NPT Mandul, Belum Ada Negara yang Melucuti Senjata Nuklir
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamnelu) Indonesia, A.M Fachir, menyebut perjanjian perlucutan senjata nuklir atau NPT sampai saat ini belum sepenuhnya dilaksanakan. Pasalnya, belum ada negara yang benar-benar melakukan perlucutan senjata nuklir.
Berbicara saat Dialog dan Konsulatasi Regional Mengenai NPT di Jakarta, Fachir menyatakan, NPT adalah satu-satunya perjanjian mengenai senjata nuklir yang diakui secara global. Perjanjian ini terdiri dari tiga pilar, yakni perlucutan, pelarangan pengembangan senjata nuklir, dan penggunaan nuklir untuk jalur damai.
Dia menyebut dari tiga pilar tersebut, khususnya mengenai perlucutan senjata nuklir, belum sepenuhnya benar-benar dipenuhi atau dijalankan oleh negara anggota NPT.
"Ini sudah beberapa kali dilakukan review untuk sejauh mana pelaksanaan dari perjanjian ini dan kita belum mencapai tujuan dari perjanjian sampai sekarang. Ini karena, perlucutan senjata belum pernah terjadi. Sementara komitmen negara-negara yang mengatakan tidak akan memiliki senjata nuklir itu tetap di jaga, termasuk Indonesia," ucap Fachir, Jakarta, Rabu (21/3/2018).
"Bahkan, aspek penggunaan untuk maksud damai belum sepenuhnya dimaksimalkan karena butuh teknologi dan bantuan dana. Karena itu, kita melalui review ini berharap bahwa semua negara, apa itu pemilik senjata nuklir maupun yang tidak punya senjata nuklir tetap punya komitmen untuk lakukan perjanjian ini," sambungnya.
Terkait pertemuan hari ini, Fachir menuturkanini adalah persiapan jelang konferensi NPT internasional yang akan berlangsung di Jenewa pada tahun depan. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh negara anggota NPT dari kawasan Asia Pasifik, termasuk di dalamnya Iran, Suriah, Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan China.
"Ketua persiapan pertemuan adalah Polandia, karena akan diselenggarakan April, maka mereka cari pemikiran-pemikiran dari kawasan lain, termasuk Indonesia. Ini merupakan komitmen kita sebagai negara pihak dan negara yang sangat serius untuk promosikan implementasi (NPT)," ujarnya.
"Ini akan jadi bekal buat semua delegasi, termasuk yang di kawasan, untuk mengikuti pertemuan April yang akan datang. Untuk dimaklumi di kawasan kita sudah memiliki yang disebut kawasan bebas senjata nuklir dan kita minta semua negara yang memiliki senjata nuklir untuk menghormati kawasan kita sebagai kawasan yang bebas senjata nuklir," ujarnya.
Ia menambahkan, pertemuan pada 2020 akan digarap sengat serius, karena tidak ingin gagal lagi mencapai kesepakatan seperti yang terjadi pada tahun 2015.
"Harapan kita pada 2020 ini tidak gagal, ini sudah pertemuan ketiga untuk kawasan Asia Pasifik sejak 2016," tukasnya.
Berbicara saat Dialog dan Konsulatasi Regional Mengenai NPT di Jakarta, Fachir menyatakan, NPT adalah satu-satunya perjanjian mengenai senjata nuklir yang diakui secara global. Perjanjian ini terdiri dari tiga pilar, yakni perlucutan, pelarangan pengembangan senjata nuklir, dan penggunaan nuklir untuk jalur damai.
Dia menyebut dari tiga pilar tersebut, khususnya mengenai perlucutan senjata nuklir, belum sepenuhnya benar-benar dipenuhi atau dijalankan oleh negara anggota NPT.
"Ini sudah beberapa kali dilakukan review untuk sejauh mana pelaksanaan dari perjanjian ini dan kita belum mencapai tujuan dari perjanjian sampai sekarang. Ini karena, perlucutan senjata belum pernah terjadi. Sementara komitmen negara-negara yang mengatakan tidak akan memiliki senjata nuklir itu tetap di jaga, termasuk Indonesia," ucap Fachir, Jakarta, Rabu (21/3/2018).
"Bahkan, aspek penggunaan untuk maksud damai belum sepenuhnya dimaksimalkan karena butuh teknologi dan bantuan dana. Karena itu, kita melalui review ini berharap bahwa semua negara, apa itu pemilik senjata nuklir maupun yang tidak punya senjata nuklir tetap punya komitmen untuk lakukan perjanjian ini," sambungnya.
Terkait pertemuan hari ini, Fachir menuturkanini adalah persiapan jelang konferensi NPT internasional yang akan berlangsung di Jenewa pada tahun depan. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh negara anggota NPT dari kawasan Asia Pasifik, termasuk di dalamnya Iran, Suriah, Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan China.
"Ketua persiapan pertemuan adalah Polandia, karena akan diselenggarakan April, maka mereka cari pemikiran-pemikiran dari kawasan lain, termasuk Indonesia. Ini merupakan komitmen kita sebagai negara pihak dan negara yang sangat serius untuk promosikan implementasi (NPT)," ujarnya.
"Ini akan jadi bekal buat semua delegasi, termasuk yang di kawasan, untuk mengikuti pertemuan April yang akan datang. Untuk dimaklumi di kawasan kita sudah memiliki yang disebut kawasan bebas senjata nuklir dan kita minta semua negara yang memiliki senjata nuklir untuk menghormati kawasan kita sebagai kawasan yang bebas senjata nuklir," ujarnya.
Ia menambahkan, pertemuan pada 2020 akan digarap sengat serius, karena tidak ingin gagal lagi mencapai kesepakatan seperti yang terjadi pada tahun 2015.
"Harapan kita pada 2020 ini tidak gagal, ini sudah pertemuan ketiga untuk kawasan Asia Pasifik sejak 2016," tukasnya.
(ian)