Pemilu Rusia, Vladimir Putin Diprediksi Menang Mudah
A
A
A
MOSKOW - Rakyat Rusia kemarin memberikan suaranya pada pemilu yang diperkirakan akan dimenangi dengan mudah oleh Presiden Vladimir Putin. Para pesainganya diperkirakan hanya mengumpulkan sedikit dukungan.
Jajak pendapat sebelum pemilu menyatakan calon petahana akan mendapatkan dukungan sekitar 70%. Itu hampir 10 kali lipat dari pesaingnya. Pemilu itu akan memberikan mandat bagi Putin untuk berkuasa hampir setengah abad nantinya. Pemilu kali ini akan memberikan kesempatan bagi Putin untuk berkuasa hingga 2024. Dengan begitu, dia juga akan menjadi pemimpin terlama di Kremlin setelah Josef Stalin pada masa Soviet.
"Saya berharap bisa berkuasa untuk periode enam tahun mendatang," kata Putin setelah memberikan suaranya dilansir BBC. "Saya yakin hasil pemilu akan memberikan kesempatan saya untuk melaksanakan tugas sebagai presiden," terangnya.
Pemilu Rusia dilaksanakan di berbagai tempat pemungutan suara (TPS) di 11 zona waktu. Sebanyak 107,3 juta warga Rusia berhak memberikan suara. Komisi Pemilu Pusat Rusia menyatakan sebanyak 97.000 TPS telah dibuka di seluruh negara tersebut. Pemilih bisa memilih delapan kandidat. "Saya yakin dengan kebenaran dengan apa saya yang saya lakukan untuk negara ini," kata Putin.
Banyak pemilih memuji Putin yang berusia 65 tahun dan mantan agen rahasia KGB. Putin dianggap pemimpin kuat yang melindungi kepentingan Rusia dari serangan kepentingan dunia luar yang merongrong Moskow. "Saya memilih Putin," kata Lyubov Kachan, seorang guru di Ust-Djeguta, di Rusia selatan. "Jika segala sesuatu tidak terjadi pada kita saat ini, terima kasih kepada dunia yang memperlakukan kita dengan negatif. Putin selalu membela Rusia," katanya dilansir Reuters.
Hal yang membuat membuat tim kampanye Putin sakit kepala adanya banyaknya pendukung Putin yang enggan datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Maklum, mereka merasa sudah percaya diri kalau Putin akan memenangi hasil pemilu. Para rival utama Putin menyatakan banyak pegawai swasta dan pegawai pemerintah diminta untuk memilih ke TPS dan memberikan buktinya berupa foto di TPS.
Tingkat partisipasi yang rendah mengkhawatirkan posisi Putin. Hingga kemarin siang, tingkat partisipasi mencapai 34,7%. Namun demikian, para petugas pemilu yakin tingkat partisipasi rakyat Rusia pada pemilu kali ini akan tinggi. RIA Novosti melaporkan 64% pemilih terdaftar memberikan suara di wilayah Kamchatka. Kemudian, di wilayah pedalaman Chutkotka, sekitar 76% dari 33.208 pemilih terdapat, sudah memberikan suaranya.
Seruan boikot pemilu Rusia juga membuat Kremlin sangat khawatir. Politikus yang gagal bersaing dengan Putin pada pemilu, Alexei Navalny, tidak bisa mencalonkan diri karena didakwa melakukan korupsi. Dia pun menyerukan boikot kepada pendukungnya. Namun demikian, mayoritas pemilih Rusia menganggap Putin tidak memiliki pesaing. Tidak ada politikus yang mampu mengalahkan putin. Dominasi politik yang dilakukan Putin menjadikan dia adalah petarung tunggal. Apalagi, semua stasiun televisi di Rusia selalu memberikan ruang bagi Putin.
Banyak orang Rusia sangat percaya kalau Putin mampu menjamin stabilitas setelah kehancuran Uni Soviet. Jajak pendapat yterbaru yang dilaksanakan VTsIOM menyatakan Putin yang pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2000 mendapakan dukungan 69%. Sedangkan rival terkuatnya, Pavel Grudinin diperkirakan hanya meraih 7%.
Seorang nenek, Valentina Ivanova,76, mengaku memberikan suara pada pemilu kali ini. Pemilu, bagi dia, sangat penting bagi dia, keluarga dan negaranya. "Negara saya semakin kuat dan kita sepakat dengan arah negara ini. Yang penting adalah damai. Kita adalah orang yang suka damai," katanya kepada CNN.
Stabilitas Jelang Piala Dunia
Rakyat Rusia jelas menginginkan stabilitas politik dan keamanan menjelang Piala Dunia 2018 pada Juni dan Juli mendatang. Dengan pendekatan ketegasan dan kewibawaan Putin, event bergensi itu diperkirakan akan berjalan dengan aman. Pasalnya, banyak pihak mengkhawatirkan jika Rusia tidak memiliki pemimpin kuat seperti Putin, maka teroris akan mudah melancarkan serangan.
Meskipun sanksi ekonomi telah dijatuhkan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat, Rusia tetap memiliki fondasi ekonomi yang kuat untuk menyukseskan Piala Dunia tersebut. "Tidak ada perubahan signifikan dalam reformasi ekonomi atau kebijakan luar negeri jika Putin menang," kata Lilit Gevorgyan, ekonomi di IHS Markit.
Dia mengungkapkan kebijakan utama Putin pada kampanye adalah stabilitas. "Tidak ada perubahan dengan pemerintahan sebelumnya," paparnya kepada CNN. Untuk menjaga stabilitas politik menjelang Piala Dunia, kata Gevorgyan, Putin seharusnya mencegah ketegangan geopolitik. Selain menjaga stabilitas di Eropa, Putin juga sebaiknya menarik investasi asing. "Putin jua harus memperangi korupsi dan nepotisme di negaranya," jelasnya.
Sementara itu, Putin bukan sendirian sebagai pemimpin yang lama berkuasa. Presiden China Xi Jinping beberapa waktu telah diberikan kekuasaan penuh untuk bisa berkuasa seumur hidup. Kemudian, Kanselir Angela Merkel juga beberapa waktu lalu menjabat sebagai pemimpin Jerman untuk periode keempat.
Jajak pendapat sebelum pemilu menyatakan calon petahana akan mendapatkan dukungan sekitar 70%. Itu hampir 10 kali lipat dari pesaingnya. Pemilu itu akan memberikan mandat bagi Putin untuk berkuasa hampir setengah abad nantinya. Pemilu kali ini akan memberikan kesempatan bagi Putin untuk berkuasa hingga 2024. Dengan begitu, dia juga akan menjadi pemimpin terlama di Kremlin setelah Josef Stalin pada masa Soviet.
"Saya berharap bisa berkuasa untuk periode enam tahun mendatang," kata Putin setelah memberikan suaranya dilansir BBC. "Saya yakin hasil pemilu akan memberikan kesempatan saya untuk melaksanakan tugas sebagai presiden," terangnya.
Pemilu Rusia dilaksanakan di berbagai tempat pemungutan suara (TPS) di 11 zona waktu. Sebanyak 107,3 juta warga Rusia berhak memberikan suara. Komisi Pemilu Pusat Rusia menyatakan sebanyak 97.000 TPS telah dibuka di seluruh negara tersebut. Pemilih bisa memilih delapan kandidat. "Saya yakin dengan kebenaran dengan apa saya yang saya lakukan untuk negara ini," kata Putin.
Banyak pemilih memuji Putin yang berusia 65 tahun dan mantan agen rahasia KGB. Putin dianggap pemimpin kuat yang melindungi kepentingan Rusia dari serangan kepentingan dunia luar yang merongrong Moskow. "Saya memilih Putin," kata Lyubov Kachan, seorang guru di Ust-Djeguta, di Rusia selatan. "Jika segala sesuatu tidak terjadi pada kita saat ini, terima kasih kepada dunia yang memperlakukan kita dengan negatif. Putin selalu membela Rusia," katanya dilansir Reuters.
Hal yang membuat membuat tim kampanye Putin sakit kepala adanya banyaknya pendukung Putin yang enggan datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Maklum, mereka merasa sudah percaya diri kalau Putin akan memenangi hasil pemilu. Para rival utama Putin menyatakan banyak pegawai swasta dan pegawai pemerintah diminta untuk memilih ke TPS dan memberikan buktinya berupa foto di TPS.
Tingkat partisipasi yang rendah mengkhawatirkan posisi Putin. Hingga kemarin siang, tingkat partisipasi mencapai 34,7%. Namun demikian, para petugas pemilu yakin tingkat partisipasi rakyat Rusia pada pemilu kali ini akan tinggi. RIA Novosti melaporkan 64% pemilih terdaftar memberikan suara di wilayah Kamchatka. Kemudian, di wilayah pedalaman Chutkotka, sekitar 76% dari 33.208 pemilih terdapat, sudah memberikan suaranya.
Seruan boikot pemilu Rusia juga membuat Kremlin sangat khawatir. Politikus yang gagal bersaing dengan Putin pada pemilu, Alexei Navalny, tidak bisa mencalonkan diri karena didakwa melakukan korupsi. Dia pun menyerukan boikot kepada pendukungnya. Namun demikian, mayoritas pemilih Rusia menganggap Putin tidak memiliki pesaing. Tidak ada politikus yang mampu mengalahkan putin. Dominasi politik yang dilakukan Putin menjadikan dia adalah petarung tunggal. Apalagi, semua stasiun televisi di Rusia selalu memberikan ruang bagi Putin.
Banyak orang Rusia sangat percaya kalau Putin mampu menjamin stabilitas setelah kehancuran Uni Soviet. Jajak pendapat yterbaru yang dilaksanakan VTsIOM menyatakan Putin yang pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2000 mendapakan dukungan 69%. Sedangkan rival terkuatnya, Pavel Grudinin diperkirakan hanya meraih 7%.
Seorang nenek, Valentina Ivanova,76, mengaku memberikan suara pada pemilu kali ini. Pemilu, bagi dia, sangat penting bagi dia, keluarga dan negaranya. "Negara saya semakin kuat dan kita sepakat dengan arah negara ini. Yang penting adalah damai. Kita adalah orang yang suka damai," katanya kepada CNN.
Stabilitas Jelang Piala Dunia
Rakyat Rusia jelas menginginkan stabilitas politik dan keamanan menjelang Piala Dunia 2018 pada Juni dan Juli mendatang. Dengan pendekatan ketegasan dan kewibawaan Putin, event bergensi itu diperkirakan akan berjalan dengan aman. Pasalnya, banyak pihak mengkhawatirkan jika Rusia tidak memiliki pemimpin kuat seperti Putin, maka teroris akan mudah melancarkan serangan.
Meskipun sanksi ekonomi telah dijatuhkan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat, Rusia tetap memiliki fondasi ekonomi yang kuat untuk menyukseskan Piala Dunia tersebut. "Tidak ada perubahan signifikan dalam reformasi ekonomi atau kebijakan luar negeri jika Putin menang," kata Lilit Gevorgyan, ekonomi di IHS Markit.
Dia mengungkapkan kebijakan utama Putin pada kampanye adalah stabilitas. "Tidak ada perubahan dengan pemerintahan sebelumnya," paparnya kepada CNN. Untuk menjaga stabilitas politik menjelang Piala Dunia, kata Gevorgyan, Putin seharusnya mencegah ketegangan geopolitik. Selain menjaga stabilitas di Eropa, Putin juga sebaiknya menarik investasi asing. "Putin jua harus memperangi korupsi dan nepotisme di negaranya," jelasnya.
Sementara itu, Putin bukan sendirian sebagai pemimpin yang lama berkuasa. Presiden China Xi Jinping beberapa waktu telah diberikan kekuasaan penuh untuk bisa berkuasa seumur hidup. Kemudian, Kanselir Angela Merkel juga beberapa waktu lalu menjabat sebagai pemimpin Jerman untuk periode keempat.
(amm)