Pesawat Tu-95 Rusia Berkemampuan Nuklir Patroli Pasifik dari Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Sepasang pesawat pengebom strategis Tu-95MS Rusia yang mampu membawa bom nuklir melakukan patroli di kawasan Pasifik Selatan. Dua pesawat itu terbang dari pangkalan militer di Biak, Indonesia, mulai kemarin.
Sepasang pesawat pengebom Tupolev itu awalnya terbang pada hari Selasa dari Pangkalan Udara Ukrainka di wilayah timur Amur Rusia menuju Pangkalan Udara Biak, Indonesia.
Penerbangan sejauh hampir 7.000 km—dengan pengisian bahan bakar mid-course saat penerbangan—memakan waktu sekitar 10 jam atau lebih lama dari perkiraan pilot. Menurut kru pesawat, cuaca buruk mendorong beberapa perubahan dalam jalur penerbangan kedua pesawat.
Sepasang pesawat angkut militer Ilyushin Il-76MD telah tiba di lokasi sehari lebih awal dengan membawa peralatan dan awak pendukung. Misinya ke Indonesia ternyata hanya sekadar kunjungan sosial.
Tu-95, yang dikenal sebagai “Bears” (Beruang) di kalangan Barat, menjalankan misi patroli di Pasifik selatan sebelum kembali ke pangkalan militer Indonesia. Patroli itu yang pertama dari jenisnya untuk Angkatan Udara Rusia dan tanpa insiden, meskipun kondisi cuaca tidak baik.
”Tujuan dari penerbangan tersebut adalah untuk melatih pilot dalam menavigasi di belahan Bumi selatan serta memastikan keandalan sistem kontrol. Dukungan logistik Biak Airfield (Pangkalan Udara Biak) juga dikonfirmasi selama misi tersebut. Pesawat itu disiapkan untuk patroli sesuai jadwal,” kata Letnan Jenderal Sergey Kobylash, komandan divisi Penerbangan Jarak Jauh Angkatan Udara Rusia, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (8/12/2017).
Pejabat militer Rusia memastikan bahwa peralatan tersebut terbukti beroperasi secara memadai di iklim yang panas dan lembab di Indonesia. Negara tuan rumah juga ikut menanggung bagian dari misi bersama. Pejabat militer Indonesia menyatakan, kunjungan tersebut merupakan bagian dari latihan navigasi dan akan berlangsung hingga hari Sabtu.
Indonesia adalah mitra kunci eks Uni Soviet pada awal tahun 1960-an, namun hubungan memburuk ketika sentimen anti-komunis di Indonesia meningkat menjadi pembersihan yang didukung oleh Amerika Serikat. Data kematian dari pembersihan anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga kini masih simpang siur, meski ada yang menyebutnya hingga 500.000 jiwa.
Moskow dan Jakarta membangun kembali hubungan dan menjadi mitra dekat dalam perdagangan senjata pada pertengahan tahun 2000-an.
Militer Indonesia saat ini memiliki sejumlah perangkat keras militer berteknologi tinggi Rusia yang beroperasi, termasuk jet tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30, helikopter Mil Mi-17 dan Mi-24 serta kendaraan tempur infanteri BMP-3. Moskow dan Jakarta saat ini sedang menegosiasikan sebuah kontrak untuk jet tempur Su-35, yang jika terwujud akan menjadikan Indonesia sebagai negara kedua setelah China yang mengakuisisi pesawat canggih Rusia tersebut.
Sepasang pesawat pengebom Tupolev itu awalnya terbang pada hari Selasa dari Pangkalan Udara Ukrainka di wilayah timur Amur Rusia menuju Pangkalan Udara Biak, Indonesia.
Penerbangan sejauh hampir 7.000 km—dengan pengisian bahan bakar mid-course saat penerbangan—memakan waktu sekitar 10 jam atau lebih lama dari perkiraan pilot. Menurut kru pesawat, cuaca buruk mendorong beberapa perubahan dalam jalur penerbangan kedua pesawat.
Sepasang pesawat angkut militer Ilyushin Il-76MD telah tiba di lokasi sehari lebih awal dengan membawa peralatan dan awak pendukung. Misinya ke Indonesia ternyata hanya sekadar kunjungan sosial.
Tu-95, yang dikenal sebagai “Bears” (Beruang) di kalangan Barat, menjalankan misi patroli di Pasifik selatan sebelum kembali ke pangkalan militer Indonesia. Patroli itu yang pertama dari jenisnya untuk Angkatan Udara Rusia dan tanpa insiden, meskipun kondisi cuaca tidak baik.
”Tujuan dari penerbangan tersebut adalah untuk melatih pilot dalam menavigasi di belahan Bumi selatan serta memastikan keandalan sistem kontrol. Dukungan logistik Biak Airfield (Pangkalan Udara Biak) juga dikonfirmasi selama misi tersebut. Pesawat itu disiapkan untuk patroli sesuai jadwal,” kata Letnan Jenderal Sergey Kobylash, komandan divisi Penerbangan Jarak Jauh Angkatan Udara Rusia, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (8/12/2017).
Pejabat militer Rusia memastikan bahwa peralatan tersebut terbukti beroperasi secara memadai di iklim yang panas dan lembab di Indonesia. Negara tuan rumah juga ikut menanggung bagian dari misi bersama. Pejabat militer Indonesia menyatakan, kunjungan tersebut merupakan bagian dari latihan navigasi dan akan berlangsung hingga hari Sabtu.
Indonesia adalah mitra kunci eks Uni Soviet pada awal tahun 1960-an, namun hubungan memburuk ketika sentimen anti-komunis di Indonesia meningkat menjadi pembersihan yang didukung oleh Amerika Serikat. Data kematian dari pembersihan anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga kini masih simpang siur, meski ada yang menyebutnya hingga 500.000 jiwa.
Moskow dan Jakarta membangun kembali hubungan dan menjadi mitra dekat dalam perdagangan senjata pada pertengahan tahun 2000-an.
Militer Indonesia saat ini memiliki sejumlah perangkat keras militer berteknologi tinggi Rusia yang beroperasi, termasuk jet tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30, helikopter Mil Mi-17 dan Mi-24 serta kendaraan tempur infanteri BMP-3. Moskow dan Jakarta saat ini sedang menegosiasikan sebuah kontrak untuk jet tempur Su-35, yang jika terwujud akan menjadikan Indonesia sebagai negara kedua setelah China yang mengakuisisi pesawat canggih Rusia tersebut.
(mas)