Bom Bunuh Diri Hantam Konvoi Militer di Kabul
A
A
A
KABUL - Seorang pelaku bom bunuh diri telah menyerang sebuah konvoi militer di ibukota Afghanistan, Kabul. Serangan tersebut menewaskan seorang tentara NATO dan melukai beberapa lainnya.
"Lima tentara dan seorang penerjemah terluka," bunyi pernyataan yang dikeluarkan NATO seperti dikutip dari BBC, Jumat (4/8/2017).
Laporan lokal yang belum dikonfirmasi mengatakan tiga warga sipil juga tewas dalam insiden di distrik Qarabagh, Kabul.
Sebuah pernyataan NATO mengatakan bahwa ledakan Kamis malam terjadi ketika sebuah patroli bersama dengan tentara Afghanistan diserang oleh bom rakitan.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa semua korban luka berada dalam kondisi stabil dan sedang dirawat di rumah sakit militer AS di lapangan udara Bagram.
Koresponden mengatakan kekuatan Taliban yang berkembang dan kelompok yang dikenal sebagai Negara Islam (ISIS) di Qarabagh adalah sumber utama keprihatinan pasukan NATO yang berbasis di Bagram.
Pemboman ini merupakan kekerasan terbaru yang terjadi di Afghanistan bulan ini setelah pada Selasa, lebih dari 30 orang tewas dalam ledakan masjid di Herat.
Pada hari Senin seorang pembom bunuh diri membunuh dua orang di dekat kedutaan Irak di Kabul.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 1.662 warga sipil Afghanistan tewas pada paruh pertama 2017, dengan sekitar 20% di antaranya berada di ibu kota.
Pada akhir Juli, sebuah bom mobil bunuh diri menewaskan setidaknya 30 orang di sebuah distrik di Shia, Kabul. Taliban mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan itu.
Pada tanggal 31 Mei, sebuah pemboman besar di pusat kota tersebut menewaskan lebih dari 150 orang, serangan militan paling mematikan di negara tersebut sejak pasukan pimpinan AS menggulingkan Taliban dari kekuasaan pada tahun 2001.
Kekerasan tersebut menggarisbawahi situasi keamanan yang genting di Afghanistan. Situasi ini membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan untuk meningkatkan jumlah tentara AS yang membantu militer dan polisi negara itu.
Para wartawan mengatakan bahwa pemboman bunuh diri di Kabul dalam beberapa pekan terakhir juga telah menciptakan krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah, kebijakan dan khususnya reputasi Presiden Ashraf Ghani.
"Lima tentara dan seorang penerjemah terluka," bunyi pernyataan yang dikeluarkan NATO seperti dikutip dari BBC, Jumat (4/8/2017).
Laporan lokal yang belum dikonfirmasi mengatakan tiga warga sipil juga tewas dalam insiden di distrik Qarabagh, Kabul.
Sebuah pernyataan NATO mengatakan bahwa ledakan Kamis malam terjadi ketika sebuah patroli bersama dengan tentara Afghanistan diserang oleh bom rakitan.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa semua korban luka berada dalam kondisi stabil dan sedang dirawat di rumah sakit militer AS di lapangan udara Bagram.
Koresponden mengatakan kekuatan Taliban yang berkembang dan kelompok yang dikenal sebagai Negara Islam (ISIS) di Qarabagh adalah sumber utama keprihatinan pasukan NATO yang berbasis di Bagram.
Pemboman ini merupakan kekerasan terbaru yang terjadi di Afghanistan bulan ini setelah pada Selasa, lebih dari 30 orang tewas dalam ledakan masjid di Herat.
Pada hari Senin seorang pembom bunuh diri membunuh dua orang di dekat kedutaan Irak di Kabul.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 1.662 warga sipil Afghanistan tewas pada paruh pertama 2017, dengan sekitar 20% di antaranya berada di ibu kota.
Pada akhir Juli, sebuah bom mobil bunuh diri menewaskan setidaknya 30 orang di sebuah distrik di Shia, Kabul. Taliban mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan itu.
Pada tanggal 31 Mei, sebuah pemboman besar di pusat kota tersebut menewaskan lebih dari 150 orang, serangan militan paling mematikan di negara tersebut sejak pasukan pimpinan AS menggulingkan Taliban dari kekuasaan pada tahun 2001.
Kekerasan tersebut menggarisbawahi situasi keamanan yang genting di Afghanistan. Situasi ini membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan untuk meningkatkan jumlah tentara AS yang membantu militer dan polisi negara itu.
Para wartawan mengatakan bahwa pemboman bunuh diri di Kabul dalam beberapa pekan terakhir juga telah menciptakan krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah, kebijakan dan khususnya reputasi Presiden Ashraf Ghani.
(ian)