Bocah-bocah 'Selfie dengan Hitler' di Museum Jogja, Yahudi AS Muak
A
A
A
JAKARTA - Organisasi Yahudi Amerika Serikat (AS) muak dengan pemandangan sebuah museum di Yogyakarta (Jogja). Dalam sebuah foto yang menyebar online, bocah-bocah terlihat selfie dengan patung lilin diktator Nazi Jerman, Adolf Hitler.
Foto bocah-bocah itu berlatar belakang spanduk bergambar kamp kematian Auschwitz yang dibuat dengan efek visual. Museum di Yogyakarta itu bernama De MATA De ARCA.
”Segala sesuatu tentang itu salah. Sulit untuk menemukan kata-kata karena betapa hina hal itu,” kata Rabbi Abraham Cooper, petinggi asosiasi dari US Simon Wiesenthal Center, yang mendukung kampanye perlawanan anti-Semitisme dan Holocaust, seperti dikutip AP, Sabtu (11/11/2017).
”Latar belakangnya menjijikkan. Ini mengolok-olok korban yang masuk dan tidak pernah keluar,” ujar Cooper merujuk pada setidaknya 1,1 juta tahanan yang meninggal di kompleks kamp pembantaian terbesar Nazi di Auschwitz antara tahun 1940-1945.
Menurut Warli, Marketing Manager Museum De MATA De ARCA, tokoh Hitler mendapat perhatian khusus para pengunjung. ”Tokoh Hitler adalah salah satu favorit bagi pengunjung kami,” katanya.
“Sebagian besar pengunjung kami bersenang-senang karena mereka tahu ini hanyalah sebuah museum hiburan,” ujarnya.
Warli menambahakan bahwa museum di Yogyakarta itu belum mendapat keluhan mengenai gambar yang dipamerkan sejak tahun 2014 tersebut. Namun, dia mengetahui sejarah kejahatan yang dilakukan Hitler.
Human Rights Watch (HRW) juga mengecam instalasi di museum itu dengan menyebutnya sebagai pemandangan memuakkan.
Cooper mengkritik bisnis yang mengeksploitasi tema Nazisme untuk meraup pendapatan. Tindakan seperti itu, kata dia, tidak dapat dimaafkan.
Setelah mendapat protes dari organisasi Yahudi AS dan kelompok HAM, pihak museum berjanji akan membahas seruan untuk menghapus figure Hitler dengan manajemen dan pemiliknya.
”Kami akan mengikuti saran terbaik dan respons dari masyarakat. Biarkan orang menilai apakah karakter itu baik atau buruk,” kata Warli.
Foto bocah-bocah itu berlatar belakang spanduk bergambar kamp kematian Auschwitz yang dibuat dengan efek visual. Museum di Yogyakarta itu bernama De MATA De ARCA.
”Segala sesuatu tentang itu salah. Sulit untuk menemukan kata-kata karena betapa hina hal itu,” kata Rabbi Abraham Cooper, petinggi asosiasi dari US Simon Wiesenthal Center, yang mendukung kampanye perlawanan anti-Semitisme dan Holocaust, seperti dikutip AP, Sabtu (11/11/2017).
”Latar belakangnya menjijikkan. Ini mengolok-olok korban yang masuk dan tidak pernah keluar,” ujar Cooper merujuk pada setidaknya 1,1 juta tahanan yang meninggal di kompleks kamp pembantaian terbesar Nazi di Auschwitz antara tahun 1940-1945.
Menurut Warli, Marketing Manager Museum De MATA De ARCA, tokoh Hitler mendapat perhatian khusus para pengunjung. ”Tokoh Hitler adalah salah satu favorit bagi pengunjung kami,” katanya.
“Sebagian besar pengunjung kami bersenang-senang karena mereka tahu ini hanyalah sebuah museum hiburan,” ujarnya.
Warli menambahakan bahwa museum di Yogyakarta itu belum mendapat keluhan mengenai gambar yang dipamerkan sejak tahun 2014 tersebut. Namun, dia mengetahui sejarah kejahatan yang dilakukan Hitler.
Human Rights Watch (HRW) juga mengecam instalasi di museum itu dengan menyebutnya sebagai pemandangan memuakkan.
Cooper mengkritik bisnis yang mengeksploitasi tema Nazisme untuk meraup pendapatan. Tindakan seperti itu, kata dia, tidak dapat dimaafkan.
Setelah mendapat protes dari organisasi Yahudi AS dan kelompok HAM, pihak museum berjanji akan membahas seruan untuk menghapus figure Hitler dengan manajemen dan pemiliknya.
”Kami akan mengikuti saran terbaik dan respons dari masyarakat. Biarkan orang menilai apakah karakter itu baik atau buruk,” kata Warli.
(mas)