Israel Sukses Tes Arrow 3, Senjata untuk Cegat Rudal Ghadr Iran
A
A
A
TEL AVIV - Militer Israel sukses menguji tembak pencegat anti-rudal Arrow 3, senjata yang akan digunakan untuk mencegat atau menembak jatuh rudal Ghadr Iran jika ditembakkan ke Tel Aviv.
Pejabat pemerintah Tel Aviv mengatakan, sistem anti-rudal yang dikembangkan bersama oleh pemerintah Israel dan Amerika Serikat (AS) tersebut telah diuji tembak pada 19 Februari 2018 lalu. Rudal yang ditembakkan dari sistem itu berhasil menghantam target di luar atmosfer bumi.
Uji coba Arrow 3 dilakukan delapan hari setelah Iran memamerkan versi anyar rudal Ghadr yang diklaim mampu melesat sejauh 2.000 kilometer. Jika klaim itu terverifikasi, maka rudal Ghadr Iran akan dengan mudah menghantam wilayah Israel.
Ghadr adalah bagian dari program rudal yang nekat dikembangkan Teheran meski Israel dan AS bertekad menghentikannya.
Iran sendiri berkali-kali mengatakan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai dan rudalnya hanya bersifat defensif.
Israel telah mengembangkan beberapa lapis pertahanan untuk melawan roket jarak jauh, menengah dan jarak pendek dari musuh selama beberapa dekade.
Arrow 2, sistem anti-rudal Israel memulai debutnya pada tahun 2000. Fungsinya adalah untuk mencegat rudal jarak jauh saat bergerak di dalam atmosfer bumi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah berfokus untuk meningkatkan kemampuan sistem Arrow 3. Sistem ini dirancang untuk menghancurkan rudal jarak jauh musuh saat berada di luar atmosfer.
Setelah dua tes dibatalkan pada bulan Desember dan Januari, pejabat pertahanan rudal A.S. dan Israel mengatakan sistem pencegat rudal Arrow 3 yang diluncurkan pada hari Senin dari Israel tengah mencapai target simulasi.
Dalam sebuah wawancara eksklusif baru-baru ini dengan VOA’s Persian Service, Efraim Halevy, yang memimpin badan intelijen Mossad Israel dari tahun 1998 sampai 2002, mengatakan bahwa dia merasa puas dengan kemampuan pertahanan Israel.
”Sejauh menyangkut ofensif, jika perang habis-habisan diumumkan atau berkembang, kita bisa menyerang Iran sedemikian rupa sehingga Iran tidak akan berada dalam posisi untuk melanjutkan perang,” kata Halevy.
Yaakov Amidror, mantan penasihat keamanan nasional untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa Israel harus mempertimbangkan serangan pre-emptive terhadap Iran, bahkan dengan risiko memicu pembalasan dari sekutu Iran, Hizbullah Lebanon.
”Logikanya, Anda harus mengurus ular, bukan hanya racunnya, tapi seluruh komando, kontrol dan otaknya," kata Amidror. "Otak Hizbullah dan komando dan kontrolnya ada di Teheran, bukan di ibukota Lebanon, Beirut."
Dalam wawancara di kota Gedera, Israel tengah, Uzi Rubin, pendiri organisasi pertahanan rudal Israel, mengatakan bahwa dia khawatir Israel akan mengacaukan wilayah tersebut dengan melakukan intervensi langsung dalam kegiatan rudal Iran.
”Iran memiliki program rudalnya,” kata Rubin. "Saya berharap hal itu bisa dihentikan atau setidaknya dilunakkan. Tapi kita juga melihat sisi positif dari ancaman rudal Iran, karena ini sebenarnya menyebabkan reaksi balik yang sangat aneh yang membuat orang Arab Sunni dan Israel berkumpul di tempat tidur yang sama, dan menciptakan banyak kerja sama, seperti yang kita dengar di surat kabar, antara Israel dan negara-negara Arab.”
Pejabat pemerintah Tel Aviv mengatakan, sistem anti-rudal yang dikembangkan bersama oleh pemerintah Israel dan Amerika Serikat (AS) tersebut telah diuji tembak pada 19 Februari 2018 lalu. Rudal yang ditembakkan dari sistem itu berhasil menghantam target di luar atmosfer bumi.
Uji coba Arrow 3 dilakukan delapan hari setelah Iran memamerkan versi anyar rudal Ghadr yang diklaim mampu melesat sejauh 2.000 kilometer. Jika klaim itu terverifikasi, maka rudal Ghadr Iran akan dengan mudah menghantam wilayah Israel.
Ghadr adalah bagian dari program rudal yang nekat dikembangkan Teheran meski Israel dan AS bertekad menghentikannya.
Iran sendiri berkali-kali mengatakan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai dan rudalnya hanya bersifat defensif.
Israel telah mengembangkan beberapa lapis pertahanan untuk melawan roket jarak jauh, menengah dan jarak pendek dari musuh selama beberapa dekade.
Arrow 2, sistem anti-rudal Israel memulai debutnya pada tahun 2000. Fungsinya adalah untuk mencegat rudal jarak jauh saat bergerak di dalam atmosfer bumi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah berfokus untuk meningkatkan kemampuan sistem Arrow 3. Sistem ini dirancang untuk menghancurkan rudal jarak jauh musuh saat berada di luar atmosfer.
Setelah dua tes dibatalkan pada bulan Desember dan Januari, pejabat pertahanan rudal A.S. dan Israel mengatakan sistem pencegat rudal Arrow 3 yang diluncurkan pada hari Senin dari Israel tengah mencapai target simulasi.
Dalam sebuah wawancara eksklusif baru-baru ini dengan VOA’s Persian Service, Efraim Halevy, yang memimpin badan intelijen Mossad Israel dari tahun 1998 sampai 2002, mengatakan bahwa dia merasa puas dengan kemampuan pertahanan Israel.
”Sejauh menyangkut ofensif, jika perang habis-habisan diumumkan atau berkembang, kita bisa menyerang Iran sedemikian rupa sehingga Iran tidak akan berada dalam posisi untuk melanjutkan perang,” kata Halevy.
Yaakov Amidror, mantan penasihat keamanan nasional untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa Israel harus mempertimbangkan serangan pre-emptive terhadap Iran, bahkan dengan risiko memicu pembalasan dari sekutu Iran, Hizbullah Lebanon.
”Logikanya, Anda harus mengurus ular, bukan hanya racunnya, tapi seluruh komando, kontrol dan otaknya," kata Amidror. "Otak Hizbullah dan komando dan kontrolnya ada di Teheran, bukan di ibukota Lebanon, Beirut."
Dalam wawancara di kota Gedera, Israel tengah, Uzi Rubin, pendiri organisasi pertahanan rudal Israel, mengatakan bahwa dia khawatir Israel akan mengacaukan wilayah tersebut dengan melakukan intervensi langsung dalam kegiatan rudal Iran.
”Iran memiliki program rudalnya,” kata Rubin. "Saya berharap hal itu bisa dihentikan atau setidaknya dilunakkan. Tapi kita juga melihat sisi positif dari ancaman rudal Iran, karena ini sebenarnya menyebabkan reaksi balik yang sangat aneh yang membuat orang Arab Sunni dan Israel berkumpul di tempat tidur yang sama, dan menciptakan banyak kerja sama, seperti yang kita dengar di surat kabar, antara Israel dan negara-negara Arab.”
(mas)