Rusia Sayangkan Keputusan AS Veto Resolusi Soal Yerusalem
A
A
A
MOSKOW - Rusia menyatakan keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memveto resolusi soal status Yerusalem di Dewan Keamanan (DK) adalah sesuatu yang sangat disayangkan. AS adalah satu-satunya negara yang menolak resolusi itu.
"Sangat disesalkan, bahwa AS sebagai anggota tetap DK PBB dan mengklaim dirinya sebagai mediator kunci dalam konflik Palestina-Israel, menunjukkan pendekatan yang bertentangan dengan kemauan masyarakat internasional," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Ini melemahkan dasar hukum internasional untuk penyelesaian Timur Tengah," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (20/12).
Sebelumnya, hal senada juga disampaikan oleh Mesir. Kairo menyesalkan keputusan AS untuk memveto resolusi mengenai penolakan pengakuan status Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
"Mesir sedih dengan hak veto dari keputusan penting yang mengindahkan hati nurani masyarakat internasional dan secara terbuka menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Abu Zeid.
Abu Zeid mencatat, kelompok negara-negara Arab di PBB akan berkumpul untuk menilai situasi dan mendiskusikan langkah-langkah yang harus diambil untuk melindungi status Yerusalem.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menuturkan, Indonesia saat ini sedang berusaha menggalang dukungan terhadap isu Yerusalem di sidang Majelis Umum PBB. Majelis Umum PBB akan menggelar pertemuan pada Kamis mendatang.
Retno menuturkan, dia tidak terkejut dengan langkah AS untuk memveto resolusi itu. Oleh karena itulah, lanjut Retno, Indonesia sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi hal ini.
"Kita akan menggalang dukungan di Sidang Umum PBB, saat ini kita sedang mencoba menggalang dukungan dari Gerakan Non-Blok. Kita terus berkoordinasi dengan teman di Gerakan Non Blok dan sudah menyarankan agar sebelum Sidang Umum PBB, ada pertemuan dengan negara-negara Gerakan Non Blok," ucap Retno.
"Sangat disesalkan, bahwa AS sebagai anggota tetap DK PBB dan mengklaim dirinya sebagai mediator kunci dalam konflik Palestina-Israel, menunjukkan pendekatan yang bertentangan dengan kemauan masyarakat internasional," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Ini melemahkan dasar hukum internasional untuk penyelesaian Timur Tengah," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (20/12).
Sebelumnya, hal senada juga disampaikan oleh Mesir. Kairo menyesalkan keputusan AS untuk memveto resolusi mengenai penolakan pengakuan status Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
"Mesir sedih dengan hak veto dari keputusan penting yang mengindahkan hati nurani masyarakat internasional dan secara terbuka menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Abu Zeid.
Abu Zeid mencatat, kelompok negara-negara Arab di PBB akan berkumpul untuk menilai situasi dan mendiskusikan langkah-langkah yang harus diambil untuk melindungi status Yerusalem.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menuturkan, Indonesia saat ini sedang berusaha menggalang dukungan terhadap isu Yerusalem di sidang Majelis Umum PBB. Majelis Umum PBB akan menggelar pertemuan pada Kamis mendatang.
Retno menuturkan, dia tidak terkejut dengan langkah AS untuk memveto resolusi itu. Oleh karena itulah, lanjut Retno, Indonesia sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi hal ini.
"Kita akan menggalang dukungan di Sidang Umum PBB, saat ini kita sedang mencoba menggalang dukungan dari Gerakan Non-Blok. Kita terus berkoordinasi dengan teman di Gerakan Non Blok dan sudah menyarankan agar sebelum Sidang Umum PBB, ada pertemuan dengan negara-negara Gerakan Non Blok," ucap Retno.
(esn)