Penulis Novel Pembunuhan Ditangkap karena Membunuh 22 Tahun Silam

Sabtu, 19 Agustus 2017 - 16:28 WIB
Penulis Novel Pembunuhan Ditangkap karena Membunuh 22 Tahun Silam
Penulis Novel Pembunuhan Ditangkap karena Membunuh 22 Tahun Silam
A A A
BEIJING - Hidup penulis novel tentang pembunuhan di China ini dianggap lebih aneh dari karya fiksi yang dia buat. Sebab, dia ditangkap atas pembunuhan sebuah keluarga yang terjadi 22 tahun silam.

Selama 22 tahun, polisi di Provinsi Zhejiang timur, China, mencoba untuk memecahkan kasus pembunuhan berdarah dingin terhadap sebuah keluarga di sebuah wisma.

Polisi sudah mengumpulkan setumpuk catatan yang jadi petunjuk untuk menentukan tersangkanya. Namun, setelah lebih dari dua dekade petunjuk itu justru mengarah pada novelis terkenal yang karya-karyanya menceritakan tentang kisah pembunuhan yang tak terungkap.

Menurut sebuah pernyataan polisi, Liu Yongbiao, seorang penulis berusia 53 tahun, ditangkap minggu lalu di rumahnya di Provinsi Anhui bersama dengan seorang penduduk desa bermarga Wang.

Mereka telah didakwa dan mengaku melakukan pembunuhan pada 22 tahun silam.

Pihak berwenang mengatakan kepada The Paper, sebuah media China, bahwa Liu sempat melontarkan komentar aneh saat diborgol. ”Saya sudah menunggu Anda di sini selama ini,” ucap Liu seperti ditirukan polisi.

Liu, yang merupakan anggota Asosiasi Penulis Partai Komunis China, sebuah komunitas bergengsi di China. Asosiasi ini bekerja dengan salah satu penerbit terbesar di negara tersebut. Liu tercatat memiliki sebuah novel yang kemudian berubah menjadi serial televisi.

Dalam kata pengantar novelnya berjudul ”The Guilty Secret”, penulis tersebut mengungkapkan bahwa dia sedang mengerjakan sebuah sekuel yang dibintangi oleh seorang penulis kata-kata bijak yang melakukan serangkaian pembunuhan namun tidak pernah tertangkap.

Kasus pembunuhan yang melibatkan novelis itu terjadi pada malam hari tanggal 29 November 1995. Polisi mengatakan, dua orang mendatangi sebuah wisma di Huzhou, sebuah kota yang indah di Delta Yangtze, dengan maksud untuk melakukan perampokan. Mereka akhirnya mengalahkan pasangan pemilik wisma, cucu mereka serta tamu lainnya.

Namun, otoritas berwenang yang kurang memiliki teknologi forensik yang canggih saat itu kesulitan mengungkap kasus tersebut. Polisi kala itu hanya memiliki satu petunjuk dari tamu wisma bahwa dua pelaku berbicara dengan aksen Anhui yang kental.

Kemudian, setelah hampir 22 tahun, yakni pada bulan Agustus ini, polisi mengatakan bahwa mereka melakukan “terobosan” untuk memecahkan kasus pembunuhan itu. Terobosan yang dimaksud adalah melakukan tes DNA, yang akhirnya mengarah pada Liu dan Wang sebagai pelakunya.

Pada saat penangkapan, Liu sedang mengedit sebuah makalah pelajar dan menjalankan kursus literatur. Murid Liu mengatakan kepada Beijing News bahwa gurunya tidak pernah membicarakan kehidupan pribadinya.

Fang Ming, yang diajar Liu dalam menulis, hanya mengingat sosok gurunya sebagai orang yang sungguh-sungguh. ”(Liu) adalah orang yang sangat serius,” kata Fang.

”Dia jarang tersenyum dan sering mengkritik murid-muridnya, meski dia tidak pernah meninggikan suaranya, dia selalu membuat kekecewaan di wajahnya," lanjut Fang.

Liu menggambarkan dirinya sebagai ”orang pedesaan” yang tumbuh dari keluarga miskin di sebuah desa di mana dia hanya menamatkan pendidikannya di bangku sekolah menengah.

Salah satu petugas polisi yang menahan Liu mengatakan kepada The Paper bahwa dia menyerahkan sebuah surat yang ditujukan kepada istrinya. ”Saya sudah menunggu sampai hari ini selama 20 tahun terakhir,” bunyi surat Liu.

”Hari ini akhirnya ada sebuah kesimpulan, akhirnya saya bisa terbebas dari siksaan mental yang telah lama saya alami,” lanjut surat Liu, seperti dikutip AFP, Sabtu (19/8/2017).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5880 seconds (0.1#10.140)