Seminggu Sebelum Kudeta, Panglima Militer Zimbabwe Menyambangi China

Jum'at, 17 November 2017 - 16:27 WIB
Seminggu Sebelum Kudeta,...
Seminggu Sebelum Kudeta, Panglima Militer Zimbabwe Menyambangi China
A A A
HARARE - Arsitek kudeta di Zimbabe diketahui mengunjungi China dan bertemu dengan pejabat tinggi militer beberapa hari sebelum gejolak politik. Hal ini memicu spekulasi jika Beijing mungkin telah memainkan peran dalam kudeta yang membuat Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, menjadi tahanan rumah.

Jenderal Constantino Chiwenga dilaporkan bertemu dengan seorang pejabat tinggi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Jenderal Li Zuocheng, dalam perjalanannya ke raksasa Asia tersebut. Zuocheng, kepala Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Pusat, mengatakan kepada Chiwenga bahwa China dan Zimbabwe adalah teman "dalam semua cuaca," menurut sebuah laporan dari Kementerian Pertahanan China seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (17/11/2017).

Chiwenga dilaporkan menjawab bahwa Harare ingin memperdalam pertukaran dan kerja sama di segala bidang dengan China untuk mempromosikan perkembangan cepat hubungan bilateral antara negara dan militer kedua negara.

Chiwenga juga bertemu dengan Jenderal Chang Wanquan, Menteri Pertahanan, dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Beijing kepada negara Zimbabwe yang muda.

Chiwenga kemudian kembali ke Zimbabwe dan mengeluarkan sebuah pernyataan yang berani dan belum pernah terjadi sebelumnya sebagai tanggapan atas pencopotan sekutu politiknya, Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa.

"Militer mengingatkan orang-orang di balik penipuan saat ini bahwa, jika menyangkut masalah melindungi revolusi kita, militer tidak akan ragu untuk masuk," kata Chiwenga.

Mnangagwa, mantan tentara yang menikmati popularitas besar dengan militer, telah bertugas di pemerintahan Zimbabwe selama 37 tahun. Banyak yang melihatnya sebagai calon penerus presiden Robert Mugabe yang berusia 93 tahun sampai Mnangagwa tiba-tiba digulingkan pada 6 November.

Keputusan ini dianggap sebagai sinyal bahwa Mugabe menginginkan istrinya, Grace Mugabe, sebagai suksesornya. Grace sendiri memiliki kekuatan besar di sayap pemuda partai berkuasa ZANU-PF.

Chiwenga dan pemimpin militer lainnya, yang marah karena prospek menteri era kemerdekaan digulingkan oleh Grace Mugabe dan pendukungnya, beraksi. Mereka menyuruh Mugabe ditempatkan di bawah tahanan rumah dan menangkap salah satu tangan kanan Grace, Menteri Keuangan Ignatius Chombo.

Baca Juga: Tentara Zimbabwe Dilaporkan Tahan Menteri Keuangan

Sebuah laporan yang diperoleh koran Zimbabwe, The Financial Gazette, mengklaim bahwa Chiwenga akan menempatkan Mnangagwa sebagai presiden baru negara tersebut, untuk memimpin pemerintahan transisi yang akan memerintah selama lima tahun.

Tapi bagaimana Beijing membayangkan apa yang tampak sebagai perebutan kekuasaan internal? Mereka tentu memiliki kepentingan pribadi di Zimbabwe, karena mereka adalah investor asing terbesar di negara itu, mendanai miliaran dolar untuk proyek pembangunan, termasuk gedung parlemen baru pada tahun 2016. Lembaga think tank Washington, The Jamestown Foundation, pernah menggambarkan China sebagai hanya pendukung internasional utama rezim Mugabe yang terisolasi.

Tapi meskipun Zimbabwe dan Mugabe identik dengan banyak orang, Beijing secara mengejutkan merasa santai mengenai prospek penggulingannya. Sebuah editorial di The Global Times, yang dimiliki oleh Partai Komunis China dan sering digunakan untuk menyebarkan garis kebijakan resmi Beijing mengenai sejumlah isu, mengatakan bahwa kudeta tersebut tidak akan memengaruhi kecenderungan umum hubungan bilateral.

"Persahabatan jangka panjang antara China dan Zimbabwe akan mengatasi gangguan internal di Zimbabwe," bunyi artikel tersebut.

Shen Xiaolei, seorang pakar Afrika dari Akademi Ilmu Sosial China yang dikelola negara, mengatakan kepada South China Morning Post bahwa Beijing akan menghormati sikap mandiri Zimbabwe.

Dia meratapi jatuhnya Mugabe, namun menambahkan bahwa pemerintah China memiliki kebijakan tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri Afrika.

Waktu kunjungan Chiwenga telah memicu spekulasi bahwa dia mengunjungi China untuk memperingatkan Beijing akan kudeta yang akan datang, atau bahkan meminta restu China. Shen menolak aktivitas semacam itu. "Kunjungan Chiwenga telah diatur sejak lama, jadi tidak mungkin dia mengunjungi China mengenai masalah ini," katanya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1050 seconds (0.1#10.140)