Korut-Korsel Siap Bersatu di Bawah Bendera Unifikasi saat Olimpiade Musim Dingin
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) dilaporkan berencana untuk berbaris bersama di bawah bendera unifikasi Korea berwarna biru-putih di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang bulan depan. Hal ini dilakukan untuk menandai kebangkitan hubungan hangat antara kedua negara.
Kedua negara berharap untuk mendapatkan respon yang sama dengan yang mereka nikmati di Olimpiade pada tahun 2000, saat mereka disambut dengan tepuk tangan meriah di Stadion Olimpiade Sydney setelah berbaris di bawah bendera unifikasi untuk pertama kalinya.
Melansir Reuters pada Kamis (18/1), Bendera Unifikasi Korea, yang menunjukkan semenanjung Korea dengan warna biru melawan latar belakang putih, jejaknya berasal dari tahun 1989, ketika Korut dan Korsel setuju untuk menggunakan sebuah bendera baru untuk kemungkinan tim gabungan di Asian Games 1990.
Sementara rencana tersebut berantakan, bendera tersebut membuat penampilan publik pertamanya di tahun 1991 ketika Seoul dan Pyongyang membentuk tim terpadu untuk mengikuti kejuaraan tenis meja dunia di Jepang. Ketika tim wanita Korea bersatu meraih emas di sana, bendera tersebut dinaikkan dalam kemenangan, disertai dengan "Arirang", lagu rakyat tradisional Korea dimainkan sebagai pengganti lagu kebangsaan keduanya.
Pada tahun 2007, sebuah bendera "penyatuan" besar dipajang di perbatasan, Presiden Korsel saat ini, Roh Moo-hyun memasuki Korut untuk mengadakan pertemuan puncak dengan mantan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il.
Namun, bendera tersebut belum pernah terlihat kembali sejak 2008, ketika pemerintahan konservatif Lee Myung-bak mengambil alih kekuasaan di Korsel. Hubungan memburuk secara dramatis di tahun 2010 setelah tenggelamnya kapal perang Korsel. Pyongyang menolak keterlibatan apapun, namun hubungan buruk tersebut terus berlanjut karena Korut mempercepat program nuklir dan misilnya untuk menentang sanksi PBB.
"Meskipun kedua Korea telah sepakat untuk bersaing bersama dan menggunakan satu bendera di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, masalah tersebut belum selesai," kata seorang pejabat dari panitia penyelenggara olimpiade.
Perwakilan Korsel dan Korut akan membahas masalah ini dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) saat mereka bertemu pada hari Sabtu di Lausanne, Swiss.
Kedua negara berharap untuk mendapatkan respon yang sama dengan yang mereka nikmati di Olimpiade pada tahun 2000, saat mereka disambut dengan tepuk tangan meriah di Stadion Olimpiade Sydney setelah berbaris di bawah bendera unifikasi untuk pertama kalinya.
Melansir Reuters pada Kamis (18/1), Bendera Unifikasi Korea, yang menunjukkan semenanjung Korea dengan warna biru melawan latar belakang putih, jejaknya berasal dari tahun 1989, ketika Korut dan Korsel setuju untuk menggunakan sebuah bendera baru untuk kemungkinan tim gabungan di Asian Games 1990.
Sementara rencana tersebut berantakan, bendera tersebut membuat penampilan publik pertamanya di tahun 1991 ketika Seoul dan Pyongyang membentuk tim terpadu untuk mengikuti kejuaraan tenis meja dunia di Jepang. Ketika tim wanita Korea bersatu meraih emas di sana, bendera tersebut dinaikkan dalam kemenangan, disertai dengan "Arirang", lagu rakyat tradisional Korea dimainkan sebagai pengganti lagu kebangsaan keduanya.
Pada tahun 2007, sebuah bendera "penyatuan" besar dipajang di perbatasan, Presiden Korsel saat ini, Roh Moo-hyun memasuki Korut untuk mengadakan pertemuan puncak dengan mantan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il.
Namun, bendera tersebut belum pernah terlihat kembali sejak 2008, ketika pemerintahan konservatif Lee Myung-bak mengambil alih kekuasaan di Korsel. Hubungan memburuk secara dramatis di tahun 2010 setelah tenggelamnya kapal perang Korsel. Pyongyang menolak keterlibatan apapun, namun hubungan buruk tersebut terus berlanjut karena Korut mempercepat program nuklir dan misilnya untuk menentang sanksi PBB.
"Meskipun kedua Korea telah sepakat untuk bersaing bersama dan menggunakan satu bendera di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, masalah tersebut belum selesai," kata seorang pejabat dari panitia penyelenggara olimpiade.
Perwakilan Korsel dan Korut akan membahas masalah ini dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) saat mereka bertemu pada hari Sabtu di Lausanne, Swiss.
(esn)