Putin Duga Yahudi Intervensi Pemilu AS, Israel Tak Berani Komentar
A
A
A
TEL AVIV - Pemerintah Israel tak berani berkomentar terkait kecurigaan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa orang-orang Yahudi dalang intervensi pemilu Amerika Serikat (AS) tahun 2016. Bungkamnya Tel Aviv diyakini karena sensitif terhadap hubungan dengan Moskow yang memiliki pasukan militer di Suriah.
Israel memilih diam meski kelompok Yahudi AS tersinggung dengan komentar Putin yang dianggap mengobarkan kampanye anti-Semit.
Baik Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu maupun Kementerian Luar Negeri Israel hingga kini tidak memberikan komentar apapun atas pernyataan Putin. Netanyahu selama ini mempertahankan hubungan Israel dan Rusia dengan mengunjungi Moskow dua kali dalam setahun.
Putin, dalam wawancara dengan NBC News hari Minggu, mengatakan bahwa dia tidak peduli jika warga negara Rusia mencoba ikut campur pemilihan presiden AS tahun 2016 dengan alasan tindakan itu bukan atas nama pemerintah. Putin lantas menduga orang-orang yang mengganggu pemilu AS itu adalah orang-orang Yahudi dari banyak negara, termasuk Ukraina atau Tartar, Rusia dan negara lain.
”Ada 146 juta orang Rusia. Jadi apa?,” katanya.”Mereka tidak mewakili kepentingan negara Rusia,” katanya lagi.
”Mengapa Anda memutuskan pihak berwenang Rusia, termasuk saya sendiri, memberi izin kepada orang untuk melakukan ini?,” lanjut Putin menyindir AS yang selama ini menuduh Kremlin dalang intervensi pemilu yang memenangkan Donald Trump sebagai presiden AS.
“Mungkin mereka bahkan bukan orang Rusia, tapi orang Ukraina, orang Tatar atau Yahudi, tapi dengan kewarganegaraan Rusia, yang juga harus diperiksa. Mungkin mereka memiliki kewarganegaraan ganda atau greencard, mungkin AS membayar mereka untuk ini,” imbuh Putin.
Baca Juga: Dicurigai Putin Dalang Intervensi Pemilu AS, Kelompok Yahudi Tersinggung
Zvi Magen, mantan duta besar Israel untuk Rusia, setuju dengan kebijakan pemerintan Netanyahu untuk tidak menanggapi ucapan Putin itu secara terbuka.
Menurutnya, jika Israel berkomentar di depan publik, maka Putin akan menolak niat anti-Semit dan hanya “memutar matanya”.
“Ini, akan menempatkan Israel dalam posisi tidak nyaman dengan pemimpin Rusia tersebut,” ujar Magen. Menurut Magen, Israel akan lebih bijaksana untuk mengutarakan ketidaknyamanannya tentang pernyataan Putin tersebut secara pribadi, bukan secara terbuka.
Magen mengatakan bahwa dia tidak tahu pasti apa maksud Putin dengan pernyataan tersebut.
”Ada dua pilihan,” katanya, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (13/3/2018). ”Salah satunya adalah komentarnya yang kosong, dan yang lainnya adalah ada pesan di dalamnya. Tapi saya tidak tahu apa maksudnya karena kita tahu bahwa pada tingkat dasar, Putin bukanlah anti-Semit atau anti-Israel.”
Sebelumnya, pemimpin Anti-Defamation League—kelompok Yahudi AS—Jonathan Greenblatt mengecam komentar Putin yang dia anggap bernuanasa anti-Semit.
”Presiden Putin dengan aneh telah memilih untuk menyalahkan permainan dengan menunjuk pada orang Yahudi dan minoritas lainnya di negaranya,” ujar Greenblatt dalam sebuah pernyataan.
”Sangat meresahkan untuk melihat presiden Rusia memberikan kehidupan baru pada stereotip anti-Semit klasik yang telah melanda negaranya selama ratusan tahun, dengan sebuah komentar yang terdengar seolah-olah dirubuhkan dari halaman ke halaman ‘Protocols of the Elders of Zion’,” katanya.
Israel memilih diam meski kelompok Yahudi AS tersinggung dengan komentar Putin yang dianggap mengobarkan kampanye anti-Semit.
Baik Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu maupun Kementerian Luar Negeri Israel hingga kini tidak memberikan komentar apapun atas pernyataan Putin. Netanyahu selama ini mempertahankan hubungan Israel dan Rusia dengan mengunjungi Moskow dua kali dalam setahun.
Putin, dalam wawancara dengan NBC News hari Minggu, mengatakan bahwa dia tidak peduli jika warga negara Rusia mencoba ikut campur pemilihan presiden AS tahun 2016 dengan alasan tindakan itu bukan atas nama pemerintah. Putin lantas menduga orang-orang yang mengganggu pemilu AS itu adalah orang-orang Yahudi dari banyak negara, termasuk Ukraina atau Tartar, Rusia dan negara lain.
”Ada 146 juta orang Rusia. Jadi apa?,” katanya.”Mereka tidak mewakili kepentingan negara Rusia,” katanya lagi.
”Mengapa Anda memutuskan pihak berwenang Rusia, termasuk saya sendiri, memberi izin kepada orang untuk melakukan ini?,” lanjut Putin menyindir AS yang selama ini menuduh Kremlin dalang intervensi pemilu yang memenangkan Donald Trump sebagai presiden AS.
“Mungkin mereka bahkan bukan orang Rusia, tapi orang Ukraina, orang Tatar atau Yahudi, tapi dengan kewarganegaraan Rusia, yang juga harus diperiksa. Mungkin mereka memiliki kewarganegaraan ganda atau greencard, mungkin AS membayar mereka untuk ini,” imbuh Putin.
Baca Juga: Dicurigai Putin Dalang Intervensi Pemilu AS, Kelompok Yahudi Tersinggung
Zvi Magen, mantan duta besar Israel untuk Rusia, setuju dengan kebijakan pemerintan Netanyahu untuk tidak menanggapi ucapan Putin itu secara terbuka.
Menurutnya, jika Israel berkomentar di depan publik, maka Putin akan menolak niat anti-Semit dan hanya “memutar matanya”.
“Ini, akan menempatkan Israel dalam posisi tidak nyaman dengan pemimpin Rusia tersebut,” ujar Magen. Menurut Magen, Israel akan lebih bijaksana untuk mengutarakan ketidaknyamanannya tentang pernyataan Putin tersebut secara pribadi, bukan secara terbuka.
Magen mengatakan bahwa dia tidak tahu pasti apa maksud Putin dengan pernyataan tersebut.
”Ada dua pilihan,” katanya, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (13/3/2018). ”Salah satunya adalah komentarnya yang kosong, dan yang lainnya adalah ada pesan di dalamnya. Tapi saya tidak tahu apa maksudnya karena kita tahu bahwa pada tingkat dasar, Putin bukanlah anti-Semit atau anti-Israel.”
Sebelumnya, pemimpin Anti-Defamation League—kelompok Yahudi AS—Jonathan Greenblatt mengecam komentar Putin yang dia anggap bernuanasa anti-Semit.
”Presiden Putin dengan aneh telah memilih untuk menyalahkan permainan dengan menunjuk pada orang Yahudi dan minoritas lainnya di negaranya,” ujar Greenblatt dalam sebuah pernyataan.
”Sangat meresahkan untuk melihat presiden Rusia memberikan kehidupan baru pada stereotip anti-Semit klasik yang telah melanda negaranya selama ratusan tahun, dengan sebuah komentar yang terdengar seolah-olah dirubuhkan dari halaman ke halaman ‘Protocols of the Elders of Zion’,” katanya.
(mas)