Warga Australia Bersihkan Sampah Akibat Banjir
A
A
A
SYDNEY - Tugas bersih-bersih dan berbenah dalam skala besar menanti pemerintah dan masyarakat Australia menyusul surutnya banjir di beberapa negara bagian. Serpihan kayu dan sampah tampak berserakan dan menggunung di antara lumpur tebal dan kotor.
Sejauh ini, sedikitnya dua orang tewas dan tiga orang lainnya hilang akibat banjir yang disertai hujan deras dan angin kencang di negara bagian Queensland dan News South Wales dalam sepekan terakhir. Atas kondisi itu, puluhan ribu warga setempat terpaksa melakukan evakuasi. Mereka juga mengalami kerugian jutaan dolar. Topan Debbie yang memorak- porandakan Australia sudah bergerak ke lautan pada Sabtu (1/4).
Meski demikian, tugas berat bagi Pemerintah dan masyarakat Australia baru dimulai. Kemarin, sebagian besar penduduk yang meninggalkan Lismore dan Murwillumbah sudah mulai kembali pulang dari tempat pengungsian secara berkelompok. Wakil Komisaris Layanan Darurat New South Wales, Mark Morrow, memperingatkan kepulangan itu tidak akan menyenangkan karena ada banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan setiba di rumah masing-masing.
“Di sana lumpurnya bercampur dengan bahan kimia, sampah, dan serpihan lainnya,” katanya, dikutip kantor berita AFP. Tinggi lumpur itu, lanjut Morrow, antara 2-3 meter di atas tanah. Aparat militer dan otoritas terkait lainnya juga terus mengulurkan bantuan untuk memulihkan kembali saluran air bersih dan listrik.
Dewan Asuransi Australia mengatakan, total kerusakan akibat banjir ditaksir mencapai USD770 juta (Rp10,3 triliun). Perdana Menteri (PM) Negara Bagian New South Wales Gladys Berejiklian mengatakan, pemerintah akan melakukan segala upaya untuk membantu korban banjir yang kesulitan keuangan.
“Pekerjaan sebenarnya baru saja dimulai. Kami menyadari itu. Dampak banjir tidak hanya dalam jangka pendek, tapi juga jangka panjang,” kata Berejiklian. Topan Debbie pada pekan lalu meningkatkan curah hujan dan ketinggian air sungai.
Kota Rockhampton yang rawan dikhawatirkan mengalami banjir terburuk sejak lebih dari 60 tahun lalu pada pekan ini. Tapi, Pemerintah Australia menyatakan potensi itu kemungkinannya kecil, meski peringatan banjir belum dicabut.
“Kami ingin masyarakat Rockhampton tetap bersiaga dan bersiap-siap menghadapi ancaman banjir. Saat ini, Australia masih memiliki cukup banyak hutan (untuk menyerap air) dan tidak kekurangan pepohonan. Waktu untuk terjadinya banjir masih panjang,” kata PM Queensland Annastacia Palaszczuk.
Kawasan Queensland yang terkena banjir paling parah ialah Pantai Airlie dan Kepulauan Whitsunday. Sebanyak 300 sekolah rusak berat dan perlu direnovasi. Sejumlah resor juga ditutup karena masih perlu dibangun ulang. “Meski lumpuh, Queensland akan segera pulih,” kata Menteri Pariwisata Queensland, Kate Jones.
Sejauh ini, sedikitnya dua orang tewas dan tiga orang lainnya hilang akibat banjir yang disertai hujan deras dan angin kencang di negara bagian Queensland dan News South Wales dalam sepekan terakhir. Atas kondisi itu, puluhan ribu warga setempat terpaksa melakukan evakuasi. Mereka juga mengalami kerugian jutaan dolar. Topan Debbie yang memorak- porandakan Australia sudah bergerak ke lautan pada Sabtu (1/4).
Meski demikian, tugas berat bagi Pemerintah dan masyarakat Australia baru dimulai. Kemarin, sebagian besar penduduk yang meninggalkan Lismore dan Murwillumbah sudah mulai kembali pulang dari tempat pengungsian secara berkelompok. Wakil Komisaris Layanan Darurat New South Wales, Mark Morrow, memperingatkan kepulangan itu tidak akan menyenangkan karena ada banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan setiba di rumah masing-masing.
“Di sana lumpurnya bercampur dengan bahan kimia, sampah, dan serpihan lainnya,” katanya, dikutip kantor berita AFP. Tinggi lumpur itu, lanjut Morrow, antara 2-3 meter di atas tanah. Aparat militer dan otoritas terkait lainnya juga terus mengulurkan bantuan untuk memulihkan kembali saluran air bersih dan listrik.
Dewan Asuransi Australia mengatakan, total kerusakan akibat banjir ditaksir mencapai USD770 juta (Rp10,3 triliun). Perdana Menteri (PM) Negara Bagian New South Wales Gladys Berejiklian mengatakan, pemerintah akan melakukan segala upaya untuk membantu korban banjir yang kesulitan keuangan.
“Pekerjaan sebenarnya baru saja dimulai. Kami menyadari itu. Dampak banjir tidak hanya dalam jangka pendek, tapi juga jangka panjang,” kata Berejiklian. Topan Debbie pada pekan lalu meningkatkan curah hujan dan ketinggian air sungai.
Kota Rockhampton yang rawan dikhawatirkan mengalami banjir terburuk sejak lebih dari 60 tahun lalu pada pekan ini. Tapi, Pemerintah Australia menyatakan potensi itu kemungkinannya kecil, meski peringatan banjir belum dicabut.
“Kami ingin masyarakat Rockhampton tetap bersiaga dan bersiap-siap menghadapi ancaman banjir. Saat ini, Australia masih memiliki cukup banyak hutan (untuk menyerap air) dan tidak kekurangan pepohonan. Waktu untuk terjadinya banjir masih panjang,” kata PM Queensland Annastacia Palaszczuk.
Kawasan Queensland yang terkena banjir paling parah ialah Pantai Airlie dan Kepulauan Whitsunday. Sebanyak 300 sekolah rusak berat dan perlu direnovasi. Sejumlah resor juga ditutup karena masih perlu dibangun ulang. “Meski lumpuh, Queensland akan segera pulih,” kata Menteri Pariwisata Queensland, Kate Jones.
(esn)