Taiwan Sebut Latihan Militer China Picu Ketidakstabilan Regional

Kamis, 28 Desember 2017 - 11:32 WIB
Taiwan Sebut Latihan Militer China Picu Ketidakstabilan Regional
Taiwan Sebut Latihan Militer China Picu Ketidakstabilan Regional
A A A
TAIPEI - Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen mengatakan, aktivitas militer China menyebabkan ketidakstabilan regional. Ia menambahkan bahwa pasukan pulau itu terus bersiap untuk apa yang akan mereka hadapi.

Angkatan udara China telah melakukan 16 putaran latihan di dekat Taiwan dalam satu tahun terakhir ini, kata kementerian pertahanan Taiwan dalam sebuah surat kabar putih minggu ini. Ancaman militer China tumbuh pada siang hari, badan itu memperingatkan.

Beijing telah berulang kali mengatakan latihannya, yang juga terjadi di Laut Cina Selatan yang disengketakan dan Laut Jepang, bersifat rutin dan tidak ditujukan pada pihak ketiga manapun.

Tsai, yang berbicara dengan perwira militer senior di Taipei, mengatakan bahwa pulau tersebut menginginkan perdamaian namun tidak memiliki satu hari tanpa persiapan untuk menghadapi pertempuran.

"Pada periode ini, seringnya kegiatan militer China daratan di Asia Timur telah mempengaruhi keselamatan dan stabilitas di wilayah ini sampai batas tertentu," kata Tsai seperti dilansir Reuters, Kamis (28/12/2017).

"Negara kita selalu menjadi penyumbang keselamatan dan stabilitas di kawasan ini, inilah mengapa tentara nasional harus mengawasi pergerakan militer China dan mengambil tindakan yang tepat bila diperlukan untuk menjamin keamanan negara dan wilayah," tegasnya.

China telah memperingatkan Taiwan untuk tidak menggunakan senjata untuk menolak penyatuan kembali dan media negaranya telah memberi kesan tinggi terhadap gambar jet China yang terbang di dekat pulau tersebut.

Ketegangan meningkat pada bulan ini ketika seorang diplomat senior China mengancam bahwa China akan menyerang Taiwan jika ada kapal perang Amerika Serikat (AS) yang melakukan kunjungan ke sana.

Taiwan dilengkapi dengan sebagian besar senjata buatan AS, namun telah menekan Washington untuk menjual peralatan yang lebih canggih. AS terikat oleh undang-undang untuk memberi Taiwan sarana guna mempertahankan diri, kebencian terhadap China.

Taiwan yang demokratis tidak menunjukkan ketertarikan untuk dijalankan oleh China yang otokratis, dan pemerintah Taiwan telah menuduh Beijing tidak memahami demokrasi ketika mengkritik Taipei.

China menganggap Taiwan yang memerintah sendiri dan demokratis sebagai bagian wilayahnya. Beijing menegaskan tidak akan pernah meninggalkan kekuatan untuk membawa kembali apa yang dilihat sebagai provinsi yang tidak patuh di bawah kendali China.

China telah mengambil sikap yang semakin bermusuhan terhadap Taiwan sejak Tsai, dari Partai Progresif Demokratik pro-kemerdekaan, memenangkan pemilihan presiden tahun lalu.

Beijing mencurigainya akan mendorong kemerdekaan formal pulau itu, sebuah garis yang tabu untuk China. Tsai mengatakan bahwa dia menginginkan perdamaian dengan Beijing, namun dia akan mempertahankan keamanan dan cara hidup Taiwan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6294 seconds (0.1#10.140)
pixels