Badai Eleanor Terjang Inggris, Ribuan Rumah Terputus Aliran Listrik
A
A
A
LONDON - Ribuan rumah tak mendapat aliran listrik dan perjalanan terganggu di Inggris saat Badai Eleanor menerjang negara itu. Badan Meteorologi Inggris melaporkan embusan angin mencapai kecepatan 161 km per jam kemarin malam. Otoritas telah menerapkan peringatan kuning untuk Wales, England, sebagian besar Irlandia Utara, dan beberapa wilayah Skotlandia Selatan.
Seorang pria terluka setelah pohon tumbang menimpa mobilnya di Vale of Glamorgan, Wales, Rabu (3/1/2018). Selain itu, terjadi sejumlah penundaan layanan transportasi publik. Adapun badan perkiraan cuaca menyatakan kekuatan angin akan mulai berkurang. Sekitar 3.000 rumah di penjuru Irlandia Utara tidak mendapat aliran listrik, meski demikian, aliran listrik kembali pulih di 20.000 rumah. Ribuan rumah lainnya juga tak mendapat aliran listrik di England dan sekitar 300 rumah di Wales.
Badai Eleanor mendekat dari Atlantik. Badan Meteorologi memperingatkan kemungkinan korban luka-luka akibat serpihan puing yang menerjang akibat hembusan angin yang sangat kencang. Irlandia Utara, England Utara, dan Skotlandia menjadi wilayah pertama yang merasakan kekuatan badai tersebut.
Badai pun bergerak menuju Laut Utara dan meninggalkan wilayah yang dilaluinya dengan hembusan angin kencang. Terjadi banjir di Galway di Republik Irlandia. Embusan angin berkekuatan 90 mil per jam tercatat di Orlock Head, Irlandia Utara. Jaringan Listrik Irlandia Utara menyatakan pohon, ranting dan serpihan lain mengakibatkan jaringan listrik terputus. Di England, sekitar 3.000 rumah di wilayah Doncaster tak mendapat aliran listrik. Ratusan rumah lainnya di Yorkshire juga mengalami listrik padam. Sebanyak 1.200 rumah di Devon, Somerset, dan Cornwall juga mengalami listrik padam.
Sementara cuaca dingin ekstrem masih terjadi di sejumlah wilayah Amerika Serikat (AS). Suhu dingin diperkirakan terus terjadi dalam beberapa hari mendatang. "Dingin beku itu mengakibatkan beberapa orang tewas," ungkap Badan Cuaca Nasional AS dikutip BBC.
Sebanyak 40 negara bagian AS mendapat peringatan untuk suhu dingin atau salju kemarin. Para turis yang mengunjungi air terjun Niagara juga mengunggah foto-foto yang menunjukkan air membeku. "Udara Artik akan memperpanjang periode suhu di bawah normal dan angin dingin berbahaya terjadi di wilayah tengah dan timur AS selama pekan depan," papar Badan Cuaca Nasional AS.
Sejumlah sekolah di wilayah timur dan tengah AS juga diliburkan karena kondisi cuaca ekstrem tersebut. Omaha, Nebraska, memecahkan rekor suhu paling dingin dalam lebih 130 tahun mencapai suhu minus 29 derajat celsius. Aberdeen, South Dakota, mencatat suhu rekor minus 36 derajat celsius.
Suhu tersebut memecahkan rekor sebelumnya pada 1919. Otoritas memperingatkan, angin kencang akan membuat suhu terus turun sehingga dapat mengakibatkan frosbit dalam beberapa menit. "Des Moines, Iowa, mengalami suhu minus 29 derajat celsius. Meski demikian, angin yang berembus terasa memiliki suhu minus 35 derajat celsius," ungkap para pejabat AS.
Suhu udara di Atlanta, Georgei, mencapai minus 10 derajat celsius kemarin. Beberapa wilayah di New York juga mengalami salju setebal lima kaki. Petugas pemadam kebakaran di kota Lorraine melaporkan mereka telah menggali salju untuk menyelamatkan seorang perempuan yang terjebak di dalam rumahnya. Pemerintah memperingatkan warga agar melakukan tindakan untuk mencegah frostbite dan hipotermia dengan merangkap lapisan pakaian hangat.
Badan perkiraan cuaca memperingatkan, bagian kulit yang terbuka dapat mengalami frostbit dalam waktu kurang dari 30 menit. Sebelumnya para pakar mem peringatkan, suhu ekstrem dapat menewaskan hingga 152.000 orang per tahun di Eropa pada 2100 jika tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Jumlah korban itu 50 kali lipat dari korban tewas saat ini sesuai studi yang dirilis di jurnal The Lancet Planetary Health. Gelombang panas akan mengakibatkan 99% korban tewas terkait cuaca, dengan wilayah Eropa Selatan mengalami dampak terburuk.
Para pakar memperingatkan temuan ini sangat mengkhawatirkan. Meski demikian beberapa pihak menganggap perkiraan ini terlalu berlebihan. "Korban tewas akibat cuaca ekstrem dapat meningkat dari 3.000 per tahun antara 1981 dan 2010 menjadi 152.000 antara 2071 dan 2100," ungkap hasil studi terbaru itu.
Dua dari tiga orang di Eropa akan terkena dampak bencana pada 2100 atau naik dari sebelumnya satu berbanding 20 pada awal abad. "Akan terjadi peningkatan korban tewas akibat banjir di wilayah pesisir dari enam korban per tahun pada awal abad menjadi 233 orang per tahun pada akhir abad," papar penelitian itu.
Riset itu meneliti dampak tujuh jenis kejadian terkait cuaca, yakni gelombang panas, dingin ekstrem, kebakaran lahan, kekeringan, banjir di wilayah pesisir dan sungai, serta badai di 28 negara Uni Eropa, Swiss, Norwegia, dan Islandia.
Seorang pria terluka setelah pohon tumbang menimpa mobilnya di Vale of Glamorgan, Wales, Rabu (3/1/2018). Selain itu, terjadi sejumlah penundaan layanan transportasi publik. Adapun badan perkiraan cuaca menyatakan kekuatan angin akan mulai berkurang. Sekitar 3.000 rumah di penjuru Irlandia Utara tidak mendapat aliran listrik, meski demikian, aliran listrik kembali pulih di 20.000 rumah. Ribuan rumah lainnya juga tak mendapat aliran listrik di England dan sekitar 300 rumah di Wales.
Badai Eleanor mendekat dari Atlantik. Badan Meteorologi memperingatkan kemungkinan korban luka-luka akibat serpihan puing yang menerjang akibat hembusan angin yang sangat kencang. Irlandia Utara, England Utara, dan Skotlandia menjadi wilayah pertama yang merasakan kekuatan badai tersebut.
Badai pun bergerak menuju Laut Utara dan meninggalkan wilayah yang dilaluinya dengan hembusan angin kencang. Terjadi banjir di Galway di Republik Irlandia. Embusan angin berkekuatan 90 mil per jam tercatat di Orlock Head, Irlandia Utara. Jaringan Listrik Irlandia Utara menyatakan pohon, ranting dan serpihan lain mengakibatkan jaringan listrik terputus. Di England, sekitar 3.000 rumah di wilayah Doncaster tak mendapat aliran listrik. Ratusan rumah lainnya di Yorkshire juga mengalami listrik padam. Sebanyak 1.200 rumah di Devon, Somerset, dan Cornwall juga mengalami listrik padam.
Sementara cuaca dingin ekstrem masih terjadi di sejumlah wilayah Amerika Serikat (AS). Suhu dingin diperkirakan terus terjadi dalam beberapa hari mendatang. "Dingin beku itu mengakibatkan beberapa orang tewas," ungkap Badan Cuaca Nasional AS dikutip BBC.
Sebanyak 40 negara bagian AS mendapat peringatan untuk suhu dingin atau salju kemarin. Para turis yang mengunjungi air terjun Niagara juga mengunggah foto-foto yang menunjukkan air membeku. "Udara Artik akan memperpanjang periode suhu di bawah normal dan angin dingin berbahaya terjadi di wilayah tengah dan timur AS selama pekan depan," papar Badan Cuaca Nasional AS.
Sejumlah sekolah di wilayah timur dan tengah AS juga diliburkan karena kondisi cuaca ekstrem tersebut. Omaha, Nebraska, memecahkan rekor suhu paling dingin dalam lebih 130 tahun mencapai suhu minus 29 derajat celsius. Aberdeen, South Dakota, mencatat suhu rekor minus 36 derajat celsius.
Suhu tersebut memecahkan rekor sebelumnya pada 1919. Otoritas memperingatkan, angin kencang akan membuat suhu terus turun sehingga dapat mengakibatkan frosbit dalam beberapa menit. "Des Moines, Iowa, mengalami suhu minus 29 derajat celsius. Meski demikian, angin yang berembus terasa memiliki suhu minus 35 derajat celsius," ungkap para pejabat AS.
Suhu udara di Atlanta, Georgei, mencapai minus 10 derajat celsius kemarin. Beberapa wilayah di New York juga mengalami salju setebal lima kaki. Petugas pemadam kebakaran di kota Lorraine melaporkan mereka telah menggali salju untuk menyelamatkan seorang perempuan yang terjebak di dalam rumahnya. Pemerintah memperingatkan warga agar melakukan tindakan untuk mencegah frostbite dan hipotermia dengan merangkap lapisan pakaian hangat.
Badan perkiraan cuaca memperingatkan, bagian kulit yang terbuka dapat mengalami frostbit dalam waktu kurang dari 30 menit. Sebelumnya para pakar mem peringatkan, suhu ekstrem dapat menewaskan hingga 152.000 orang per tahun di Eropa pada 2100 jika tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Jumlah korban itu 50 kali lipat dari korban tewas saat ini sesuai studi yang dirilis di jurnal The Lancet Planetary Health. Gelombang panas akan mengakibatkan 99% korban tewas terkait cuaca, dengan wilayah Eropa Selatan mengalami dampak terburuk.
Para pakar memperingatkan temuan ini sangat mengkhawatirkan. Meski demikian beberapa pihak menganggap perkiraan ini terlalu berlebihan. "Korban tewas akibat cuaca ekstrem dapat meningkat dari 3.000 per tahun antara 1981 dan 2010 menjadi 152.000 antara 2071 dan 2100," ungkap hasil studi terbaru itu.
Dua dari tiga orang di Eropa akan terkena dampak bencana pada 2100 atau naik dari sebelumnya satu berbanding 20 pada awal abad. "Akan terjadi peningkatan korban tewas akibat banjir di wilayah pesisir dari enam korban per tahun pada awal abad menjadi 233 orang per tahun pada akhir abad," papar penelitian itu.
Riset itu meneliti dampak tujuh jenis kejadian terkait cuaca, yakni gelombang panas, dingin ekstrem, kebakaran lahan, kekeringan, banjir di wilayah pesisir dan sungai, serta badai di 28 negara Uni Eropa, Swiss, Norwegia, dan Islandia.
(amm)