Eks Perwira Nuklir Takut dengan Tinjauan Postur Nuklir Trump

Kamis, 18 Januari 2018 - 08:21 WIB
Eks Perwira Nuklir Takut...
Eks Perwira Nuklir Takut dengan Tinjauan Postur Nuklir Trump
A A A
WASHINGTON - Setiap hari selama dua tahun, Peter Hefley berkendara melewati lahan pertanian Wyoming untuk bekerja dan berharap dia tidak diminta untuk bertindak.

Hefley adalah perwira yang bertugas melancarkan serangan rudal-rudal Amerika Serikat (AS) berhulu ledak nuklir. Saat aktif, dia berusia 25 tahun.

Dia adalah satu dari dua orang yang bekerja di Pusat Komando dan Kendali Angkatan Udara di bawah tanah dari tahun 2005 sampai 2007. Dia mengendalikan skuadron yang terdiri dari 50 rudal paling mematikan di dunia dan menunggu instruksi untuk diluncurkan.

”Jika Anda membayangkan sebuah bunker mengeras 60 kaki di bawah tanah, itulah yang sedang kami lakukan,” katanya kepada news.com.au, mengingat saat masih aktif.

”Masing-masing (rudal) memiliki tiga hulu ledak nuklir di atasnya. Salah satu dari hulu ledak itu hanya akan menghancurkan sebuah kota tanpa memandang ukurannya,” ujar Hefley, yang dilansir Kamis (18/1/2018).

Baca Juga: Doktrin Nuklir Trump: Serangan Konvensional ke AS Bisa Dibalas Nuklir

Dia dulu sangat percaya kepada Panglima Tertinggi AS—yang pada saat itu adalah George W. Bush—akan mengikuti proses eskalasi dari diplomasi ke sebuah deklarasi perang dan penggunaan senjata konvensional terlebih dahulu. Namun, sekarang dia tidak memiliki kepercayaan diri seperti itu.

”Ini adalah ketakutan,” katanya saat ditanya apa yang menyebabkannya berbicara mengingat peran awalnya dalam tugas yang kritis itu.

”Menjadi takut bahwa saya tidak hanya bisa membayangkan diri saya sendiri, sekarang ada anak-anak yang melakukan apa yang saya lakukan dan suasananya sama sekali berbeda,” ujarnya.

”Saya gugup sebagai warga negara karena ini menakutkan. Sesuatu yang bisa menghancurkan sebagian besar dunia ada pada pemicu jepit rambut,” katanya.

Hefley mengaku takut dengan Nuclear Posture Review (NPR) atau Tinjauan Postur Nuklir Trump. Dia kini jadi penentang NPR Trump, yang isinya memungkinkan pemerintah Trump melakukan serangan nuklir jika sebuah serangan senjata konvensional menyerang wilayah AS.

Mantan hacker saat mahasiswa yang akhirnya mengikuti program rudal Angkatan Udara AS ini mengatakan bahwa dia sekarang ingin orang-orang menyadari betapa cepatnya sebuah bencana dapat terjadi.

”Hal terpenting yang bisa dipahami semua orang adalah seberapa cepat proses itu bisa terjadi karena semua orang dilatih untuk melakukannya secepat mungkin,” katanya mengenai sistem yang bisa memakan waktu hanya empat menit dari perintah Presiden sampai rudal pertama meninggalkan silo-nya.

Ketakutan Hefley dan peringatan keras itu muncul setelah draf NPR Trump bocor ke media.

Secara terpisah, psikiater Angkatan Udara AS Steven Buser mengatakan kepada New York Times bahwa tanda peringatan berlimpah saat memikirkan apakah Trump akan melewati Program Keandalan Kepegawaian (PRP) secara ketat untuk kebugaran dalam peran tersebut.

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan bahwa NPR Trump tidak mewakili kebijakan resmi AS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7024 seconds (0.1#10.140)