Perangi Islamofobia, Muslimah AS Calonkan Diri Jadi Anggota Senat
A
A
A
WASHINGTON - Seorang Muslimah Amerika Serikat (AS), Deedra Abboud, maju mencalonkan diri sebagai anggota Senat dalam pemilihan 2018 nanti. Ia memutuskan maju karena menilai politik AS telah berubah sejak Presiden Donald Trump mulai berkuasa.
Terpilihnya Trump sebagai orang nomor satu di negara itu telah menimbulkan kegelisahan dan rasa tidak nyaman bagi kaum minoritas.
"Pada 2016, saya menjadi sangat kecewa dengan bagaimana pemimpin terpilih sengaja menyerang dan meminggirkan rekan-rekan Amerika saya, dan lebih buruk lagi bahwa rekan mereka tidak membela konstituen mereka sendiri melawan serangan tersebut," kata Abboud seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (29/7/2017).
Pengacara berbasis di Phoenix itu sendiri mengaku pernah mengalami beberapa insiden Islamofobia.
"Selain serangan online seperti bola salju dan satu demonstrasi supremasi kulit putih di sebuah acara (benar-benar damai tapi dengan banyak komentar anti-Muslim), saya telah memiliki pengalaman negatif sejak mengumumkan kampanye saya," katanya.
Sebelum pencalonannya, Abboud mengingat kenangan akan sebuah insiden yang terjadi sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, ia mempresentasikan sebuah pelatihan keragaman di sebuah perusahaan transportasi bandara Sky Harbor. Saat itu orang-orang melemparkan kursi ke seberang ruangan untuk memprotes kehadirannya.
"Seorang wanita duduk tepat di depanku, menatap dengan saksama dan membenciku, dan berkomentar tentang mengetahui bahwa aku benar-benar iblis dan syalku bersembunyi. Saya mengabaikannya dan melanjutkan presentasi. Kira-kira setahun kemudian, wanita itu menghubungi saya. Dia meminta maaf atas perilakunya dan mengatakan bahwa dia menyadari betapa dia telah salah paham," kenang Abboud.
Salah satu fokus utama Abboud dalam kampanyenya adalah mempersatukan warga dan membuat pemilih Amerika menjadi prioritas lagi.
"Amerika Serikat yang kuat bukan hanya tentang pertahanan tapi juga setiap dimensi kekuatan kita: efektivitas kita di dunia, ekonomi kita, sistem pendidikan kita, sistem perawatan kesehatan kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan lingkungan kita," kata Abboud.
"Kita juga harus memutuskan pernikahan antara agama dan negara yang telah berakar. Perpisahan yang kuat antara agama dan negara menjamin semua orang memiliki kebebasan beragama," imbuhnya.
Abboud percaya bahwa dengan sukarela, mencalonkan diri untuk dewan kota, dewan sekolah, dan parlemen, dapat membantu orang-orang Muslim-Amerika bangkit mengatasi kebencian.
"Sepertinya Islamofobia ada dimana-mana, tapi solusinya lokal. Di situlah kita perlu fokus," tukasnya
Terpilihnya Trump sebagai orang nomor satu di negara itu telah menimbulkan kegelisahan dan rasa tidak nyaman bagi kaum minoritas.
"Pada 2016, saya menjadi sangat kecewa dengan bagaimana pemimpin terpilih sengaja menyerang dan meminggirkan rekan-rekan Amerika saya, dan lebih buruk lagi bahwa rekan mereka tidak membela konstituen mereka sendiri melawan serangan tersebut," kata Abboud seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (29/7/2017).
Pengacara berbasis di Phoenix itu sendiri mengaku pernah mengalami beberapa insiden Islamofobia.
"Selain serangan online seperti bola salju dan satu demonstrasi supremasi kulit putih di sebuah acara (benar-benar damai tapi dengan banyak komentar anti-Muslim), saya telah memiliki pengalaman negatif sejak mengumumkan kampanye saya," katanya.
Sebelum pencalonannya, Abboud mengingat kenangan akan sebuah insiden yang terjadi sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, ia mempresentasikan sebuah pelatihan keragaman di sebuah perusahaan transportasi bandara Sky Harbor. Saat itu orang-orang melemparkan kursi ke seberang ruangan untuk memprotes kehadirannya.
"Seorang wanita duduk tepat di depanku, menatap dengan saksama dan membenciku, dan berkomentar tentang mengetahui bahwa aku benar-benar iblis dan syalku bersembunyi. Saya mengabaikannya dan melanjutkan presentasi. Kira-kira setahun kemudian, wanita itu menghubungi saya. Dia meminta maaf atas perilakunya dan mengatakan bahwa dia menyadari betapa dia telah salah paham," kenang Abboud.
Salah satu fokus utama Abboud dalam kampanyenya adalah mempersatukan warga dan membuat pemilih Amerika menjadi prioritas lagi.
"Amerika Serikat yang kuat bukan hanya tentang pertahanan tapi juga setiap dimensi kekuatan kita: efektivitas kita di dunia, ekonomi kita, sistem pendidikan kita, sistem perawatan kesehatan kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan lingkungan kita," kata Abboud.
"Kita juga harus memutuskan pernikahan antara agama dan negara yang telah berakar. Perpisahan yang kuat antara agama dan negara menjamin semua orang memiliki kebebasan beragama," imbuhnya.
Abboud percaya bahwa dengan sukarela, mencalonkan diri untuk dewan kota, dewan sekolah, dan parlemen, dapat membantu orang-orang Muslim-Amerika bangkit mengatasi kebencian.
"Sepertinya Islamofobia ada dimana-mana, tapi solusinya lokal. Di situlah kita perlu fokus," tukasnya
(ian)