Picu Kontroversi, Bos Laundry Khusus Muslim di Malaysia Minta Maaf
A
A
A
MUAR - Pemilik jasa cuci pakaian atau laundry swalayan “khusus Muslim” yang memicu kontroversi di Malaysia akhirnya meminta maaf. Usaha di Taman Seri Cempaka, Johor, itu kini terbuka untuk umum.
Bos laundry yang menolak diidentifikasi itu mengaku ditegur oleh Sultan Johor, Ibrahim Ibni Almarhum Sultan Iskandar. Dia telah menghapus papan nama di usahanya yang memicu kontroversi.
”Saya menyesalkan masalah ini dan saya akan mematuhi perintah Yang Mulia,” kata pemilik jasa cuci pakaian tersebut. Usaha itu telah memicu kemarahan penguasa Johor setelah jadi sorotan media setempat dengan anggapan diskriminatif.
”Awalnya saya tidak menyadarinya (dampak berita). Saya hanya belajar tentang komentar Tuanku (Sultan Johor) setelah teman-teman saya mengingatkan saya,” ujar dia, Kamis (28/9/2017).
Papan nama usaha cuci pakaian itu diberitakan media lokal,The Star. Tulisan papan nama itu berbunyi; ”Dobi ini hanya menerima pelanggan beragama Islam sahaja atas faktor kesucian”. Dobi adalah orang yang bekerja mencuci dan menyeterika pakaian.
Gerai landry tersebut tetap terbuka dan pelanggan bisa melihat mesinnya. Namun, stiker bertuliskan "Untuk pelanggan beragama Islam sahaja” dan ”For Muslim customers only" masih terlihat disisipkan pada beberapa pengering.
”Saya sangat menyesal bahwa masalah ini telah memicu begitu banyak kontroversi,” kata pemilik usaha tersebut yang menambahkan bahwa dia juga akan segera menghapus stikernya.
Usaha itu mulai beroperasi pada 2016 dan papan nama dipasang beberapa waktu lalu pada bulan ini.
Salah satu pelanggan, yang hanya dikenal dengan nama pendek Zul, 25, mengaku mengenal bos laundry tersebut.
”Saya kenal pemiliknya sendiri. Dia adalah tetangga saya ketika saya masih kecil dan dia benar-benar bersahabat dengan orang lain terlepas dari agama dan rasnya,” ujarnya.
”Mungkin praktik ini adalah cara untuk menjangkau konsumen Muslim yang bisa sangat memperhatikan masalah kebersihan tersebut,” imbuh Zul.
Zul mengatakan, ada beberapa masalah seperti minuman beralkohol yang ditemukan pada pakaian beberapa pelanggan non-Muslim, sehingga pelanggan Muslim takut menggunakan mesin cuci dan pengering yang sama.
Sementara itu, beberapa pelanggan lain mengatakan bahwa papan reklame yang dipasang sebelumnya tidak perlu terutama di negara multiras seperti Malaysia.
Bos laundry yang menolak diidentifikasi itu mengaku ditegur oleh Sultan Johor, Ibrahim Ibni Almarhum Sultan Iskandar. Dia telah menghapus papan nama di usahanya yang memicu kontroversi.
”Saya menyesalkan masalah ini dan saya akan mematuhi perintah Yang Mulia,” kata pemilik jasa cuci pakaian tersebut. Usaha itu telah memicu kemarahan penguasa Johor setelah jadi sorotan media setempat dengan anggapan diskriminatif.
”Awalnya saya tidak menyadarinya (dampak berita). Saya hanya belajar tentang komentar Tuanku (Sultan Johor) setelah teman-teman saya mengingatkan saya,” ujar dia, Kamis (28/9/2017).
Papan nama usaha cuci pakaian itu diberitakan media lokal,The Star. Tulisan papan nama itu berbunyi; ”Dobi ini hanya menerima pelanggan beragama Islam sahaja atas faktor kesucian”. Dobi adalah orang yang bekerja mencuci dan menyeterika pakaian.
Gerai landry tersebut tetap terbuka dan pelanggan bisa melihat mesinnya. Namun, stiker bertuliskan "Untuk pelanggan beragama Islam sahaja” dan ”For Muslim customers only" masih terlihat disisipkan pada beberapa pengering.
”Saya sangat menyesal bahwa masalah ini telah memicu begitu banyak kontroversi,” kata pemilik usaha tersebut yang menambahkan bahwa dia juga akan segera menghapus stikernya.
Usaha itu mulai beroperasi pada 2016 dan papan nama dipasang beberapa waktu lalu pada bulan ini.
Salah satu pelanggan, yang hanya dikenal dengan nama pendek Zul, 25, mengaku mengenal bos laundry tersebut.
”Saya kenal pemiliknya sendiri. Dia adalah tetangga saya ketika saya masih kecil dan dia benar-benar bersahabat dengan orang lain terlepas dari agama dan rasnya,” ujarnya.
”Mungkin praktik ini adalah cara untuk menjangkau konsumen Muslim yang bisa sangat memperhatikan masalah kebersihan tersebut,” imbuh Zul.
Zul mengatakan, ada beberapa masalah seperti minuman beralkohol yang ditemukan pada pakaian beberapa pelanggan non-Muslim, sehingga pelanggan Muslim takut menggunakan mesin cuci dan pengering yang sama.
Sementara itu, beberapa pelanggan lain mengatakan bahwa papan reklame yang dipasang sebelumnya tidak perlu terutama di negara multiras seperti Malaysia.
(mas)