Pilpres Iran, 'Duel' Rouhani Reformis vs Raisi Garis Keras
A
A
A
TEHERAN - Jutaan rakyat Iran memberikan hak suaranya dalam pemilihan presiden Iran (pilpres), hari Jumat. Pilpres tahun ini dianggap menjadi pertarungan sengit presiden petahana Hassan Rouhani dengan kandidat dari kubu garis keras, Ebrahim Raisi.
Penghitungan suara dimulai pada hari Sabtu (20/5/2017). Selain dua kandidat yang dinggulkan itu, pilpres Iran tahun ini juga diikuti dua kandidat lainnya, yakni Mostafa Mirsalim dari kubu garis keras atau konservatif dan Mostafa Hashemitaba dari kubu reformis. Namun, kedua kandidat ini tidak diunggulkan dalam berbagai jajak pendapat.
Pemungutan suara ditutup pada pukul 23.00 malam waktu Teheran. Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani-Fazli mengatakan bahwa berdasarakan UU, pemungutan suara tidak bisa dilanjutkan lewat tengah malam.
Dari data penyelenggara pilpres, sebanyak 56 juta orang berhak memberikan hak suaranya.
”Setiap orang harus memilih dalam pemilihan penting ini, berikan suara pada dini hari,” kata Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, setelah memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara di Ibu Kota Teheran. ”Nasib negara ditentukan oleh rakyat,” katanya lagi, seperti dilansir Al Jazeera.
Persaingan kubu reformis dan kubu konservatif semakin memanas sejak Iran mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) di dalamnya. Kesepakatan nuklir yang tercapai di bawah pemerintahan Presiden Rouhani itu ditentang kubu garis keras yang anti-Barat.
Pemerintah Rouhani mengklaim kesepakatan nuklir membantu Iran keluar dari isolasi internasional karena sanksi atau embargo ekonomi dicabut oleh negara-negara Barat.
Tapi, kubu Raisi mengklaim berpihak sebagai pembela orang miskin menyebut langkah pemerintah Rouhani gagal menyelamatkan ekonomi Iran. Raisi menyerukan Iran untuk menjaga jarak yang ketat dengan Barat.
Raisi mengaku akan tetap mematuhi kesepakatan nuklir, namun dia mengkritisi kemerosotan ekonomi yang berlanjut sebagai bukti bahwa upaya diplomatik Rouhani telah gagal.
”Alih-alih menggunakan tangan muda kita yang cakap untuk menyelesaikan masalah, mereka menempatkan ekonomi kita ke tangan orang asing,” ucap Raisi dalam kampanye terakhirnya di Kota Masyhad pada hari Rabu lalu.
Penghitungan suara dimulai pada hari Sabtu (20/5/2017). Selain dua kandidat yang dinggulkan itu, pilpres Iran tahun ini juga diikuti dua kandidat lainnya, yakni Mostafa Mirsalim dari kubu garis keras atau konservatif dan Mostafa Hashemitaba dari kubu reformis. Namun, kedua kandidat ini tidak diunggulkan dalam berbagai jajak pendapat.
Pemungutan suara ditutup pada pukul 23.00 malam waktu Teheran. Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani-Fazli mengatakan bahwa berdasarakan UU, pemungutan suara tidak bisa dilanjutkan lewat tengah malam.
Dari data penyelenggara pilpres, sebanyak 56 juta orang berhak memberikan hak suaranya.
”Setiap orang harus memilih dalam pemilihan penting ini, berikan suara pada dini hari,” kata Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, setelah memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara di Ibu Kota Teheran. ”Nasib negara ditentukan oleh rakyat,” katanya lagi, seperti dilansir Al Jazeera.
Persaingan kubu reformis dan kubu konservatif semakin memanas sejak Iran mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) di dalamnya. Kesepakatan nuklir yang tercapai di bawah pemerintahan Presiden Rouhani itu ditentang kubu garis keras yang anti-Barat.
Pemerintah Rouhani mengklaim kesepakatan nuklir membantu Iran keluar dari isolasi internasional karena sanksi atau embargo ekonomi dicabut oleh negara-negara Barat.
Tapi, kubu Raisi mengklaim berpihak sebagai pembela orang miskin menyebut langkah pemerintah Rouhani gagal menyelamatkan ekonomi Iran. Raisi menyerukan Iran untuk menjaga jarak yang ketat dengan Barat.
Raisi mengaku akan tetap mematuhi kesepakatan nuklir, namun dia mengkritisi kemerosotan ekonomi yang berlanjut sebagai bukti bahwa upaya diplomatik Rouhani telah gagal.
”Alih-alih menggunakan tangan muda kita yang cakap untuk menyelesaikan masalah, mereka menempatkan ekonomi kita ke tangan orang asing,” ucap Raisi dalam kampanye terakhirnya di Kota Masyhad pada hari Rabu lalu.
(mas)