Semenanjung Korea Memanas, KBRI Pyongyang Gelar Lomba 17 Agustusan

Jum'at, 18 Agustus 2017 - 22:56 WIB
Semenanjung Korea Memanas,...
Semenanjung Korea Memanas, KBRI Pyongyang Gelar Lomba 17 Agustusan
A A A
PYONGYANG - Antusiasme masyarakat Indonesia di Pyongyang untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia tetap tinggi. Padahal, media internasional gencar memberitakan situasi yang memanas di Semenanjung Korea.

Sebagaimana diinformasikan oleh Sekretaris KeduaKBRI Pyongyang, Sukamto, sebanyak 8 pasang pemain mengikuti pertandingan tenis meja dalam rangka merayakan HUT ke-72 Kemerdekaan RI. Mereka adalah para staf dan keluarga KBRI serta warga Korea Utara (Korut), memperebutkan juara I dan II.

Gaya para pemain yang tidak lazim dilakukan oleh pemain profesional dan “ketidakkompakan” dengan teman pasangannya serta teriakan kecil masing-masing suporter menambah kemeriahan suasana pertandingan tenis meja tersebut. Pertandingan itu dihelat di Taedonggang Diplomatic Club, Pyongyang, pada 5 Agustus 2017 seperti tertuang dalam rilis yang diterima Sindonews, Jumat (18/8/2017).

Setelah masing-masing pasangan bermain sebanyak 3 pertandingan selama 2 jam, pasangan staf KBRI dan anak lelakinya berhasil menjadi juara pertama. Mereka mengalahkan pasangan warga Korut (staf KBRI) dan warga Inggris yang beristri warga Indonesia.

Sebelum itu, menurut Sukamto, masyarakat Indonesia mengikuti berbagai lomba “17 Agustusan” di Pyongyang Golf Course, sekitar 25 km dari pusat kota Pyongyang.

Lomba balap karung, memasukkan pensil ke dalam botol, lari dengan menjepit satu bola di antara kedua paha, lari dengan menggigit sendok dengan bola pingpong di atasnya, dan lomba makan kerupuk diikuti oleh kaum bapak, ibu dan anak-anak.

Berbagai lomba tersebut tidak saja menghibur masyarakat Indonesia tetapi juga menarik perhatian warga Korut yang menyaksikan gerak-gerik peserta demi memenangkan lomba.

Yang tidak kalah menarik bagi para peserta adalah lomba memasukkan bola golf (putting).

Staf dan keluarga besar KBRI serta warga Korut, dewasa dan anak-anak, yang pada umumnya tidak pernah memegang stik golf dan juga tidak pernah mengunjungi lapangan golf, apalagi menginjak “putting green”, dengan antusias mencoba keberuntungan melakukan “putting”.

Mudah diduga, banyak yang gagal melaksanakan tugasnya. Meski demikian, tidak terlihat sama sekali raut kekecewaan di wajah mereka, kecuali semringah. Pasalnya, bagi sebagian besar peserta ini merupakan pengalamanan pertama dalam seumur hidup mereka dapat “bermain” golf.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7695 seconds (0.1#10.140)