Theresa May Wajah Kuat Inggris
A
A
A
Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa Mary May kerap dijuluki sebagai "wanita kuat " setelah pendahulunya mendiang Margaret Thatcher. Dia menjadi PM wanita kedua setelah Thatcher dalam sejarah pemerintahan Inggris.
Tahun lalu namanya juga masuk dalam daftar wanita paling berkuasa di dunia versi majalah Forbes. Dia berada di posisi kedua setelah Kanselir Jerman Angela Merkel. May dianggap memiliki segalanya. Pengetahuan dan kemampuan politik yang mumpuni, serta penampilan yang selalu mencuri hati.
Dikutip BBC, politikus kelahiran 1 Oktober 1956 di Eastbourne, Sussex, dan dibesarkan di Oxfordshire ini memiliki kehidupan kelas menengah sama dengan mendiang Thatcher. Saat muda, dia tidak sungkan terjun ke kehidupan di desa, terlibat dalam pentas pantomim yang diproduksi oleh ayahnya, dan bekerja di toko roti setiap Sabtu untuk mendapatkan uang saku.
May adalah anak tunggal dari mendiang ibu Zaidee Mary dan ayah Hubert Brasier. Sang ayah yang berprofesi sebagai pendeta membuat May sejak kecil paham akan kewajiban membantu orang lain. Hal ini juga yang membentuk kepribadiannya hingga saat ini.
Sejak kecil, dia tahu ingin terjun ke dunia politik, dan menggunakan karya ayahnya sebagai inspirasi. Dia belajar menanamkan rasa tanggung jawab yang besar hingga saat ini. "Saya dibesarkan sebagai anak seorang vikaris dan cucu seorang sersan resimen. Pelayanan publik telah menjadi bagian dari saya," ucapnya.
Dikutip Mirror, May kecil juga dikenal sebagai "anak ayah" karena kedekatannya. Keduanya sering terlihat bersama saat pertandingan kriket. Ayahnya tewas dalam kecelakaan mobil. Setahun kemudian, sang ibu menyusul karena penyakit multiplesclerosis. Mungkin karena pedihnya akhir kisah kedua orang tuanya, May selalu terlihat segan untuk menceritakan hal-hal pribadi. Dia juga terlihat pemalu. Prinsipnya adalah lebih baik menunjukkan pekerjaannya ketimbang bercerita banyak tentang dirinya. Tenang, kompeten, dan berkarisma seolah menjadi identitas dirinya.
"Saya tahu saya bukan seorang politikus yang mencolok. Saya tidak tur studio televisi. Saya tidak bergosip tentang orang lain saat makan siang. Saya hanya melakukan pekerjaan saya ke depan," urainya.
Dia menggunakan kisah keluarganya sendiri sebagai contoh "mimpi Inggris" yang benar-benar terjadi. Dia menuturkan, sang nenek adalah pembantu rumah tangga yang bekerja keras dan berkorban karena sang nenek percaya pada masa depan yang lebih baik untuk keluarganya.
"Pelayan itu menghasilkan cucu-cucu yang terdiri dari tiga profesor dan seorang perdana menteri," ucapnya, dikutip Wales Online.Karena itu, dia berharap kehadirannya di dunia politik bisa mewujudkan mimpi banyak orang tersebut. Sejak muda pula, May dikenal sebagai wanita jangkung yang sadar mode. Dia juga sudah memiliki ambisi untuk menjadi perdana menteri wanita pertama di Inggris.
Karier politik
Awal kiprahnya di dunia politik dimulai saat May masuk ke partai politik (parpol) Konservatif. Dia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen (MP) untuk Maidenhead dalam pemilihan umum tahun 1997. Setelah memasuki parlemen, May menjadi anggota tim oposisi barisan depan William Hague. Dia ditunjuk sebagai Juru Bicara Bayangan untuk Sekolah, Penyandang Cacat dan Wanita (1998-1999). Dia menjadi anggota parlemen yang memasuki Kabinet Bayangan pada tahun 1997. Lalu pada tahun 1999 dia ditunjuk sebagai menteri bayangan pendidikan dan pekerjaan.
Pada 2002 dia diangkat sebagai ketua Partai Konservatif wanita pertama. Pada tahun 2003 dia dilantik sebagai dewan penasihat dan ditunjuk sebagai menteri bayangan dalam negeri urusan transportasi. Pada bulan Juni tahun 2004 dia ditunjuk menjadi menteri bayangan dalam negeri urusan keluarga.
Menyusul pemilihan umum tahun 2005 dia juga ditunjuk menjadi menteri bayangan dalam negeri urusan budaya, media, dan olahraga. Kala itu PM David Cameron menunjuk dia sebagai pemimpin bayangan House of Commons pada Desember 2005 setelah mendapat aksesi kepemimpinan.
Pada Januari 2009 dia ditunjuk menjadi menteri bayangan dalam negeri urusan pekerjaan dan pensiun. Setelah terbentuknya pemerintahan koalisi usai pemilihan umum 2010, May ditunjuk sebagai menteri dalam negeri sekaligus menteri perempuan dan kesetaraan. Dia menyerahkan jabatan itu terakhir pada tahun 2012. Namun, setelah kemenangan Partai Konservatif dalam pemilihan umum 2015 dia diangkat kembali menjadi menteri dalam negeri. May pun tercatat menjadi menteri dalam negeri terlama, yakni selama enam tahun.
Menurut Forbes, May menjadi sorotan media dunia saat dia melakukan negosiasi tentang Brexit, disebut sebagai "pendatang baru yang tak terduga". Kalau mendiang Margaret Thatcher dijuluki sebagai wanita besi atau Iron Lady, sepertinya tak jauh berbeda dengan May. Dia dikenal sebagai sosok yang jarang bicara dan tegas sekalinya bicara.
Dikutip The Guardian, dia juga sempat menyatakan bahwa pelecehan dalam segi kehidupan telah menjadi sangat parah sehingga mengancam demokrasi. Hal ini diungkapkan saat merayakan 100 tahun 1918 Representation of the People Act beberapa pekan lalu. Dia juga menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam dan akan menindak tegas berbagai bentuk pelecehan. (Susi Susanti)
Tahun lalu namanya juga masuk dalam daftar wanita paling berkuasa di dunia versi majalah Forbes. Dia berada di posisi kedua setelah Kanselir Jerman Angela Merkel. May dianggap memiliki segalanya. Pengetahuan dan kemampuan politik yang mumpuni, serta penampilan yang selalu mencuri hati.
Dikutip BBC, politikus kelahiran 1 Oktober 1956 di Eastbourne, Sussex, dan dibesarkan di Oxfordshire ini memiliki kehidupan kelas menengah sama dengan mendiang Thatcher. Saat muda, dia tidak sungkan terjun ke kehidupan di desa, terlibat dalam pentas pantomim yang diproduksi oleh ayahnya, dan bekerja di toko roti setiap Sabtu untuk mendapatkan uang saku.
May adalah anak tunggal dari mendiang ibu Zaidee Mary dan ayah Hubert Brasier. Sang ayah yang berprofesi sebagai pendeta membuat May sejak kecil paham akan kewajiban membantu orang lain. Hal ini juga yang membentuk kepribadiannya hingga saat ini.
Sejak kecil, dia tahu ingin terjun ke dunia politik, dan menggunakan karya ayahnya sebagai inspirasi. Dia belajar menanamkan rasa tanggung jawab yang besar hingga saat ini. "Saya dibesarkan sebagai anak seorang vikaris dan cucu seorang sersan resimen. Pelayanan publik telah menjadi bagian dari saya," ucapnya.
Dikutip Mirror, May kecil juga dikenal sebagai "anak ayah" karena kedekatannya. Keduanya sering terlihat bersama saat pertandingan kriket. Ayahnya tewas dalam kecelakaan mobil. Setahun kemudian, sang ibu menyusul karena penyakit multiplesclerosis. Mungkin karena pedihnya akhir kisah kedua orang tuanya, May selalu terlihat segan untuk menceritakan hal-hal pribadi. Dia juga terlihat pemalu. Prinsipnya adalah lebih baik menunjukkan pekerjaannya ketimbang bercerita banyak tentang dirinya. Tenang, kompeten, dan berkarisma seolah menjadi identitas dirinya.
"Saya tahu saya bukan seorang politikus yang mencolok. Saya tidak tur studio televisi. Saya tidak bergosip tentang orang lain saat makan siang. Saya hanya melakukan pekerjaan saya ke depan," urainya.
Dia menggunakan kisah keluarganya sendiri sebagai contoh "mimpi Inggris" yang benar-benar terjadi. Dia menuturkan, sang nenek adalah pembantu rumah tangga yang bekerja keras dan berkorban karena sang nenek percaya pada masa depan yang lebih baik untuk keluarganya.
"Pelayan itu menghasilkan cucu-cucu yang terdiri dari tiga profesor dan seorang perdana menteri," ucapnya, dikutip Wales Online.Karena itu, dia berharap kehadirannya di dunia politik bisa mewujudkan mimpi banyak orang tersebut. Sejak muda pula, May dikenal sebagai wanita jangkung yang sadar mode. Dia juga sudah memiliki ambisi untuk menjadi perdana menteri wanita pertama di Inggris.
Karier politik
Awal kiprahnya di dunia politik dimulai saat May masuk ke partai politik (parpol) Konservatif. Dia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen (MP) untuk Maidenhead dalam pemilihan umum tahun 1997. Setelah memasuki parlemen, May menjadi anggota tim oposisi barisan depan William Hague. Dia ditunjuk sebagai Juru Bicara Bayangan untuk Sekolah, Penyandang Cacat dan Wanita (1998-1999). Dia menjadi anggota parlemen yang memasuki Kabinet Bayangan pada tahun 1997. Lalu pada tahun 1999 dia ditunjuk sebagai menteri bayangan pendidikan dan pekerjaan.
Pada 2002 dia diangkat sebagai ketua Partai Konservatif wanita pertama. Pada tahun 2003 dia dilantik sebagai dewan penasihat dan ditunjuk sebagai menteri bayangan dalam negeri urusan transportasi. Pada bulan Juni tahun 2004 dia ditunjuk menjadi menteri bayangan dalam negeri urusan keluarga.
Menyusul pemilihan umum tahun 2005 dia juga ditunjuk menjadi menteri bayangan dalam negeri urusan budaya, media, dan olahraga. Kala itu PM David Cameron menunjuk dia sebagai pemimpin bayangan House of Commons pada Desember 2005 setelah mendapat aksesi kepemimpinan.
Pada Januari 2009 dia ditunjuk menjadi menteri bayangan dalam negeri urusan pekerjaan dan pensiun. Setelah terbentuknya pemerintahan koalisi usai pemilihan umum 2010, May ditunjuk sebagai menteri dalam negeri sekaligus menteri perempuan dan kesetaraan. Dia menyerahkan jabatan itu terakhir pada tahun 2012. Namun, setelah kemenangan Partai Konservatif dalam pemilihan umum 2015 dia diangkat kembali menjadi menteri dalam negeri. May pun tercatat menjadi menteri dalam negeri terlama, yakni selama enam tahun.
Menurut Forbes, May menjadi sorotan media dunia saat dia melakukan negosiasi tentang Brexit, disebut sebagai "pendatang baru yang tak terduga". Kalau mendiang Margaret Thatcher dijuluki sebagai wanita besi atau Iron Lady, sepertinya tak jauh berbeda dengan May. Dia dikenal sebagai sosok yang jarang bicara dan tegas sekalinya bicara.
Dikutip The Guardian, dia juga sempat menyatakan bahwa pelecehan dalam segi kehidupan telah menjadi sangat parah sehingga mengancam demokrasi. Hal ini diungkapkan saat merayakan 100 tahun 1918 Representation of the People Act beberapa pekan lalu. Dia juga menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam dan akan menindak tegas berbagai bentuk pelecehan. (Susi Susanti)
(nfl)