuk Kongres Serikat Pekerja Malaysia sebagai bentuk loyalitasnya kepada pemerintah. “Bantuan itu akan diberikan tahun ini. Nantinya, bantuan itu dibagikan ke serikat pekerja lainnya,” ujar Najib.
Pemilu kali ini tidak diikuti Anwar Ibrahim, mantan deputi PM Malaysia, yang masih dipenjara karena skandal sodomi. Namun, oposisi mendapatkan dukungan dari Mahathir. Koalisi oposisi sendiri masih terlibat banyak perbedaan antara Partai Aksi Demokratik (DAP), Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan Partai Pribumi Bersatu yang dipimpin Mahathir.
Baik oposisi dan partai berkuasa tetap fokus mengejar suara etnik Melayu. “Tingkat korupsi menjadi penyebab tergerusnya kepercayaan warga etnik Melayu kepada pemerintah,” ujar Zachary Abuza, profesor politik di National War College di Washington, Amerika Serikat, dilansir Diplomat. (Andika Hendra)
(nfl)