Seorang Pria Inggris Menetap di Hutan untuk Hindari Istri Galak
A
A
A
LONDON - Nama Malcolm Applegate saat ini tengah menjadi perbicangan hangat di dataran Inggris. Malcolm menjadi pembicaraan hangat setelah dia mengaku sudah tinggal di hutan selama satu dekade terakhir untuk menghindari istrinya yang sangat galak dan terlalu posesif.
Tukang kebun berusia 62 tahun itu meninggalkan rumah setelah tiga tahun menjalani pernikahan yang menyusahkan tanpa memberitahukan kepada kerabatnya tentang rencana pelariannya. Adik Malcolm telah mencarinya selama bertahun-tahun dan mengira dia sudah meninggal, tapi ternyata Malcolm sama sekali tidak ingin istrinya mengetahui keberadaannya.
Malcolm menuturkan, pernikahanya tidak terlalu buruk di awal, tapi keadaan berantakan sepuluh tahun yang lalu setelah istrinya mulai terus mengeluh tentang dia bekerja terlalu banyak dan tidak cukup banyak menghabiskan waktu di rumah bersamanya.
"Semakin banyak pekerjaan yang saya lakukan, semakin marah istri saya, dia tidak suka saya berada di luar rumah untuk waktu yang lama. Perilaku yang terlalu mengontrol membuat saya tidak tahan. Saya muak dengannya, karena kita sering bertengkar," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (17/10).
Pada suatu saat dia menyadari bahwa dia sudah benar-benar muak, sehingga dia hanya mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan rumah. Ia kemudian menetap di hutan lebat di selatan London. Malcolm berkemah di hutan pada malam hari dan menghabiskan hari bekerja di kebun di sebuah pusat komunitas terdekat untuk orang tua.
Malcolm akhirnya pindah ke pusat Emmaus Greenwich, sebuah tempat penampungan bagi tunawisma di Greenwich, London selatan. Dia kemudian berhubungan dengan saudara perempuannya dan dia akhirnya kembali berkumpul bersama keluarganya.
"Saya menulis surat kepadanya begitu saya berada di Greenwich, dan dia menelepon saya, dengan air mata yang berlinang. Kami sekarang memiliki hubungan yang hebat lagi," tukasnya.
Tukang kebun berusia 62 tahun itu meninggalkan rumah setelah tiga tahun menjalani pernikahan yang menyusahkan tanpa memberitahukan kepada kerabatnya tentang rencana pelariannya. Adik Malcolm telah mencarinya selama bertahun-tahun dan mengira dia sudah meninggal, tapi ternyata Malcolm sama sekali tidak ingin istrinya mengetahui keberadaannya.
Malcolm menuturkan, pernikahanya tidak terlalu buruk di awal, tapi keadaan berantakan sepuluh tahun yang lalu setelah istrinya mulai terus mengeluh tentang dia bekerja terlalu banyak dan tidak cukup banyak menghabiskan waktu di rumah bersamanya.
"Semakin banyak pekerjaan yang saya lakukan, semakin marah istri saya, dia tidak suka saya berada di luar rumah untuk waktu yang lama. Perilaku yang terlalu mengontrol membuat saya tidak tahan. Saya muak dengannya, karena kita sering bertengkar," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (17/10).
Pada suatu saat dia menyadari bahwa dia sudah benar-benar muak, sehingga dia hanya mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan rumah. Ia kemudian menetap di hutan lebat di selatan London. Malcolm berkemah di hutan pada malam hari dan menghabiskan hari bekerja di kebun di sebuah pusat komunitas terdekat untuk orang tua.
Malcolm akhirnya pindah ke pusat Emmaus Greenwich, sebuah tempat penampungan bagi tunawisma di Greenwich, London selatan. Dia kemudian berhubungan dengan saudara perempuannya dan dia akhirnya kembali berkumpul bersama keluarganya.
"Saya menulis surat kepadanya begitu saya berada di Greenwich, dan dia menelepon saya, dengan air mata yang berlinang. Kami sekarang memiliki hubungan yang hebat lagi," tukasnya.
(esn)