Mendagri Inggris Amber Rudd Mundur Terkait Skandal Hapus Imigran
A
A
A
LONDON - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris Amber Rudd mengundurkan diri setelah bukti baru menunjukkan bahwa dia mengetahui tentang target penghapusan imigran. Pengunduran dirinya telah diterima Perdana Menteri (PM) Theresa May, Senin (30/4/2018).
Rudd telah berada di bawah tekanan untuk mengundurkan diri selama lebih dari seminggu sejak dia dituduh menyesatkan Parlemen mengenai apakah departemennya memiliki target untuk penghapusan imigran di Inggris.
Dalam sebuah surat untuk PM May, Rudd mengatakan bahwa dia mengaku keliru telah menyesatkan parlemen dengan mengklaim tidak memiliki pengetahuan tentang sistem target penghapusan imigran.
"Saya merasa perlu untuk melakukannya karena saya secara tidak sengaja menyesatkan Komite Pemilihan Urusan Dalam Negeri atas target-target penghapusan imigran gelap," kata Rudd dalam sepucuk surat untuk May, seperti dikutip Reuters.
"Seharusnya saya menyadari ini, dan saya bertanggung jawab penuh atas fakta."
Mundurnya Rudd terjadi pada hari yang sama ketika Guardian menerbitkan surat pribadi Rudd kepada Theresa May pada bulan Januari tahun lalu. Dalam surat itu, Rudd menguraikan target ambisius untuk mendeportasi 10 persen lebih imigran gelap selama beberapa tahun ke depan.
Rudd awalnya membantah mengetahui tentang pelaksanaan target deportasi. Pada Jumat malam lalu, dia melalui Twitter bahkan menegaskan tidak akan mengundurkan diri terkait skandal penghapusan imigran tersebut."Untuk memastikan kebijakan imigrasi adil dan manusiawi," tulis dia ketika menolak tekanan untuk mengundurkan diri.
Rudd dijadwalkan membuat pernyataan tentang skandal tersebut di Parlemen Inggris pada hari ini.
Pekan lalu, sebuah dokumen internal yang bocor mengungkapkan bahwa Kantor Kemendagri memang memiliki target untuk memindahkan imigran gelap. Dokumen yang membahas target tersebut telah diarsipkan di kantor Rudd, namun, dalam pernyataannya di Twitter, Rudd mengklaim bahwa dia tidak melihat pemberitahuan itu.
"Saya tidak melihat dokumen yang bocor, meskipun disalin ke kantor saya karena banyak dokumen," tulis Rudd di Twitter.
Rudd telah berada di bawah tekanan untuk mengundurkan diri selama lebih dari seminggu sejak dia dituduh menyesatkan Parlemen mengenai apakah departemennya memiliki target untuk penghapusan imigran di Inggris.
Dalam sebuah surat untuk PM May, Rudd mengatakan bahwa dia mengaku keliru telah menyesatkan parlemen dengan mengklaim tidak memiliki pengetahuan tentang sistem target penghapusan imigran.
"Saya merasa perlu untuk melakukannya karena saya secara tidak sengaja menyesatkan Komite Pemilihan Urusan Dalam Negeri atas target-target penghapusan imigran gelap," kata Rudd dalam sepucuk surat untuk May, seperti dikutip Reuters.
"Seharusnya saya menyadari ini, dan saya bertanggung jawab penuh atas fakta."
Mundurnya Rudd terjadi pada hari yang sama ketika Guardian menerbitkan surat pribadi Rudd kepada Theresa May pada bulan Januari tahun lalu. Dalam surat itu, Rudd menguraikan target ambisius untuk mendeportasi 10 persen lebih imigran gelap selama beberapa tahun ke depan.
Rudd awalnya membantah mengetahui tentang pelaksanaan target deportasi. Pada Jumat malam lalu, dia melalui Twitter bahkan menegaskan tidak akan mengundurkan diri terkait skandal penghapusan imigran tersebut."Untuk memastikan kebijakan imigrasi adil dan manusiawi," tulis dia ketika menolak tekanan untuk mengundurkan diri.
Rudd dijadwalkan membuat pernyataan tentang skandal tersebut di Parlemen Inggris pada hari ini.
Pekan lalu, sebuah dokumen internal yang bocor mengungkapkan bahwa Kantor Kemendagri memang memiliki target untuk memindahkan imigran gelap. Dokumen yang membahas target tersebut telah diarsipkan di kantor Rudd, namun, dalam pernyataannya di Twitter, Rudd mengklaim bahwa dia tidak melihat pemberitahuan itu.
"Saya tidak melihat dokumen yang bocor, meskipun disalin ke kantor saya karena banyak dokumen," tulis Rudd di Twitter.
(mas)