Mahasiswi Ini Dipukuli di Korsel karena Berstatus Warga Indonesia
A
A
A
SEOUL - Seorang mahasiswi asal Indonesia yang studi di Korea Selatan (Korsel) jadi korban diskriminasi karena status kewarganegaraannya. Dia dipukuli seorang penjaga kelab malam pada akhir pekan lalu.
Tindakan diskriminasi terhadap warga Indonesia ini memicu kecaman di media sosial.
Jessica Setia, mahasiswi asal Indonesia telah menjalani studi di Korsel selama dua tahun. Dia mengalami luka sobek 0,5 sentimeter di bibir dan luka memar di dagu karena dipukuli seorang penjaga kelab malam di Busan pada Jumat malam.
Jessica mengklaim bahwa pelaku sangat kasar. ”Sangat rasis terhadap kita tanpa alasan apapun,” katanya.
”Mereka membiarkan teman-teman saya yang memiliki kewarganegaraan Korea, dengan mudah. Dan ketika datang kepada saya dan teman Indonesia saya, dia mempersulit (untuk masuk ke kelab),” lanjut dia kepada The Herald Korea, Senin (4/9/2017).
Ketika Jessica melihat temannya—warga Indonesia lain bernama depan Gabrielle—didorong oleh penjaga pintu dan menyelipkan kartu identitasnya ke sebuah trotoar, mahasiswi itu mendorong penjaga pintu tersebut.
Perkelahian pun terjadi dan Jessica dipukul petugas penjaga kelab beberapa kali sampai bibirnya robek dan berdarah. Dia dibawa ke rumah sakit dan diberi delapan jahitan di bibir.
Gabrielle mengatakan bahwa insiden tersebut terkait dengan etnisnya dan dia anggap jadi pengalaman umum di Korsel.
”Saya terbiasa dengan orang-orang yang memandang rendah orang Indonesia. Saya pikir dia tidak menyukai orang asing sehingga dia mungkin bersikap kasar kepada kami terutama karena kami bukan bule kulit putih,” katanya. ”Ketika kita kesal dan menunjukkannya kepadanya, saya pikir itu membuatnya marah.”
Kelab tersebut mengatakan kepada The Korea Herald bahwa tidak ada diskriminasi berdasarkan etnis atau gender pada malam itu. Pihak kelab menyesalkan tuduhan diskriminasi.
”Kelab kami memeriksa identitas semua pelanggan, terlepas dari etnis mereka, melalui prosedur yang sama. Tidak ada diskriminasi rasial sama sekali,” kata pihak kelab dalam sebuah pernyataan.
Kantor Polisi Seomyeon Busan mengatakan bahwa sebuah penyelidikan sedang dilakukan. Semua yang terlibat dalam insiden itu akan dipanggil untuk bersaksi.
”Orang itu berpendapat bahwa itu serangan dua arah. Karena perkelahian, sisi kiri pipinya menjadi bengkak, itu menurut penyelidikan kami. Kami akan menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut pada hari Senin,” lata seorang petugas polisi yang terkait penyelidikan kasus tersebut.
Tindakan diskriminasi terhadap warga Indonesia ini memicu kecaman di media sosial.
Jessica Setia, mahasiswi asal Indonesia telah menjalani studi di Korsel selama dua tahun. Dia mengalami luka sobek 0,5 sentimeter di bibir dan luka memar di dagu karena dipukuli seorang penjaga kelab malam di Busan pada Jumat malam.
Jessica mengklaim bahwa pelaku sangat kasar. ”Sangat rasis terhadap kita tanpa alasan apapun,” katanya.
”Mereka membiarkan teman-teman saya yang memiliki kewarganegaraan Korea, dengan mudah. Dan ketika datang kepada saya dan teman Indonesia saya, dia mempersulit (untuk masuk ke kelab),” lanjut dia kepada The Herald Korea, Senin (4/9/2017).
Ketika Jessica melihat temannya—warga Indonesia lain bernama depan Gabrielle—didorong oleh penjaga pintu dan menyelipkan kartu identitasnya ke sebuah trotoar, mahasiswi itu mendorong penjaga pintu tersebut.
Perkelahian pun terjadi dan Jessica dipukul petugas penjaga kelab beberapa kali sampai bibirnya robek dan berdarah. Dia dibawa ke rumah sakit dan diberi delapan jahitan di bibir.
Gabrielle mengatakan bahwa insiden tersebut terkait dengan etnisnya dan dia anggap jadi pengalaman umum di Korsel.
”Saya terbiasa dengan orang-orang yang memandang rendah orang Indonesia. Saya pikir dia tidak menyukai orang asing sehingga dia mungkin bersikap kasar kepada kami terutama karena kami bukan bule kulit putih,” katanya. ”Ketika kita kesal dan menunjukkannya kepadanya, saya pikir itu membuatnya marah.”
Kelab tersebut mengatakan kepada The Korea Herald bahwa tidak ada diskriminasi berdasarkan etnis atau gender pada malam itu. Pihak kelab menyesalkan tuduhan diskriminasi.
”Kelab kami memeriksa identitas semua pelanggan, terlepas dari etnis mereka, melalui prosedur yang sama. Tidak ada diskriminasi rasial sama sekali,” kata pihak kelab dalam sebuah pernyataan.
Kantor Polisi Seomyeon Busan mengatakan bahwa sebuah penyelidikan sedang dilakukan. Semua yang terlibat dalam insiden itu akan dipanggil untuk bersaksi.
”Orang itu berpendapat bahwa itu serangan dua arah. Karena perkelahian, sisi kiri pipinya menjadi bengkak, itu menurut penyelidikan kami. Kami akan menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut pada hari Senin,” lata seorang petugas polisi yang terkait penyelidikan kasus tersebut.
(mas)