Kejar Pembantai 26 Jemaat Gereja Texas, Pria Ini Jadi 'Pahlawan'
A
A
A
SUTHERLAND SPRINGS - Sesosok pria beraksi heroik untuk menghentikan penembakan massal di sebuah gereja di Texas tenggara yang telah menewaskan 26 jemaat. Pria yang dianggap publik sebagai “pahlawan” ini menembaki dan mengejar si pembantai.
Penembakan massal yang dinyatakan sebagai yang terparah sepanjang sejarah di Texas, Amerika Serikat (AS) terjadi pada hari Minggu waktu setempat. Pelakunya adalah Devin Patrick Kelley, 27, pria kulit putih yang merupakan mantan anggota Angkatan Udara AS.
Pria “pahlawan” tersebut belum terungkap identitasnya. Para saksi mata di lokasi kejadian mengatakan bahwa dia meraih senapan dan menembaki Kelley setelah penembakan massal terjadi. Pria itu juga mengejar Kelley yang melarikan diri dengan mobilnya.
Pengejaran dilakukan dengan truk milik orang lain. Kelley sendiri ditemukan tewas dengan luka tembak. Belum diketahui, apakah dia bunuh diri atau ditembak aparat dalam pelariannya.
Meski nama pria pemburu Kelley itu belum terungkap, cerita aksinya telah menyebar secara online. Para pejabat Texas juga menggambarkan tindakan heroiknya dalam konferensi pers.
Sang “pahlawan” tak sendirian dalam mengejar Kelley dengan truk. Ada kekasih yang menemaninya.
Aksinya yang menembaki pelaku penembakan massal dianggap telah menyelamatkan banyak nyawa. Tembakannya itu pula yang membuat pelaku melarikan diri dari First Baptist Church, gereja di Sutherland Springs, tempat penembakan massal terjadi.
Saksi mata, Summer Caddel mengatakan kepada media lokal, KSAT, bahwa pacarnya, Johnnie Langendorff, menyaksikan baku tembak antara Kelley dan pria tersebut. Langendorff mengatakan bahwa pria kemudian masuk ke truknya bersama kekasihnya untuk mengejar Kelley.
”Saya berhenti di persimpangan tempat penembakan terjadi dan saya melihat dua orang bertukar tembakan, yang lain menjadi warga masyarakat (pasif),” katanya. ”Penembak gereja telah melesat, melarikan diri dengan kendaraannya, dan pria satunya lagi datang dan dia berkata, 'Kita perlu mengejarnya,',” ujar Langendorff.
Langendorff mengatakan bahwa dia belum pernah melihat sang “pahlawan” yang tinggal tak jauh dari gereja tersebut. ”Saya sama sekali tidak mengenalnya," jelas Langendorff.
“Dia hanya anggota masyarakat, dan setiap kali dia datang ke kendaraan saya dalam (mengatasi) kesusahan dengan senjatanya, dia menjelaskan dengan sangat cepat apa yang terjadi dan dia masuk ke truk dan saya tahu itu hanya waktunya untuk pergi,” paparnya.
Presiden AS Donald John Trump yang sedang lawatan di Jepang pada Senin (6/11/2017), menyampaikan kesedihannya terkait penembakan massal itu.
“Anda tidak dapat mengatakan kata-kata rasa sakit dan kesedihan yang kita semua rasakan untuk para korban,” kata Trump di Tokyo.
Selain menewaskan 26 jemaat gereja, aksi pria bersenjata kulit putih itu juga menyebabkan 20 orang lainnya terluka. ”Orang Amerika melakukan yang terbaik, kita bersama,” kata Trump pada awal pertemuan dengan para pemimpin bisnis.
”Kami berdiri tegar, begitu kuat,” ucapnya, seperti dikutip Reuters. Menurutnya, pemerintah federal akan membantu Texas setelah terjadi penembakan massal dan seluruh warga Amerika sedang berdoa kepada Tuhan.
Penembakan massal yang dinyatakan sebagai yang terparah sepanjang sejarah di Texas, Amerika Serikat (AS) terjadi pada hari Minggu waktu setempat. Pelakunya adalah Devin Patrick Kelley, 27, pria kulit putih yang merupakan mantan anggota Angkatan Udara AS.
Pria “pahlawan” tersebut belum terungkap identitasnya. Para saksi mata di lokasi kejadian mengatakan bahwa dia meraih senapan dan menembaki Kelley setelah penembakan massal terjadi. Pria itu juga mengejar Kelley yang melarikan diri dengan mobilnya.
Pengejaran dilakukan dengan truk milik orang lain. Kelley sendiri ditemukan tewas dengan luka tembak. Belum diketahui, apakah dia bunuh diri atau ditembak aparat dalam pelariannya.
Meski nama pria pemburu Kelley itu belum terungkap, cerita aksinya telah menyebar secara online. Para pejabat Texas juga menggambarkan tindakan heroiknya dalam konferensi pers.
Sang “pahlawan” tak sendirian dalam mengejar Kelley dengan truk. Ada kekasih yang menemaninya.
Aksinya yang menembaki pelaku penembakan massal dianggap telah menyelamatkan banyak nyawa. Tembakannya itu pula yang membuat pelaku melarikan diri dari First Baptist Church, gereja di Sutherland Springs, tempat penembakan massal terjadi.
Saksi mata, Summer Caddel mengatakan kepada media lokal, KSAT, bahwa pacarnya, Johnnie Langendorff, menyaksikan baku tembak antara Kelley dan pria tersebut. Langendorff mengatakan bahwa pria kemudian masuk ke truknya bersama kekasihnya untuk mengejar Kelley.
”Saya berhenti di persimpangan tempat penembakan terjadi dan saya melihat dua orang bertukar tembakan, yang lain menjadi warga masyarakat (pasif),” katanya. ”Penembak gereja telah melesat, melarikan diri dengan kendaraannya, dan pria satunya lagi datang dan dia berkata, 'Kita perlu mengejarnya,',” ujar Langendorff.
Langendorff mengatakan bahwa dia belum pernah melihat sang “pahlawan” yang tinggal tak jauh dari gereja tersebut. ”Saya sama sekali tidak mengenalnya," jelas Langendorff.
“Dia hanya anggota masyarakat, dan setiap kali dia datang ke kendaraan saya dalam (mengatasi) kesusahan dengan senjatanya, dia menjelaskan dengan sangat cepat apa yang terjadi dan dia masuk ke truk dan saya tahu itu hanya waktunya untuk pergi,” paparnya.
Presiden AS Donald John Trump yang sedang lawatan di Jepang pada Senin (6/11/2017), menyampaikan kesedihannya terkait penembakan massal itu.
“Anda tidak dapat mengatakan kata-kata rasa sakit dan kesedihan yang kita semua rasakan untuk para korban,” kata Trump di Tokyo.
Selain menewaskan 26 jemaat gereja, aksi pria bersenjata kulit putih itu juga menyebabkan 20 orang lainnya terluka. ”Orang Amerika melakukan yang terbaik, kita bersama,” kata Trump pada awal pertemuan dengan para pemimpin bisnis.
”Kami berdiri tegar, begitu kuat,” ucapnya, seperti dikutip Reuters. Menurutnya, pemerintah federal akan membantu Texas setelah terjadi penembakan massal dan seluruh warga Amerika sedang berdoa kepada Tuhan.
(mas)