PM Israel Bilang Iran Lahap Negara-negara Lain Satu Per Satu
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menuding Iran sebagai penakluk negara-negara Timur Tengah dan sekitarnya baik secara langsung maupun lewat perang proxy. Menurutnya, Teheran melahap negara-negara lain satu per satu.
Tapi, kata Netanyahu, kondisi ini justru membuat Tel Aviv beraliansi dengan negara-negara Sunni modern yang sampai saat ini tidak pernah terpikirkan olehnya.
”Iran melahap satu negara setelah yang lain,” kata Netanyahu di acara yang digelar Chatham House, nama lain dari kelompok think-tank Royal Institute of International Affairs di London pada hari Jumat.
Dia berada di London untuk menandai 100 tahun Deklarasi Balfour, sebuah deklarasi penciptaan negara Israel di tanah Palestina yang dicetuskan Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, yakni Arthur Balfour.
”Hal itu dilakukan baik oleh penaklukan langsung atau dengan menggunakan (perang) proxy. Mereka mengambil alih Libanon, Yaman, mereka mencoba melakukan hal yang sama dengan di Irak, di Suriah,” ujar Netanyahu, seperti dikutip Times of Israel, Sabtu (4/11/2017).
”Kabar baiknya adalah bahwa orang-orang lain berkumpul bersama Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah saya harapkan dalam hidup saya,” kata Netanyahu.
Menurutnya, Israel bekerja sangat keras untuk membentuk aliansi yang efektif dengan negara-negara Sunni modern untuk mengutuk dan melawan agresi Iran. ”Saya pikir itu benar-benar menjanjikan perdamaian untuk wilayah tersebut,” katanya.
“Iran telah datang ke dalam perang Suriah ke Libanon secara ekonomi dan militer,” katanya. Namun, Netanyahu bersumpah bahwa Israel tidak akan membiarkan Iran mendominasi Suriah.
”Mereka ingin meninggalkan tentara mereka, pangkalan udara dan pesawat tempur mereka dalam hitungan detik dari Israel dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kami tidak mengatakannya dengan enteng. Kami mendukungnya dengan tindakan,” papar dia.
Israel telah lama memandang Iran sebagai musuh nomor satu. Sejak Israel didirikan pada tahun 1948, hanya dua negara Arab—Mesir dan Yordania—telah menandatangani kesepakatan damai dengan negara tersebut dan menjalin hubungan diplomatik secara penuh.
Tapi, kata Netanyahu, kondisi ini justru membuat Tel Aviv beraliansi dengan negara-negara Sunni modern yang sampai saat ini tidak pernah terpikirkan olehnya.
”Iran melahap satu negara setelah yang lain,” kata Netanyahu di acara yang digelar Chatham House, nama lain dari kelompok think-tank Royal Institute of International Affairs di London pada hari Jumat.
Dia berada di London untuk menandai 100 tahun Deklarasi Balfour, sebuah deklarasi penciptaan negara Israel di tanah Palestina yang dicetuskan Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, yakni Arthur Balfour.
”Hal itu dilakukan baik oleh penaklukan langsung atau dengan menggunakan (perang) proxy. Mereka mengambil alih Libanon, Yaman, mereka mencoba melakukan hal yang sama dengan di Irak, di Suriah,” ujar Netanyahu, seperti dikutip Times of Israel, Sabtu (4/11/2017).
”Kabar baiknya adalah bahwa orang-orang lain berkumpul bersama Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah saya harapkan dalam hidup saya,” kata Netanyahu.
Menurutnya, Israel bekerja sangat keras untuk membentuk aliansi yang efektif dengan negara-negara Sunni modern untuk mengutuk dan melawan agresi Iran. ”Saya pikir itu benar-benar menjanjikan perdamaian untuk wilayah tersebut,” katanya.
“Iran telah datang ke dalam perang Suriah ke Libanon secara ekonomi dan militer,” katanya. Namun, Netanyahu bersumpah bahwa Israel tidak akan membiarkan Iran mendominasi Suriah.
”Mereka ingin meninggalkan tentara mereka, pangkalan udara dan pesawat tempur mereka dalam hitungan detik dari Israel dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kami tidak mengatakannya dengan enteng. Kami mendukungnya dengan tindakan,” papar dia.
Israel telah lama memandang Iran sebagai musuh nomor satu. Sejak Israel didirikan pada tahun 1948, hanya dua negara Arab—Mesir dan Yordania—telah menandatangani kesepakatan damai dengan negara tersebut dan menjalin hubungan diplomatik secara penuh.
(mas)