Mengintip Jet Tempur Generasi Ke-6 AS yang Diklaim Bersenjata Laser
A
A
A
WASHINGTON - Laboratorium Penelitian Angkatan Udara (AFRL) Amerika Serikat (AS) telah merilis sebuah video pada akhir Maret 2018 tentang jet siluman canggih yang diklaim sebagai jet tempur generasi keenam. Pamer video itu sebagai upaya untuk mengenalkan inisiatif "Sains dan Teknologi 2030" dari laboratorium itu.
Jet tempur generasi keenam yang ditampilkan di video itu dikenal sebagai F-X. Pesawat tersebut menembakkan senjata laser berenergi tinggi yang memotong separuh pesawat tempur.
Kendati demikian, kemampuan sebenarnya dari jet tempur generasi keenam itu belum jelas. Beberapa pihak berspekulasi bahwa F-X bisa melakukan perjalanan dengan kecepatan hipersonik, dapat beralih di antara pesawat berawak dan tak berawak, dan banyak spekulasi lainnya.
Pihak AFRL menolak berkomentar ketika Business Insider bertanya tentang kapabilitas dari jet tempur generasi keenam yang memang belum secara resmi diakui oleh Pentagon.
Richard Aboulafia, seorang ahli penerbangan militer di Teal Group, mengulas F-X yang diklaim sebagai jet tempur generasi keenam Amerika.
"Ini akan kurang tentang kendaraan udara, dan lebih banyak tentang sistem yang menyertainya," kata Aboulafia kepada Business Insider.
"Senjata-senjata itu, drone yang ramah (loyal wingman), sensor tempel—semuanya seperti itu," ujarnya. Menurutnya, F-X tidak mungkin akan memiliki muatan yang berat karena akan mengurangi kemampuan silumannya.
"Jelas, (jet tempur) generasi berikutnya observability-nya rendah," kata Aboulafia. "Dan pasti kembali ke supercruise, yang kami miliki di F-22, tetapi tidak dimiliki F-35."
"Mungkin akan kembali ke penekanan pada kinematika, kemampuan untuk meluncurkan rudal dengan kecepatan ekstra di belakangnya," imbuh Aboulafia.
"Tapi, apa yang mungkin paling penting adalah apa yang Anda sebut hyperconnectivity," sambung Aboulafia. "Jadi, bukan saja Anda menerima data real-time instan dari sensor tempel, tetapi juga menyatu di depan Anda, sehingga pilot dapat bekerja dengan loyal wingman—pada dasarnya pesawat tanpa awak yang dapat melakukan penawaran pada Anda di medan perang," paparnya.
Aboulafia mengatakan bahwa pengembangan pesawat ini harus terus-menerus berkomunikasi tentang apa yang mungkin perlu diganti atau diperbaiki. "Semua ini sangat tidak dapat dihindarkan (dengan) peluang rendah untuk macet, (dan) kemungkinan intersepsi yang rendah. Musuh akan mencoba memacetkan semuanya," katanya.
Potensi Kerugian Laser
Menurut Aboulafia, tidak semua teknologi baru yang digunakan untuk pesawat tempur generasi keenam akan bermanfaat bagi pesawat.
"Adapun soal laser berenergi tinggi, itu bisa dibayangkan," kata Aboulafia."Tetapi pergi ke tempat itu telah memakan waktu sangat lama dan mungkin akan terus memakan waktu yang sangat lama," paparnya mengacu pada efektivitas pengembangan senjata laser untuk jet tempur.
Aboulafia menyoroti potensi bahaya dari senjata semacam itu. “Berapa kisaran dari objek ini?," dia bertanya secara retoris. "Saya tidak tahu, tetapi setelah Anda menembakannya, lebih baik Anda berhati-hati."
"Sebuah rudal air-to-air yang benar-benar baik bisa mencapai 30, 40, 50 mil," kata Aboulafia. “Anda melakukannya dengan laser, (dan) mungkin ada berbagai macam komplikasi karena apa pun yang ada di jalurnya mungkin terhantam," paparnya.
Aboulafia mengaku tidak mendukung sistem tanpa awak pada jet tempur siluman.
"Saya selalu membenci ide itu. Kendaraan tempur tanpa awak yang sempurna adalah rudal," kata Aboulafia. "Jika Anda memiliki aset yang ingin Anda lestarikan, maka memiliki seorang pilot di kokpit adalah kebijakan jaminan yang paling efektif soal biaya, jika Anda melakukan sesuatu yang melibatkan penetrasi jarak jauh seperti pembom, secara opsional tanpa awak membuat semua di dunia mendapat kesempatan yang sangat bagus, itu adalah perjalanan satu arah," terang dia.
"Tapi sebuah jet tempur? Mengapa Anda tidak menggunakan banyak rudal? Dengan kata lain, jika Anda berbicara tentang aset senilai USD100 juta, memiliki seseorang di dalamnya adalah cara yang baik untuk melestarikannya," katanya.
Meskipun demikian, Aboulafia mengatakan bahwa laser dan sistem tanpa awak ada pada daftar kemungkinan pada pengembangan jet tempur siluman generasi berikutnya.
Aboulafia berharap pesawat tempur generasi keenam dapat terbang antara Mach 2.2 (2.695 km/jam) hingga Mach 2.5 (3.062 km/jam). "Anda akan melihat pesawat terbang ini pada sekitar akhir 2020-an dan mulai beroperasi pada pertengahan 2030-an," ujarnya, yang dilansir Minggu (8/4/2018).
Jet tempur generasi keenam yang ditampilkan di video itu dikenal sebagai F-X. Pesawat tersebut menembakkan senjata laser berenergi tinggi yang memotong separuh pesawat tempur.
Kendati demikian, kemampuan sebenarnya dari jet tempur generasi keenam itu belum jelas. Beberapa pihak berspekulasi bahwa F-X bisa melakukan perjalanan dengan kecepatan hipersonik, dapat beralih di antara pesawat berawak dan tak berawak, dan banyak spekulasi lainnya.
Pihak AFRL menolak berkomentar ketika Business Insider bertanya tentang kapabilitas dari jet tempur generasi keenam yang memang belum secara resmi diakui oleh Pentagon.
Richard Aboulafia, seorang ahli penerbangan militer di Teal Group, mengulas F-X yang diklaim sebagai jet tempur generasi keenam Amerika.
"Ini akan kurang tentang kendaraan udara, dan lebih banyak tentang sistem yang menyertainya," kata Aboulafia kepada Business Insider.
"Senjata-senjata itu, drone yang ramah (loyal wingman), sensor tempel—semuanya seperti itu," ujarnya. Menurutnya, F-X tidak mungkin akan memiliki muatan yang berat karena akan mengurangi kemampuan silumannya.
"Jelas, (jet tempur) generasi berikutnya observability-nya rendah," kata Aboulafia. "Dan pasti kembali ke supercruise, yang kami miliki di F-22, tetapi tidak dimiliki F-35."
"Mungkin akan kembali ke penekanan pada kinematika, kemampuan untuk meluncurkan rudal dengan kecepatan ekstra di belakangnya," imbuh Aboulafia.
"Tapi, apa yang mungkin paling penting adalah apa yang Anda sebut hyperconnectivity," sambung Aboulafia. "Jadi, bukan saja Anda menerima data real-time instan dari sensor tempel, tetapi juga menyatu di depan Anda, sehingga pilot dapat bekerja dengan loyal wingman—pada dasarnya pesawat tanpa awak yang dapat melakukan penawaran pada Anda di medan perang," paparnya.
Aboulafia mengatakan bahwa pengembangan pesawat ini harus terus-menerus berkomunikasi tentang apa yang mungkin perlu diganti atau diperbaiki. "Semua ini sangat tidak dapat dihindarkan (dengan) peluang rendah untuk macet, (dan) kemungkinan intersepsi yang rendah. Musuh akan mencoba memacetkan semuanya," katanya.
Potensi Kerugian Laser
Menurut Aboulafia, tidak semua teknologi baru yang digunakan untuk pesawat tempur generasi keenam akan bermanfaat bagi pesawat.
"Adapun soal laser berenergi tinggi, itu bisa dibayangkan," kata Aboulafia."Tetapi pergi ke tempat itu telah memakan waktu sangat lama dan mungkin akan terus memakan waktu yang sangat lama," paparnya mengacu pada efektivitas pengembangan senjata laser untuk jet tempur.
Aboulafia menyoroti potensi bahaya dari senjata semacam itu. “Berapa kisaran dari objek ini?," dia bertanya secara retoris. "Saya tidak tahu, tetapi setelah Anda menembakannya, lebih baik Anda berhati-hati."
"Sebuah rudal air-to-air yang benar-benar baik bisa mencapai 30, 40, 50 mil," kata Aboulafia. “Anda melakukannya dengan laser, (dan) mungkin ada berbagai macam komplikasi karena apa pun yang ada di jalurnya mungkin terhantam," paparnya.
Aboulafia mengaku tidak mendukung sistem tanpa awak pada jet tempur siluman.
"Saya selalu membenci ide itu. Kendaraan tempur tanpa awak yang sempurna adalah rudal," kata Aboulafia. "Jika Anda memiliki aset yang ingin Anda lestarikan, maka memiliki seorang pilot di kokpit adalah kebijakan jaminan yang paling efektif soal biaya, jika Anda melakukan sesuatu yang melibatkan penetrasi jarak jauh seperti pembom, secara opsional tanpa awak membuat semua di dunia mendapat kesempatan yang sangat bagus, itu adalah perjalanan satu arah," terang dia.
"Tapi sebuah jet tempur? Mengapa Anda tidak menggunakan banyak rudal? Dengan kata lain, jika Anda berbicara tentang aset senilai USD100 juta, memiliki seseorang di dalamnya adalah cara yang baik untuk melestarikannya," katanya.
Meskipun demikian, Aboulafia mengatakan bahwa laser dan sistem tanpa awak ada pada daftar kemungkinan pada pengembangan jet tempur siluman generasi berikutnya.
Aboulafia berharap pesawat tempur generasi keenam dapat terbang antara Mach 2.2 (2.695 km/jam) hingga Mach 2.5 (3.062 km/jam). "Anda akan melihat pesawat terbang ini pada sekitar akhir 2020-an dan mulai beroperasi pada pertengahan 2030-an," ujarnya, yang dilansir Minggu (8/4/2018).
(mas)