Menteri Israel Sebut Status Yerusalem Masih Bisa Dinegosiasikan
A
A
A
TEL AVIV - Seorang Menteri Israel menyatakan, status Yerusalem masih bisa dinegosiasikan dengan pihak Palestina. Dia juga menyebut bahwa keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump seharusnya tidak mematikan solusi dua negara.
Menteri Kerjasama Regional Israel, Tzachi Hanegbi mengatakan, keputusan Trump pada 6 Desember seharusnya tidak menghalangi klaim Palestina untuk menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka. Hal ini juga berlaku bagi Israel.
Hagebi kemudian mengatakan, ia percaya bahwa solusi dua negara masih belum mati, karena menurutnya kedua belah pihak sejatinya masih memiliki keinginan untuk menggelar pembicaraan damai. Dalam solusi dua negara, Yerusalem akan menjadi Ibu Kota bersama Israel-Palestina.
"Kami mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota kami dan tidak boleh dibagi, tapi itu hanya klaim, bukan diktat," kata Hanegbi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Minggu (7/1).
"Palestina dapat mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka dan kita dapat menegosiasikan sebuah permukiman. Meskipun kita mencaplok Yerusalem Timur, tetap saja semuanya bisa dinegosiasikan," sambungnya.
Yerusalem, yang mulai diduduki Israel pada tahun 1967, sendiri sampai saat ini memang masih menjadi inti dari konflik abadi antara Israel dan Palestina.
Para pemimpin Palestina ingin Yerusalem Timur yang diduduki sebagai Ibu Kota masa depan Palestina. Sementara itu, Israel bersikeras bahwa kota ini adalah ibukota yang tak terpisahkan
Menteri Kerjasama Regional Israel, Tzachi Hanegbi mengatakan, keputusan Trump pada 6 Desember seharusnya tidak menghalangi klaim Palestina untuk menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka. Hal ini juga berlaku bagi Israel.
Hagebi kemudian mengatakan, ia percaya bahwa solusi dua negara masih belum mati, karena menurutnya kedua belah pihak sejatinya masih memiliki keinginan untuk menggelar pembicaraan damai. Dalam solusi dua negara, Yerusalem akan menjadi Ibu Kota bersama Israel-Palestina.
"Kami mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota kami dan tidak boleh dibagi, tapi itu hanya klaim, bukan diktat," kata Hanegbi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Minggu (7/1).
"Palestina dapat mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka dan kita dapat menegosiasikan sebuah permukiman. Meskipun kita mencaplok Yerusalem Timur, tetap saja semuanya bisa dinegosiasikan," sambungnya.
Yerusalem, yang mulai diduduki Israel pada tahun 1967, sendiri sampai saat ini memang masih menjadi inti dari konflik abadi antara Israel dan Palestina.
Para pemimpin Palestina ingin Yerusalem Timur yang diduduki sebagai Ibu Kota masa depan Palestina. Sementara itu, Israel bersikeras bahwa kota ini adalah ibukota yang tak terpisahkan
(esn)